View Full Version
Sabtu, 26 Jun 2010

Pencarian Imam Malaysia Menjadi Kontes ''American Idol''

KUALA LUMPUR (Berita SuaraMedia) – AS memiliki "American Idol." Inggris dengan "The X Factor." Malaysia, salah satu negara Muslim yang lebih progresif di dunia, memiliki sesuatu yang agak berbeda – sebuah acara pencarian bakat untuk pemimpin keagamaan muda yang paling layak.

"Young Imam" mungkin agak terlihat akrab pada pandangan pertama. Sepuluh kontestan dengan penampilan yang menarik dalam setelan yang terlihat tajam ditugaskan untuk bersenandung dan menyelesaikan serangkaian tugas-tugas yang sulit. Pada akhir acara, lampu studio meredup, musiknya menurun menjadi sebuah bisikan, dan genggaman dari para pemuda yang penuh harap melangkah ke depan dengan tegang, menunggu bergandengan tangan untuk mengetahui siapa yang akan dikirim pulang pada malam itu.

Selain sebuah kontrak rekaman atau sebuah hadiah jutaan dolar, Imam terakhir yang berdiri memenangkan beasiswa ke Universitas al-Madinah di Saudi Arabia, dengan sebuah pekerjaan memimpin sholat di sebuah Masjid di Kuala Lumpur dan sebuah perjalanan mahal ke Mekkah untuk melakukan ibadah Haji.

Juri utama yang memutuskan siapa yang tetap tinggal atau siapa yang pergi setiap Jum'at dalam acara tersebut bukanlah seorang bintang pop lawas atau pemandu acara temu wicara. Ia adalah mantan mufti besar Malaysia yang mengenakan surban di Masjid nasional Malaysia, Hasan Mahmood.

Minggu lalu Hasan meredam isak tangis ketika ia mengeliminasi Sharafuddin Suaut dari acara tersebut karena tersandung dalam beberapa poin dari teori Islam.

Ini adalah sebuah gambaran yang tidak biasa dari pekerjaan yang sangat penting dari imam – sebuah aturan yang luas yang jangkauan tugasnya dari memimpin para jamaah untuk membantu masalah-masalah komunitas. Izelan Basar, seorang manajer jaringan di Kuala Lumpur jaringan kabel Astro Entertainment, membagi format acara tersebut dengan bantuan otoritas keagamaan lokal untuk membantu melancarkan atas sensitivitas apa pun.

Sementara Malaysia biasanya menggunakan pendekatan dalam Islam dan telah mencoba menaruh sebuah putaran modern selama bertahun-tahun, terdapat arus bawah konservatif yang kuat di negara tersebut. Dalam beberapa hari ini, polisi dan pejabat pemerintah telah memperingatkan bahwa agen-agen yang terkait dengan Al Qaeda telah berusaha untuk merekrut Muslim-muslim muda dari banyak universitas di negara tersebut.

Walaupun "Young Imam" telah mengembangkan para pengikut yang kuat hanya dalam tiga minggu ke dalam musim pertamanya – menyediakan beberapa bukti bahwa, disamping bangkitnya paraktik-praktik fundamentalis dalam beberapa tahun ini, Malaysia tetap dengan pendekatan lamanya mengawinkan dengan sebuah keimanan yang lebih terbuka dan bentuk yang toleran.

Para penggemar menumpuk pujian terhadap para mullah muda tersebut, termasuk beberapa ibu mertua yang berharap untuk menikahkan anak perempuan mereka. Beberapa penonton mengatakan bahwa mereka telah terinspirasi untuk mengambil beberapa pandangan lain terhadap keimanan mereka, terutama Sharafuddin – imam pertama yang tereliminasi – dengan penuh air mata mengatakan dalam sebuah gaya "survivor" direkam bahwa ia akan berdoa lebih keras untuk belajar dari kepulangan awalnya.

