WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Amerika Serikat menggunakan warga negaranya sendiri sebagai kelinci percobaan untuk menguji senjata biologis dan simulasi perang kuman di seluruh penjuru negara, demikian disebutkan sejumlah laporan.
Dengan menyebarnya beberapa penyakit yang tidak diketahui di AS, spekulasi mulai merebak bahwa Washington terlibat dalam aktivitas perang dengan biologi yang melibatkan penggunaan senjata kimia dan biologis terhadap manusia.
Menurut Dr. Hanley Watson, seorang mantan ilmuwan militer AS, “Dari tahun 1950 hingga setidaknya pertengahan 1976, militer AS berkali-kali melakukan eksperimen simulasi perang kuman biologi di berbagai wilayah di negara tersebut.
“Sebelumnya, eksperimen-eksperimen semacam ini disebut Pentagon sebagai ‘uji coba yang tak berbahaya’ yang terjadi di 8 wilayah di AS dan melibatkan substansi yang tidak berbahaya, tapi itu tidak benar.”
Dalam sebuah konferensi pers pada 1976 Pentagon mengungkapkan bahwa militer AS telah melakukan serangkaian “simulasi serangan perang kuman dengan menggunakan substansi biologi nonpenyakit di 8 area di AS.”
Uji senjata biologi tersebut melibatkan sebuah operasi pada tahun 1950 di lepas pantai San Francisco, sebuah eksperimen perang biologis di Manhattan untuk “menguji sistem kereta bawah tanah di New York,” dan setidaknya tiga uji coba yang dilakukan di Pennsylvania, Fort McClellan, Alabama, dan California dengan menggunakan “substansi jamur” untuk “melakukan evaluasi lapangan guna menentukan kerentanan terhadap serangan senjata biologis musuh.”
Laporan-laporan pada pertengahan tahun 1970-an memberikan indikasi kuat bahwa setidaknya ada satu orang yang tewas dalam uji biologi di San Francisco.
Lebih lanjut lagi, eksperimen Alabama tahun 1952 tersebut menyebabkan melonjaknya penyebaran penyakit radang paru-paru di kawasan sekitar.
Akan tetapi, militer AS tetap membantahnya dan berargumen bahwa tidak ada petunjuk yang telah ditemukan yang menghubungkan eksperimen tersebut dengan penyebaran penyakit menular atau kematian.
Pentagon mengatakan, “Substansi itu ada di seluruh lingkungan dan dianggap tidak menyebarkan penyakit.” Tapi, sejumlah dokter mengatakan klaim itu salah. Substansi yang dipergunakan militer adalah Serratia marcescens. Sejumlah dokter mengatakan bahwa Serratia menyebabkan infeksi pada manusia dan umumnya ditemukan di kamar mandi dan toilet umum. Mereka menambahkan bahwa ada beberapa jenis bakteri yang kebal terhadap berbagai antibiotik.
“Uji coba yang kami lakukan tidak berhubungan dengan penyebaran penyakit atau kematian di mana pun,” kata militer AS.
Akhirnya, pada 1976 Pentagon memberikan keterangan berbeda dan menyatakan: “Bagi sejumlah orang yang tidak punya kemampuan untuk mengembangkan kekebalan terhadap sebagian besar penyakit yang ditimbulkan Serratia marcescens bisa mengalami infeksi.”
Pentagon tidak merujuk pada pasien AIDS, namun, menarik untuk dibahas bahwa tahun 1976 adalah tahun keenam Pentagon meneliti penyakit yang terdengar amat mirip dengan AIDS. Pentagon juga agaknya tidak menyadari sebuah jurnal medis Fort Detrick tahun 1946 yang ditulis Dr. Tom F. Paine, yang menjabarkan secara rinci eksperimen Angkatan Darat dengan Serratia marcescens yang mengakibatkan penyakit dan infeksi pada 4 orang yang terpapar bakteri aerosol.
Watson menambahkan, “Ekspresimen yang dilakukan dari awal 1950-an hingga 1976 jumlahnya lebih banyak dari data resmi yang disebutkan, mereka juga melakukannya di lebih banyak lokasi, bukan delapan seperti yang dilaporkan.”
“Pada 1950-an dan 1960-an saja ada dua lusin eksperimen yang dilakukan di kawasan New England,” kata Watson.
Salah satu eksperimen lebih besar, seperti tertulis dalam buku A Terrible Mistake: The Murder of Frank Olson and the CIA’s Secret Cold War Experiments (Kesalahan Besar: Pembunuhan Frank Olson dan Rahasia Eksperimen Perang Dingin CIA) tulisan H.P. Albarelli Jr. menyebutkan mengenai eksperimen di sebuah pabrik wol di New Hampshire, Manchester, yang berujung pada kematian tragis 4 karyawan pabrik terkait anthrax.
Pada September 1957, pada waktu yang sama dengan menyebarnya wabah, sejumlah ahli biokimia dari Fort Detrick kedapatan berada di lokasi pabrik dan melakukan uji coba dengan vaksin anthrax. Peneliti Fort Detrick mengembangkan prototipe vaksin yang diuji di pabrik tersebut. Vaksin Wright adalah vaksin yang sama dengan serum kontroversial yang saat ini diberikan kepada pasukan AS. (dn/pv/vh) www.suaramedia.com