BERLIN (Berita SuaraMedia) – Thomas Schalski-Seehann, seorang politisi lokal dari Partai Kebebasan Demokratis (FDP) di kota Stade, di luar Hamburg, melayangkan gugatan hukum terhadap tiga anggota Partai Kiri Jerman pekan lalu.
Kepada surat kabar Hamburger Abendblatt, ia mengatakan: "Sebagai orang liberal, kami ingin mengirimkan pesan yang jelas untuk menentang anti-Semitisme yang kotor dalam Partai Kiri, mata kanan kami juga tidak buta. Tuntutan kriminal lainnya terhadap para politisi Partai Kiri yang telah dikirimkan ke kantor kejaksaan Berlin menunjukkan bahwa keluhan kami benar dan penting."
FDP adalah partai politik dari Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle.
Dia agaknya menjadi politisi Jerman pertama yang menuntut tiga anggota Partai Kiri dengan tuduhan "hasutan kebencian" dan "dukungan terhadap organisasi teroris."
Inge Höger dan Annette Groth, para perwakilan Partai Kiri di parlemen, dan Norman Paech, seorang mantan anggota parlemen Partai Kiri dan juru bicara kebijakan luar negeri, ada di atas kapal kemanusiaan Mavi Marmara.
Namun, keputusan Schalski-Seehann untuk mengambil langkah hukum melawan Partai Kiri tersebut menyebabkan perpecahan di kalangan politisi FDP.
Menurut sebuah laporan yang dimuat Hamburger Abendblatt edisi Senin, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua FDP di Stade, berikut keanggotaan partainya. Ia masih berencana melanjutkan gugatan terhadap para anggota Partai Kiri dan mengaku ingin menunjukkan "berlanjutnya sikap anti-Semit antara SED (bekas partai komunis Jerman Timur) dan Partai Kiri."
Dalam sebuah wawancara telepon dengan Jerusalem Post pada hari Senin, Margret Mohrmann, deputi kepala FDP di Stade, mengatakan Schalski-Seehann telah mengambil "keputusan yang sepenuhnya pribadi" dan menempuh jalur hukum terhadap Partai Kiri.
Ketika ditanya apakah sang politisi dipaksa mundur dari FDP, Mohrmann mengatakan sama sekali tidak ada tekanan dari para kader lokal FDP di Stade.
"Kami adalah sebuah organisasi lokal, dan masalah seperti isu Gaza bukan kepentingan organisasi politik lokal," katanya.
Ia menekankan bahwa Schalski-Seehann "Tidak memberitahu kami sebelum ia melayangkan gugatan terhadap Partai Kiri."
Schalski-Seehann tidak segera menjawab panggilan telepon wartawan yang meminta keterangan darinya.
Sentimen-sentimen anti-Israel menyusul keterlibatan Partai Kiri dalam pelayaran kemanusiaan, ditambah persahabatan banyak anggota parlemen dengan organisasi-organisasi Islam menjadi inti kritikan media yang semakin bertambah besar di Jerman.
Dari Tageszeitung, sebuah media liberal-kiri Jerman, reporter Doris Akrap mengatakan bahwa Paech "bukan pengamat yang objektif dalam hal Israel. Selama bertahun-tahun ia membandingkan pendekatan militer Israel dengan metode Nazi. Ia merekomendasikan Hamas sebagai mitra dialog dan tidak menganggap ada batasan perlawanan Palestina melawan penjajahan Israel."
Dalam sebuah laporan investigasi berjudul Questionable Peace Mission, German Leftist on Ship With Turkish Islamists and Right-Wing Extremists (Misi Perdamaian yang Dipertanyakan, Kaum Kiri Jerman Menaiki Kapal Bersama Aktivis Islam dan 'Ekstremis' Sayap-Kanan Turki) yang banyak ditonton pekan lalu, Report Mainz melaporkan bahwa ada orang-orang "radikal" dengan "catatan kekerasan" yang ada di atas kapal bantuan kemanusiaan dan aksi perdamaian Mavi Marmara.
Para anggota Great Union Party (Büyük Birlik Partisi), yang disebut Mainz sebagai partai "nasionalis Islam radikal," berada di atas kapal Mavi Marmara.
Menurut "pakar Islam" Michael Kiefer, yang dikutip dalam tayangan tersebut, Great Union Party memiliki "pandangan yang serupa," dalam konteks Jerman, dengan Partai Nasional Demokratis yang dianggap neo-Nazi.
Ketika disodori daftar penumpang "radikal" Islam, termasuk anggota partai Turki tersebut, Groth mengatakan kepada Report Mainz bahwa dirinya bukan orang yang tepat untuk ditanyai dan berjalan menjauhi kamera. (dn/jp) www.suaramedia.com