WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Peneliti asal Amerika, Craig Venter yang secara kontroversial mengklaim berhasil menciptakan kehidupan buatan, menolak sangkaan dirinya “memainkan peranan Tuhan”.
Kreasi dari ‘sel sintesis’ itu merupakan mimpi 15 tahun yang akhirnya jadi kenyataan bagi pengusaha genetis Dr Venter.
Dia memberikan kehidupan pada bakteri di laboratorium dalam pengembangan dari genom, termasuk produksi organisme buatan yang didesain untuk tindakan spesifik seperti memproduksi vaksin atau membersihkan polusi.
“Ini merupakan tahap selanjutnya dalam pemahaman kita, ini merupakan langkah bayi dari pemahaman kita soal bagaimana hidup secara fundamental bekerja, dan mungkin kita dapat mengetahui beberapa cara miliki pegangan baru untuk mencoba mengontrol sistem mikroba untuk keuntungan manusia.”
Saat ditanya kemungkinan teknik ini dibeli oleh penawar tertinggi, Dr Venter mengatakan, “Teknologi bukanlah benda untuk diperjualbelikan, sel tidak untuk dijual. Kami mencoba menggunakan teknologi untuk mengembangkan perlindungan vaksin, kami mencoba untuk menggunakan ini dalam memahami dasar kehidupan sel.”
Dr Venter juga menepis bahaya dari bioterorisme, “Kebanyakan orang akan setuju bahwa telah muncul peningkatan potensi bahaya, namun ada pula peningkatan potensial soal keuntungan bagi masyarakat.”
Menggambarkan soal pencapaiannya Dr Venter mengatakan, “Ini merupakan sel sintetis pertama yang dibuat, dan kami menyebut hal ini sintetis karena sel ini benar benar berasal dari kromosom sintetis.”
“Ini merupakan langkah penting yang kami pikir baik secara ilmiah maupun filosofis. Ini benar-benar mengubah pandangan saya soal definisi kehidupan dan bagaimana hidup ini bekerja
Sementara itu, Pihak gereja Vatikan dan Italia mengingatkan para peneliti soal tanggung jawab etis dari proses ilmiah dan mengatakan bahwa tata cara inovasi tersebut di masa depan akan menjadi hal krusial.
“Ini merupakan penemuan ilmiah yang besar. Saat kita mengerti bagaimana ini akan diimplikasikan di masa depan,” kata Monsignor Rino Fisichella, ahli bioetik Vatikan, diberitakan Associated Press Television News.
“Jika kita memastikan hal ini baik bagi semuanya, baik bagi lingkungan maupun manusia, kami memiliki pandangan yang sama,” ujarnya.
“Namun di lain pihak, penggunaan dari penemuan ini berbalik melawan martabat dan penghargaan atas kehidupan manusia, maka pandangan akan ikut berubah.”
Fisichella yang mengepalai Pontifical Academy for Life Vatikan, menekankan bahwa tidak ada benturan yang besar antara sains dan kepercayaan. (ar/inl2) www.suaramedia.com