View Full Version
Kamis, 17 Jun 2010

Mesir, Persinggahan Bagi Perdagangan Manusia Menuju Israel

KAIRO (Berita SuaraMedia) – Mesir setiap tahunnya menerima "gadis-gadis dalam jumlah yang besar dari Eropa Timur dan juga dari Afrika yang datang ke Mesir dengan tujuan untuk masuk ke Israel."

Asisten Menteri Luar Negeri Mesir untuk Hak Azazi Manusia, Wael Abu al-Majd mengatakan bahwa Mesir telah menjadi sebuah negara persinggahan yang penting bagi para migran, khususnya dalam hal perdagangan manusia secara ilegal, dimana Mesir menerima setiap tahun "dalam jumlah yang besar gadis-gadis dari Eropa Timur dan juga Afrika yang datang ke Mesir dengan tujuan untuk masuk ke Israel."

Abul Magd menekankan minggu lalu pada sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional untuk  Hak Azazi Manusia di "Mesir .. dan migrasi," yang pemerintah sendiri tidak mampu menghadapi fenomena persinggahan dan "harus ada upaya-upaya kongkrit baik dengan partisipasi para pengusaha atau organisasi-organisai masyarakat sipil begitu juga dengan peranan media untuk menghapuskan masalah ini melalui penyebaran dari peran-peran dan tanggung jawab tersebut."

Asisten Menteri Luar Negeri tersebut mengatakan bahwa undang-undang perdagangan manusia secara ilegal, yang diadopsi oleh parlemen bulan lalu, "Tidak dapat menanggulangi sendiri masalah perdagangan manusia secara ilegal, namun harus ada beberapa otoritas dan aparat-aparat dalam negara untuk mempelajari dimensi dari kejahatan tersebut dan dilatih tentang bagaimana untuk menghadapinya, begitu juga untuk mengembangkan sebuah rencana penggabungan tentang bagaiman menghadapi fenomena tersebut tanpa memperhatikan kriminalisasi dan hukuman."

Ia berpendapat bahwa undang-undang baru dalam perdagangan manusia, yang dilibatkan dalam persiapan undang-undang kemanusiaan yang mengangkat kepentingan para korban dan merancang sebuah dana untuk merawat para korban pengungsi.

Abu al-Majd mencatat penembakan para "penyusup" Afrika ke Israel melalui perbatasan Mesir.

"Mereka melanggar undang-undang pada sebuah dasar sehari-hari dan terdapat banyak mafia dan geng para pria bersenjata yang berinisiatif dan selalu menembak tentara-tentara Mesir pada malam hari dan berusaha untuk melarikan diri ke Israel," ia mengatakan.

Ia menambahkan bahwa empat belas tentara Mesir terbunuh dan enam puluh "penyusup" terbunuh oleh kelompok bersenjata tersebut.

Hafez Abu Saada, Pemimpin Organisasi Hak Azazi Manusia Mesir (Egyptian Organization for Human Rights yang biasa dikenal dengan EOHR), meminta para peserta konferensi tersebut untuk membawa rekomendasi ke Mesir "untuk menuntut pemerintah menghapuskan pemesanannya untuk Konvensi Pengungsi dan penggabungan legislasi internasional, yang telah disahkan oleh Mesir dalam masalah ini dalam struktur legislatif di Mesir."

Ia mencatatkan bahwa pemerintahan Mesir menahan secara samar-samar para migran Afrika di daerah yang berbeda dan "khususnya merupakan sebuah pelanggaran hak azazi manusia yang sangat buruk dan membutuhkan keberadaan sebuah undang-undang tetang bagaimana menghadapi para pengungsi dan mendidik para petugas polisi yang tidak mengetahui apa pun tentang konvensi dalam memperlakukan para migrant dan para pencari suaka." (ppt/iw) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version