"Imam-imam muda ini terbuka, dan kami membutuhkan hal itu. Muslim pada jaman sekarang sangat progresif," Hafizul Fadly, analis pengiriman, 27 tahun dan penggemar dari acara tersebut. "Setelah peristiwa 9/11, baik untuk kita untuk menunjukkan gambaran yang sebenarnya dari Islam."

Yang lainnya dengan kesederhanaan nampak terpukul. "Saya suka. Saya telah memilih Anda," seorang wanita yang mengidentifikasikan dirinya sebagai Nur Ainatul Fitriah menulis pada salah satu kontestan 22 tahun, Hazran Kamal, pada halaman penggemar acara tersebut di Facebook.

Mudah untuk melihat bagaimana imam-imam muda dapat mengirim jantung masyarakat Malaysia berdebar-debar. Berpakaian dalam jubah yang cocok, mereka dipilih untuk kontes tersebut setelah audisi ketat berbulan-bulan.

Kebanyakan dari kontestan menarik perhatian telinga para produser dengan kualitas suara mereka ketika membacakan ayat-ayat dari Al-Qur'an. Beberapa masih siswa, sementara yang lain bekerja di bidang bisnis atau layanan finansial.

Satu kontestan, Taufek Noh, bekerja sebagai seorang pembicara motivasi. "Saya pikir acara ini akan dapat memberi saya sebuah bingkai," ia mengatakan selama sebuah potongan singkat dalam perekaman.

Para penyelenggara acara tersebut kemudian menguji para kontestan tentang pengetahuan umumnya dan geografi untuk meyakinkan bahwa mereka mencari kesulitan ntelektual dari acara tersebut.

"Mereka harus dapat berbicara dalam sebuah jangkauan yang luas pada masalah-masalah sosial. Kami membuat mereka berbicara tentang semua hal, seperti lingkungan dan UFO," Izlan mengatakan.

Setiap minggu, "Young Imam" keluar dari jalannya untuk menantang para kontestan dengan situasi yang mungkin harus mereka hadapi sebagai imam yang sesungguhnya. Pada episode pertama, para kontestan muda tersebut dikirim ke luar untuk mempersiapkan mayat untuk pemakaman – sebuah tata cara yang penting dalam Islam.

Taufek, pembicara motivasi mengatakan, "Ini adalah sebuah kontes yang berat, namun jika kita ingin menjadi imam dan memimpin komunitas kita, kita harus berharap untuk menghadapi tantangan-tantangan sulit kapan saja, di mana saja."

Dalam acara berikutnya, para kontestan mengganti setelan jas mereka dan topi Muslim hitam mereka untuk mengenakan kaus olah raga untuk melakukan kunjungan dengan polisi ke sebuah serangan tengah malam pada sebuah geng pembalap sepeda motor jalanan di selatan kota Johor Baru, menggiring para pembalap tersebut ke dalam sebuah ruangan dan berusaha untuk memisahkan mereka dari balapan mereka, memperbaiki mereka dengan menceramahi mereka tentang Islam.

Selama beberapa bulan lalu mereka telah tinggal bersama dalam sebuah asrama di lahan Masjid federal di Kuala Lumpur dan untuk lebih membantu mereka fokus pada studi-studi keagamaan mereka, mereka juga dilarang menonton televisi, membaca koran atau berita online.

Mereka bahkan tidak diijinkan untuk mengikuti turnamen Piala Dunia yang telah memikat hati sebagian besar Malaysia. Beberapa yang bertahan dalam kontes tersebut akan menetap di sana selama dua bulan lagi, ketika acara final akan disiarkan secara langsung dari sebuah gedung teater.

Momen penundaan hanya ketika Taufek diijinkan untuk ke luar dengan singkat untuk menikahi tunangannya, Zilawati Abusan.

Para kontestan yang lain memakai sebagian besar waktu istirahat untuk meningkatkan misi mereka sendiri: Mereka bertindak sebagai wasit pada acara sebagai bagian dari acara tesebut. (ppt/wsj) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version