View Full Version
Ahad, 30 May 2010

Kebangkitan Muslim Filipina Di Uni Emirat Arab

ABU DHABI (Berita SuaraMedia) – Sekitar 15,000 dari 450,000 orang Filipina di Uni Emirat Arab adalah Muslim, tapi mereka memiliki suara yang terbatas, hingga sekarang.

Dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk  mengangkat profil komunitas Muslim Filipina, sebuah kelompok berusaha menciptakan organisasi induk untuk mewakili kepentingan dari sekitar lima kelompok etnik Muslim yang tinggal dan bekerja di negara itu.

“Ada kebutuhan untuk menjangkau ke kelompok-kelompok etnik lainnya,” ujar Hanifah Ampatua, presiden Komunitas Maranao (Marcom) di UEA. “Kami ingin menyatukan kelompok-kelompok ini dan akhirnya membentuk sebuah federasi yang akan menjadi organisasi induk.”

Maranao adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang Lanao, wilayah dominan Muslim di Filipina selatan. Ada sekitar 600 hingga 800 Maranao di UEA kebanyakan tinggal dan bekerja di Dubai dan Sharjah.

Setidaknya 300 Maranao adalah anggota aktif Marcom, menurut Ampatua, seorang insinyur sipil yang sudah tinggal di Dubai selama empat tahun. Kelompok itu diakui oleh Konsulat Filipina dai Dubai.

Marcom akan berkonsultasi dengan para pemimpin dari berbagai organisasi Muslim Filipina di UEA tentang rencana aliansi itu. Konsultasi juga akan melibatkan mualaf-mualaf Filipina dan Muslim Filipina yang menikah dengan orang Arab.

“Kami belum dapat melanjutkan bantuan yang kami berikan ke etnis Muslim lainnya,” ujar Sahron Roy Tamano, mantan presiden Marcom.

“Meskipun kami adalah kelompok sosial yang mempromosikan persahabatan di antara orang Maranao, kami merasa bahwa para pekerja berkeahlian rendah, terutama pembantu rumah tangga, membutuhkan perhatian kami.”

“Enam puluh persen dari Muslim Filipina yang kami terima adalah berasal dari Maguindanaoan dan Iranun.” Maguindanaoan, kelompok Muslim terbesar dari Filipina, sebagian besar bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Rencana aliansi itu diharapkan akan membantu sejumlah persoalan seperti misalnya orang Filipina yang sampai ke UEA untuk janji pekerjaan yang palsu, para pembantu rumah tangga di tempat penampungan wanita di Dubai dan Abu Dhabi yang melarikan diri dari rumah majikannya, dan pemulangan orang-orang Filipina yang meninggal di UEA.

Sebagian besar masalah pekerjaan yang dihadapi oleh pekerja Muslim Filipina ditangani oleh kelompok lain, Organisasi Pekerja Bangsa Moro (BMLO). Anggota dari kelompok itu terdiri atas orang-orang Maranao, Tausug, Maguindanaoan, dan Yakan.

Ampatua mengatakan bahwa anggotanya telah bergabung dengan BMLO dalam kunjungan mereka ke penampungan setiap empat bulan sekali. Mereka membagikan peralatan mandi, pakaian, mi, dan beras bagi para wanita. Selama Ramadhan, mereka menyediakan buka puasa bagi kaum Muslim dan Kristen yang mengungsi di sana.

“Kami juga ingin Muslim Filipina diakui tidak hanya di UEA, tapi juga di negara-negara Muslim lainnya,” ujarnya.

Abdul Cahar Limano, seorang pekerja minyak di Abu Dhabi, mengatakan, “Bagaimana kami bisa membantu Muslim lain dari etnis yang berbeda jika kami tidak bersatu? Kami akan mendukung federasi ini.”

Dia adalah wakil presiden Bangsa Nunungan, sebuah organisasi Muslim Filipina dari suku Maranao di Abu Dhabi dan Al Ain.

Amilbahar Amilasan, atase tenaga kerja yang baru di Dubai, mengatakan bahwa itu akan menciptakan perbedaan ketika seluruh federasi memperpanjang bantuan untuk para pekerja di UEA.

“Jika mereka bekerjasama, mereka bisa memonitor dan menyelesaikan masalah mereka dengan baik,” ujarnya. (rin/tn) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version