OSLO (Berita SuaraMedia) – Arfan Q Bhatti mempunyai perbedaan dalam menjadi "pejuang". Istrinya, Marjam Salvesen Bhatti, sekarang menjalankan sebuah situs yang berisi forum serta penjelasan mengenai Jihad sebenarnya.
Harian Adresseavisen melaporkan bahwa Marjam Salvesen Bhatti juga menjalankan sebuah halaman situs social Facebook yang didedikasikan untuk para Mujahid wanita di seluruh dunia.
"Saya akan menghormati warga Palestina, Chechnya dan wanita-wanita Muslim lainnya yang memberikan kontribusi sebagai pejuang kemerdekaan dalam perjuangan perlawanan," Marjam Salvesen Bhatti mengatakan.
Dalam akun Facebook bernama Trondheim Women, sebuah forum untuk mempromosikan Jihad, dimana ia memberikan penjelasan dan panduan bagi para wanita dalam melaksanakan Jihad yang sebenarnya.
Bagi Marjam, Jihad bukanlah suatu istilah yang secara negatif menuduh, namun suatu kewajiban baginya sebagai seorang Muslim.
"Bagi saya, gambar-gambar pesawat tempur Israel dan tank-tank Amerika lebih menakutkan dari pada istilah 'Jihad' yang dianggap buruk oleh masyarakat barat. Saya tidak melihatnya sebagai suatu keanehan bahwa seorang wanita Muslim akan turut melaksanakan Jihad dalam memelihara keluarga dan anak-anaknya, dibandingkan dengan seorang tentara wanita Norwegia yang berpartisipasi dalam perang di Afghanistan," Salvesen Bhatti mengatakan, yang pada harian Ukeadressa mengatakan bahwa ia mendapatkan nama keduanya setelah menikah dengan Arfan Q. Bhatti.
Ketika suaminya Bhatti dibebaskan beberapa minggu yang lalu dari tuduhan upaya pembunuhan setelah penembakan di sebuah gedung di Asker pada 2006, ia berada di pengadilan untuk mendukung suaminya.
Salvesen Bhatti campuran Norwegia dan Algeria. Ia mempelajari sejarah keagamaan di NTNU, yang dulunya adalah seorang pramugari untuk SAS dan memiliki sebuah usaha sepatu eksklusif dan tas belanja di Trondheim. Sekarang, ia melihat kehidupan masa lalunya dalam industri fashion tersebut sebagai tak berarti.
"Sekarang saya menggunakan waktu saya untuk keluarga saya dan Islam – dan sejauh ini saya telah memiliki kesempatan untuk melawan ketidakadilan," ia mengatakan.
Ia adalah satu-satunya warga Norwegia di antara para aktivis dalam Pawai Kebebasan yang memasuki Jalur Gaza untuk memperingati satu tahun pengeboman Israel dan penyerangan Gaza.
"Israel telah membuat warga Palestina menjadi pengungsi di tanah mereka sendiri. Saya dapat melihat sebuah pemerintahan Yahudi sedang didirikan di AS atau Jerman. Walaupun dulu pada akhirnya Jerman yang memimpin penghapusan besar untuk Yahudi, dan Eropa yang dianiaya. Warga Palestina tidak bersalah atas peristiwa Holocaust," Marjam mengatakan, yang tidak membenarkan membunuh warga sipil.
Awal bulan April tahun ini, para cendekiawan Muslim terkemuka telah merombak sebuah fatwa jihad terkenal dari abad pertengahan, berargumen bahwa dekrit relijius dari Islam radikal yang sering dikutip untuk membenarkan pembunuhan itu tidak dapat digunakan di dunia global yang menghormati berbagai agama dan hak-hak sipil.
Sebuah konferensi di Mardin, Turki selatan, menyatakan bahwa fatwa dari cendekiawan abad ke-14, Ibnu Taymiyya, yang membolehkan kekerasan militer dan pembagian Muslim dunia di abad pertenghan ke dalam "rumah Islam" dan "rumah kafir", sudah tidak berlaku lagi.
Merujuk pada dokumen bersejarah itu, konferensi yang diadakan pada akhir pekan lalu mengatakan, "Siapa pun yang mencari dukungan dari fatwa ini untuk membunuh kaum Muslim atau non-Muslim telah keliru menginterpretasikan." (ppt/ie/iw/sm) www.suaramedia.com