View Full Version
Jum'at, 21 May 2010

Dikirimi Mantera, Susno Ngaca Apa Ada Potongan Jadi Dukun

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Tim Pembela Komisaris Jenderal Susno Duadji menengarai adanya upaya secara sistematis yang dilakukan oleh Mabes Polri untuk membunuh karakter mantan Kabaresrim Polri yang kini tengah di tahan di Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok. 

Upaya tersebut semakin  menunjukkan kepada masyarakat, bahwa penahanan Susno Duadji merupakan sebuah rekayasa. Para petinggi Polri saat ini sedang panik karena tidak menemukan bukti yang bisa menjadi dasar yang kuat bagi penahanan Susno. Munculnya penyelidikan atas kasus korupsi selama Susno Duadji menjadi Kapolda Jawa Barat, dan terbitnya buku Sjahrir Djohan  tentang Susno Duadji merupakan indikator kuat kepanikan tersebut.

"Sangat mengherankan bila Mabes Polri tiba-tiba mengumumkan adanya dugaan korupsi di Polda Jawa Barat. Bagaimana mungkin Pak Susno bisa dipromosikan menjadi Kabareskrim Polri, bila beliau terlibat korupsi," ujar Henry Yosodiningrat salah satu pengacara Susno Duadji. Dalam penilaian Henry, polisi kini tengah mencari-cari kesalahan Susno, setelah tidak berhasil membuktikan tuduhan adanya penerimaan suap, kecuali pengakuan dari Sjahril Djohan yang kini juga tengah ditahan di Mabes Polri. Karena itu polisi  mencoba melakukan perang opini dan membuat pencitraan yang buruk tentang Susno.

Tudingan Susno melakukan korupsi dana pengamanan Pemilu 2008 pertama kali muncul, saat sejumlah orang yang mengaku sebagai paguyuban warga Pasundan berunjukrasa di Mabes Polri pada 13 April 2010. Mereka mendesak agar Polri mengusut dan menahan Susno. Namun pada hari yang sama Ketua organisasi budaya Sunda, Paguyuban Pasundan, Achmad Syafe’i menyatakan, ada pihak yang mencatut nama organisasinya dalam aksi unjuk rasa yang digelar sekelompok orang di depan Markas Besar Polri itu .

Selain masalah tuduhan korupsi, Sjahril Djohan yang sebelumnya dikenal sebagai Mister X dikabarkan juga akan menerbitkan sebuah buku tentang Susno. Buku tersebut isinya sangat menjelek-jelekkan Susno Duadji secara personal, bahkan sampai termasuk masalah fisiknya.

Menurut Ari Yusuf Amir, pengacara Susno Duadji yang lain, rangkaian fakta dan peristiwa yang terjadi secara berurutan tersebut bukanlah suatu hal yang tanpa disengaja. Itu merupakan rekayasa yang transparan dan sulit untuk ditutupi oleh polisi. 

Ari  membandingkan perlakuan  Polri kepada Susno dengan yang dilakukan kepada Sjahril. Selama dalam tahanan hak-hak Susno sangat dibatasi. Susno sama sekali tidak boleh menggunakan telefon genggam, menonton tv dan mendengarkan radio. Susno hanya boleh ditemui oleh keluarga inti  dan pengacara. Sementara untuk kerabat dan para teman sangat dibatasi dan dipersulit. Sjahril pernah berkesempatan memberi keterangan kepada pers walaupun hanya singkat. Sekarang Sjahril bisa menerbitkan sebuah buku dari dalam penjara.

Sebelumnya, Pengacara Susno Duadji, Husni Maderi mengatakan, kliennya siap diperiksa kasus dugaan penyelewengan dana pengamanan pemilu kepala daerah di Jawa Barat tahun 2008, seraya mengatakan Susno tak akan menghindari pemeriksaan itu karena dia bhayangkari sejati.

"Klien saya siap dan mendukung langkah yang dilakukan Kabareskrim untuk mengungkap dugaan adanya penyelewengan tersebut," kata Husni, usai mengunjungi Susno di Rutan Brimob Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat.

Dalam Pilkada Jabar 2008 itu, Polda Jabar menerima dana Rp 27 miliar untuk pengamanan Pilkada Jawa Barat.

Husni mengatakan Kabareskrim dapat menggunakan data pendukung dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

"Kita berharap jajaran Polri agar adil dalam mengungkap kasus dugaan penyelewengan yang terjadi," katanya.

