JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Senin, 7 Juni 2010, sore Bandar Udara Soekarno Hattamendadak padat oleh kerumunan masyarakat yang bersiap menyambut kedatangan lima relawan Indonesia.
Tepat pukul, 15.30 WIB, mereka keluar melalui Terminal 2D kedatangan Internasional Bandara Soekarno Hatta. Ratusan orang langsung menyambut relawan dengan takbir.
Suasana pun berubah haru, tangis bahagia terlukis diraut wajah para relawan Indonesia, setelah selama dua hari berada di dalam penjara Israel. Lalu bagaimana mereka mengisahkan pengalamannya?
Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) Ferry Nur mengatakan, selama di penjara, perbuatan jahat dilakukan tentara Israel, termasuk melarang relawan beribadah dan buang air kecil.
"Kami dipersulit, tidak bisa melakukan apapun, karena kami diborgol selama 15 jam," kata Ferry kepada wartawan.
Ia juga menceritakan selama di penjara tidak diperbolehkan berbicara dengan sesama relawan lainnya, apalagi berbahasa Indonesia, mereka akan marah sekali.
Saat di penjara pun, relawan diinterogasi terkait barang-barang yang dibawa, terutama alat-alat elektronik seperti kamera dan handphone.
Mengenai makanan yang diberikan selama di penjara, Ferry mengaku belum mengetahui apakah mengandung racun atau tidak. Hasil laboratorium rumah sakit di Amman baru diketahui pukul 10.00 waktu Yordania.
"Kita berharap, kondisi kesehatan baik-baik saja setelah mengkonsumsi makanan dari mereka seperti nasi, sayur, buah mentimun dan air putih,"
Sementara, Muhammad Yasin, jurnalis Kantor Berita tvOne yang ikut tersandera dalam insiden tersebut mengaku sulit menggambarkan kondisi saat tentara Israel menyerang kapal bantuan ke Gaza.
"Karena memang suasananya saat itu kacau sekali, brutal, dimana kami ditembaki terus menerus tanpa dikasih ampun, bahkan mereka tidak segan-segan melempari kami bom. Sniper mereka juga mengawasi kami dimana-mana," tutur Yasin.
Bahkan, semua kamera, dokumentasi hasil penyergapan dan juga barang-barang elektronik seperti handphone milik relawan tidak satupun dikembalikan tentara Israel.
"Semua dirampas, termasuk kaset, dokumentasi kami tidak bisa diselamatkan, karena diperiksa secara ketat," ujar Yasin pasrah.
Paspor Muhammad Yasin juga diambil tentara Israel. M.Yasin sendiri tidak mengetahui alasan perampasan paspor miliknya itu.
"Dia juga tidak tahu kenapa paspornya diambil," kata Hardjito Warno, relawan dari Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa), di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta.
Menurut Hardjito, Yasin tidak mengetahui alasan perampasan paspornya oleh tentara Israel. Dia baru sadar setelah diberi tahu Hardjito.
"Tahu tidak kenapa paspor kamu diambil? Karena nama kamu itu Yasin, itu seperti nama pendiri Hamas," kata Hardjito usai diterima Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Hardjito menegaskan, tentara Israel itu ingin mengetahui apakah ada aktivis Hamas yang berada di dalam kapal misi kemanusiaan untuk Palestina, Mavi Marmara.
"Padahal memang tidak ada. Kita ini hanya relawan yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan ke Palestina," ujar dia.
Seperti diketahui, Syaikh Ahmad Yasin adalah tokoh pendiri Hamas yang lahir pada tahun 1938 di desa Al-Jaura, selatan Jalur Gaza. Pada Senin, 22 Maret 2004, helikopter Israel menembakkan tiga rudalnya. Pendiri Hamas itu pun tewas seketika.
Sementara itu, Israel mengklaim melepaskan tembakan kepada relawan Freedom Flotilla di atas kapal Mavi Marmara sebagai upaya pembelaan diri. Namun, sebenarnya tentara Israel yang menyerang para relawan terlebih dulu.
"Tentara Israel melepas tembakan dan melempar bom ke arah kapal Mavi Marmara dari boat," kata Yasin, saat diwawancara Karni Ilyas dalam acara 'Di Balik Langit Berita'.
Yasin menegaskan bahwa sejumlah boat tentara Israel membuntuti kapal Mavi Marmara yang akan menembus blokade Israel ke jalur Gaza. Saat subuh, ketika para relawan usai salat subuh, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Dan sumber ledakan itu berasal dari para tentara Israel yang sedang ada di boat.
Sebenarnya, para relawan sudah mengetahui dibuntuti tentara Israel. Karena itu, para relawan juga sudah bersiap mengenakan pelampung dan masker bila terjadi situasi yang buruk. "Begitu ledakan terjadi, suasana menjadi crowded," kata Yasin.
Sesaat setelah ledakan terdengar, tentara Israel kemudian diturunkan dari atas helikopter menuju kapal. Saat turun dan mendarat di kapal, tentara Israel kemudian dikeroyok oleh para relawan. Yasin menegaskan bahwa pengeroyokan terhadap tentara Israel itu terjadi setelah tentara Israel melepaskan tembakan ke arah para relawan.
Yasin tidak melihat secara jelas bagaimana pengeroyokan terjadi. Sebab, Yasin yang saat itu berada di press room, tidak diperbolehkan masuk ke dek kapal tempat pengeroyokan itu. "Sebab, para relawan telah mengingatkan kami bahwa pers ini menjadi garda terakhir dalam misi ini," kata Yasin.
Yasin juga ditanya mengenai kisah tertembaknya relawan dari Indonesia, yang merupakan wartawan Suara Hidayatullah, Surya Fachrizal. "Teman kami, Surya, sepertinya ditembak tentara Israel dari atas helikopter. Karena Surya terkena tembakan di bagian dada," ujar Yasin. (fn/v2v/dt) www.suaramedia.com