View Full Version
Senin, 21 Jun 2010

Inklusif, PKS Dilarang Usung Agenda Penerapan Syariat Islam

SEMARANG (Berita SuaraMedia) - Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Susilo Utomo, menilai Partai Keadilan Sejahtera tidak cukup hanya mengandalkan inklusivitas untuk menjadi partai tiga besar.

"Untuk menjadi suatu partai besar bergantung pada banyak faktor. Prinsip inklusif atau terbuka hanya salah satunya," kata pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip itu di Semarang.

Menurut dia, sebuah partai bisa menjadi besar memerlukan figur yang "dramatik" dan menjadi ikon, serta mampu menarik banyak massa, seperti halnya beberapa partai yang memiliki ikon tokoh berpengaruh.

Untuk menciptakan figur seperti itu, kata dia, perlu political marketing yang tentunya membutuhkan biaya tidak sedikit. "Karena itu, mampukah PKS memunculkan figur-figur seperti itu"," katanya.

Ia mengatakan faktor kedua yang bisa membuat sebuah partai menjadi besar adalah prinsip keterbukaan yang diusung, sebab suatu partai bisa meraih banyak pendukung apabila tidak bersifat tertutup.

"Prinsip inklusif ini nampaknya menjadi andalan PKS saat ini untuk menarik banyak massa, namun partai tersebut harus mampu mengaktualisasikan prinsip-prinsip itu dalam kebijakan-kebijakan yang diambil," katanya.

Kalau memang mengusung prinsip-prinsip inklusivitas, kata dia, maka PKS tidak boleh terjebak untuk mengusung hal-hal yang bersifat formalitas, seperti penerapan syariat Islam atau dalam menyikapi pornografi.

"PKS akan mampu menarik banyak simpati dari masyarakat jika mampu mengaktualisasikan penerapan prinsip keterbukaan seperti itu, kalau tidak bisa maka PKS tidak mungkin menarik banyak simpati," katanya.

Faktor yang tak kalah penting terkait target PKS menjadi partai tiga besar dalam Pemilihan Umum 2014 adalah kemampuan menjalin hubungan dengan Muhammadiyah, mengingat kader PKS banyak yang berasal dari ormas itu.

"Jangan sampai PKS justru berebut konstituen warga Muhammadiyah dengan Partai Amanat Nasional (PAN), karena hal tersebut justru akan membuat friksi yang merugikan perkembangan partai ke depan," katanya.

Menurut dia, PKS sebenarnya sudah menarik simpati banyak massa dengan tercitra sebagai partai yang tidak korup dan berupaya memberikan pelayanan publik secara baik kepada masyarakat.

"PKS juga banyak mengambil celah-celah permasalahan publik yang selama ini belum banyak diperhatikan pemerintah, seperti kesehatan dengan pemberian pelayanan kesehatan dan kegiatan zakat," kata Susilo.

Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq dalam Musyawarah Nasional Ke-2 PKS yang berlangsung 16-20 Juni mengharapkan PKS bisa naik dari empat menjadi partai tiga besar dalam Pemilu 2014 mendatang.

Penutupan Munas Ke-2 PKS ditandai dengan pelantikan Dewan Pengurus Pusat PKS periode 2010-2014 pada 20 Juni 2010, di antaranya Luthfi Hasan Ishaaq sebagai Presiden PKS dan Anis Matta sebagai sekretaris jenderal.

Komitmen Partai Keadilan Sejahtera atau PKS untuk mengangkat kader nonmuslim di partai berbasis Islam konservatif ini patut diacungkan jempol. Bahkan kader tersebut dapat masuk dalam jajaran Majelis Syuro, benarkah?

“Yang tergabung dalam majelis syuro umumnya melampaui masa kekaderan lebih dari 13 tahun. Prosedur ini kan terus kita kembangkan jadi pola sistem internal, dan kita terus lakukan adaptasi-adaptasi sesuai dengan tuntutan perencanaan pemenangan,” kata Sekjen PKS Anis Matta.

Ini dikatakan Anis seusai Musyawarah Nasional PKS di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta.

Sampai saat ini, lanjut Anis, kader nonmuslim sudah bergabung di sejumlah daerah.

“Umumnya kan teman-teman nonmuslim bergabungnya di daerah, tapi mereka masuk ke dalam jabatan publik seperti angota dewan, bupati, dan wali kota itu tidak ada masalah,” tandasnya.

PKS pada pemilu 2014 mendatang yakin dapat menembus posisi tiga besar. Salah satu yang digunakan adlah merekrut kader nonmuslim untuk bergabung di tubuh PKS. (fn/ant/ok) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version