BERLIN (Berita SuaraMedia) – Anarkis sayap kiri di Berlin dilaporkan telah mengganggu warga Muslim pendatang yang menunjukkan dukungan mereka untuk tim sepakbola Jerman dalam Piala Dunia, merobek bendera nasional dan bahkan membakarnya.
Mereka menghancurkan dan menurunkan bendera-bendera Jerman yang dipasang di luar sejumlah toko dan kendaraan karena mereka meyakini bahwa patriotisme bangga mendengarkan kembali nasionalisme jelek Reich Ketiga.
Sebuah kelompok yang menyebut dirinya "Kommando Kevin-Prince Boateng" memasang sebuah pemberitahuan di situs web Indymedia, menyerukan kelompok kiri untuk "menangkap" semua bendera Jerman di seluruh penjuru negeri. Nama itu merujuk pada pemain sepakbola kelahiran Berlin yang bermain untuk Ghana dalam Piala Dunia dan mengeluarkan kapten tim Michael Ballack dari turnamen dengan sebuah kesalahan brutal di final FA Cup bulan Mei.
Sebuah keluarga Arab-Jerman memantik kemarahan mereka dengan memasang bendera raksasa Jerman di gedung Sonnenallee mereka sebagai bentuk dukungan terhadap tim sepakbola selama Piala Dunia.
Ibrahim Bassal, yang memiliki sebuah toko ponsel di distrik itu, mengatakan pada surat kabar Berliner Morgenpost bahwa sejak dia dan sepupunya memasang bendera itu mereka mengalami beberapa pertemuan yang tak menyenangkan dengan kelompok sayap kiri lokal.
"Di siang hari orang-orang dari kelompok sayap kiri datang dan menghina kami," ujar Bassal. "Apa saya tidak boleh bangga terhadap Jerman?"
Bassal dan sepupunya Badr Mohammed, yang tinggal di gedung yang sama, bekerjasama untuk memperoleh bendera sepanjang 20 meter itu dengan biaya 500 euro.
Hari-hari belakangan ini situasinya meningkat, dengan kelompok anarkis berusaha menurunkan bendera itu empat kali dan bahkan membakarnya. Dalam satu kesempatan, sebuah kelompok berhasil memperoleh akses ke atap gedung dan merobek bendera itu.
Jumat lalu, 16 orang mengenakan pakaian hitam-hitam khas kelompok anarkis menyerang Bassal di tokonya dan suasananya sangat tegang.
Setelah kemenangan Jerman atas Ghana minggu lalu, Bassal dilaporkan begadang hingga pukul empat pagi untuk menjaga tokonya.
"Mereka memandang kami sebagai imigran," ujarnya. "Mereka tidak paham bahwa orang Jerman yang bukan dari Jerman akan membela negara ini."
Baik Bassal maupun Mohammed mengatakan mereka percaya bahwa mereka harus membela diri memasang bendera Jerman dari warga asli Jerman.
Meskipun seluruh keluarga si pemilik toko telah menjadi warga negara Jerman selama bertahun-tahun, kelompok kiri meyakini bahwa pendatang harus tetap menjadi orang asing.
Sementara itu banyak penduduk keturunan Arab atau Turki yang tinggal di distrik multibudaya itu membela bendera raksasa tersebut dan memperlihatkan dukungan mereka.
Pihak keluarga telah mengatur pengawasan malam hari terhadap bendera itu bersama para tetangga untuk mencegah serangan lain.
"Kami tidak akan membiarkan kebanggaan kami dirampas," ujar Bassal dan Mohammed. (rin/tl) www.suaramedia.com