View Full Version
Sabtu, 26 Jun 2010

Malaysia Bantah Isu Perburuan Pengikut Wahabisme

KUALA LUMPUR (Berita SuaraMedia) – Pemerintahan Najib kemarin membantah akan memburu dan menghukum individu yang menganut aliran Wahabi.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Saifudin Abdullah mengatakan bahwa pemerintah tidak mengaitkan pengikut Wahabi dengan terorisme.

Pernyataannya itu muncul untuk merespon laporan bahwa Zamihan Mat Zin, ulama pemerintah, telah mengaitkan Wahabisme dengan Jamaah Islamiyah (JI), sebuah kelompok teror Asia Tenggara, dalam sebuah rapat singkat untuk para pejabat pemerintah.

"Jamaah Islamiyah dan Wahabisme disalahpahami, menyebabkan keduanya dikaitkan dengan terorisme. Saya rasa tidak layak untuk mencap seseorang atau suatu organisasi dengan Wahabisme hanya karena memiliki kaitan dengan terorisme," ujar Wakil Menteri.

Laporan itu juga mengaitkan empat pria terkemuka dengan Wahabisme. Mereka adalah mantan mufti Perlis Dr Mohd Asri Zainal Abidin, mufti Perlis Dr Juanda Jaya, mantan Mentri Besar Perlis Shahidah Kassim dan ketua Partai Islam Semalaysia Hadi Awang.

Wakil Menteri memperingatkan, "Saya khawatir bahwa ini akan berubah menjadi Islamofobia."

Zamihan masih bertahan pada dugaannya bahwa ajaran Wahabi telah berkontribusi dalam aktivitas teroris. Dia menolak untuk menyebutkan keempat pria itu.

"Presentasi saya fokus pada ekstermisme di dalam institusi publik dari pendidikan tinggi," ujarnya. "Tapi saya memang mengatakan bahwa terorisme adalah hasil dari ajaran ekstrim Wahabisme. Jika mereka tidak terlibat, mereka tidak perlu bereaksi berlebihan."

Sementara itu, Dr Mohd Asri, akademisi Islam terkemuka, diyakini telah berubah pikiran tentang bergabung dengan partai penguasa pemerintah menyusul laporan yang mengaitkan dirinya dengan Wahabisme dan jaringan teror JI.

Wahabisme, dikenal di Malaysia sebagai Sunnah Perlis, membersihkan Islam dari pendukung praktek yang tidak ada pada masa Nabi Muhammad.

Zamihan mengatakan bahwa pengalamannya merehabilitasi tahanan ISA yang diduga terlibat dalam Jamaah Islamiyah (JI) menunjukkan bahwa mereka direkrut melalui Wahabisme.

"Para tahanan, Yazid Sufaat, Dr Abdullah Daud, mereka mengenal saya. Kerja lapangan saya menunjukkan bahwa mereka bergabung dengan JI setelah terpengaruh oleh ajaran Wahabi," ujarnya.

Yazid, yang terkenal akan ikatannya dengan Al Qaeda, dibebaskan pada akhir 2008 sementara Abdullah, mantan dosen UTM, dibebaskan tahun lalu.

Zamihan mengatakan sekalinya nama Asri disebut dalam rapat adalah ketika buku "Bid’ah: Istilah yang Disalahpahami" dibahas bersama para peserta.

Dia mengklaim bahwa isi buku itu konsisten dengan ajaran Wahabi.

"Dia menulis buku itu. Dia seharusnya terbuka dengan kritik," ujar Zamihan.

"Dan saya katakan jika Wahabi ingin membentuk negara Islam menurut interpretasi mereka, kita harus menghentikannya," ia menambahkan.

Zamihan mengatakan dirinya tidak berusaha mempengaruhi pihak yang berwenang melalui rapat singkat itu.

"Saya hanya diundang untuk memberikan penjelasan ringkas dan saya bersedia melakukannya."

Zamihan mengatakan bahwa pertemuan itu juga dihadiri oleh Wakil Inspektur Jenderal Kepolisian Tan Sri Ismail Omar, Menteri Pendidikan Tinggi Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin, dan lebih dari 100 pejabat senior universitas publik.

Pertemuan itu digelar menyusul laporan rekrutmen JI di sejumlah universitas setempat. (rin/tol/tmi) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version