MIAMI (Berita SuaraMedia) – Seorang pria dan seorang wanita ditahan di Florida pada hari Senin waktu setempat. Mereka menenteng senjata, menggunakan perlengkapan ala militer dan melaju di atas kendaraan, mencoba mendapatkan akses ke dalam pangkalan militer kunci di Florida, kata pihak berwenang.
Kedua tersangka dihentikan di gerbang di luar pangkalan udara MacDill, di dekat Tempa dan dijebloskan dalam tahanan karena tidak mampu menunjukkan tanda pengenal yang diperlukan untuk memasuki pangkalan tersebut, kata juru bicara wanita Angkatan Udara AS, Katherine Holt.
Holt mengatakan ada seragam dan senjata bergaya militer ditemukan di dalam kendaraan tersebut setelah keduanya ditangkap, tapi ia menambahkan bahwa dirinya belum mampu membeberkan jenis atau jumlah pasti senjata yang ditemukan.
Tidak ada bahan peledak yang ditemukan, kata Holt. Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak bisa membeberkan identitas para tersangka.
Holt mengatakan para tersangka masih ditahan beberapa jam setelah mereka ditangkap. Kini mereka tengah diselidiki oleh polisi militer.
Pangkalan di Tampa Selatan tersebut menjadi lokasi markas Komando Sentral AS, yang menjadi otak perang Afghanistan dan Irak, serta Komando Operasi Khusus AS.
Pada 19 Mei, seorang agen FBI yang tengah tidak bertugas menembak mati seorang veteran militer setelah terlibat konfrontasi dan pengejaran di markas tersebut.
Sang veteran, yang disebut Holt sebagai orang yang merasa "tidak puas," mendatangi markas tersebut ketika terjadi perselisihan. Sang agen FBI dilaporkan menembak veteran itu untuk membela diri.
Setelah diidentifikasi, FBI mengatakan veteran tersebut adalah seorang penduduk Massachusetts berusia 61 tahun yang tinggal di dekat pangkalan tersebut.
Ada juga beberapa rincian lain yang dirilis mengenai penembakan Ronald J. Bullock dari Hanson, Massachusetts.
FBI mengatakan Bullock terlibat perselisihan di kamp tersebut yang berujung pada pengejaran dari aparat keamanan. Saat sang agen FBI menemukannya, Bullock menghunus pisau dan sang agen menembaknya.
Juru bicara FBI Dave Couvertier mengatakan bahwa sang agen, yang namanya tidak akan dipublikasikan, ada di pangkalan tersebut untuk menjalankan tugas rutin.
Seorang juru bicara pangkalan tersebut mengatakan, seiapa saja yang memiliki identitas militer yang valid, termasuk para veteran, diizinkan menggunakan area perkemahan MacDill.
Di tempat yang sama, Februari lalu, Presiden Obama menjadi bahan tertawaan setelah ia tampaknya membungkuk di hadapan walkota Tampa, Pam Iorio, di pangkalan udara MacDill.
Media-media sayap kanan AS dengan cepat "menerkam" sang presiden terkait caranya memberikan hormat kepada sang walikota.
"Walikota Tampa bukan seorang diktator dari negara dunia ketiga atau pemimpin teroris, jadi saya tidak paham mengapa Obama membungkuk," tulis sebuah blog konservatif, Red State, yang kemudian menambahkan: "Apakah membungkuk kini menjadi cara standar seorang presiden menyapa orang saat ini?"
Fox and Friends menayangkan foto tersebut dan mengulangi lagi berbagai kontroversi membungkuknya Obama dengan menampilkan foto-foto sang presiden yang terlihat membungkuk.
"Biasanya orang bilang presiden Amerika Serikat tidak tunduk pada siapa pun," kata Steve Doocy, sang pembawa acara. "Tapi, seperti yang terlihat, dia (Obama) membungkuk pada semua orang."
"Kita sudah terlalu sering melihatnya sekarang," tambah pembawa acara pendamping, Alisyn Camerota.
Sebelumnya, Obama terlihat membungkuk di hadapan Raja Abdullah dari Arab Saudi dan Kaisar Akihito dari Jepang, memicu amarah kubu sayap kanan, sementara para akademisi konservatif menuding Obama secara tidak layak membungkuk kepada para pemimpin asing. (dn/yh/ti) www.suaramedia.com