Dia berharap Polri melakukan hal ini secara profesional dan berkeadilan. Dia juga mengatakan kliennya senang Polri sudah mau membuka diri dan memeriksa sejumlah anggaran yang ada seperti anggaran pengadaan barang, alat komunikasi, pengadaan ribuan kendaraan bermotor.

Ia menegaskan kliennya tidak akan menghindar dalam pemeriksaan yang akan dilakukan.

"Susno itu Bhayangkari sejati, saya jamin ia tidak akan menghindar," tegasnya.

Sjahril Djohan menyimpan dendam kesumat terhadap mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji.

Bekas agen Badan Intelijen Negara atau BIN itu menumpahkannya melalui buku SUSNO, Jangan Ada DUSTA di Antara Kita dengan sinisme yang luar biasa.

Sjahril dalam buku itu menyebut Susno dengan inisial S2G. "Aku paling membenci DUSTA! Tapi di lingkungan Mabes Polri aku adalah manusia yang paling akrab dengan S2G. Maka aku melalui buku ini sengaja mengajak S2G agar berhenti berdusta kepada masyarakat," tulis Sjahril pada pembukaan bukunya.

Lelaki tua ini juga menyebut manuver dan pernyataan S2G belakangan ini telah menyeret masyarakat ke arah yang sesat hingga tak mampu lagi membedakan antara "Pahlawan yang berani karena benar" dan "Orang yang nekat karena kecewa, marah, atau terganggu jiwanya".

Sjahril bahkan mengungkapkan kekhawatirannya jika Susno menjadi Ketua KPK. Ia menulis:

Masyarakat tentu akan berpikir apakah tidak akan muak bila disuruh membayangkan S2G yang berperut buncit dan ikat pinggangnya selalu melorot menjadi kapolri. Apakah masyarakat tidak mual ketika pendusta itu diangkat menjadi ketua KPK?

Puncaknya, Sjahril pun mempertanyakan dalam kalimat pembukaannya, apakah Susno benar-benar lulusan Akademi Kepolisian. Begini cara Sjahril meledek Susno:

Akhirnya izinkan saya untuk bertanya kepada Almarhum Jenderal Hugeng yang memang saya kenal, "Oom apakah S2G ini benar-benar lulusan Akademi Kepolisian karena ia tidak sejujur polisi tidur?"

Sedangkan Pengacara Susno Duadji, Husni Maderi mengatakan Kabareskrim dapat menggunakan data pendukung dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). "Kita berharap jajaran Polri agar adil dalam mengungkap kasus dugaan penyelewengan yang terjadi," katanya.

Dia berharap agar Polri dapat melakukan hal ini secara profesional dan berkeadilan. Imbauan ini ditujukan untuk seluruh Satuan Kerja Polri se Indonesia.

Lebih lanjut Husni mengatakan kliennya senang kalau Polri sudah mulai mau membuka diri dan memeriksa sejumlah anggaran yang ada seperti anggaran pengadaan barang, alat komunikasi, pengadaan ribuan kendaraan bermotor.

Sementara itu, Mantan Kabareskrim Komjen (Pol) Susno Duadji menerima surat dari seseorang di Bali atau juga dikenal sebagai Pulau Dewata.

Surat tertanggal 18 Mei 2010 itu berisi dukungan kepada Susno, tetapi juga disisipi sejumlah mantera dalam yang isinya untuk melenyapkan orang yang memusuhinya. Surat itu bahkan dialamatkan kepada Susno Duadji di sel B-4 kompleks Markas Komando Birgade Mobil, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

"Pengirim surat sangat emosi dan marah menyaksikan tayangan TV karena, menurut pengirim surat, telah terjadi perlakuan yang tidak adil dan di luar batas kemanusiaan terhadap diri saya," kata Susno.

Susno pun mengaku terkejut karena isi mantera itu mengharapkan lawan-lawannya dilenyapkan. "Nah, yang saya jadi agak serius membaca mantara tersebut, kok kejam benar. Makna mantera itu mengutuk seseorang agar mati karena perlakuan negatif yang dilakukannya terhadap diri saya," ungkap Susno.

Pria kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan, ini langsung melipat kembali surat tersebut dan berdoa. "Teriring doa, semoga belum ada korban mantera dari si pengirim surat. Saya ngaca, apakah saya ada potongan untuk menjadi dukun santet atau tidak?" ucap Susno seraya tertawa. (fn/lp/ant/k3m) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version