View Full Version
Kamis, 01 Jul 2010

Al Qaeda Rilis Majalah Berbahasa Inggris, Barat Meradang

SANAA (Berita SuaraMedia) – Sayap media cabang jaringan Al-Qaeda di Jazirah Arab pekan ini mengumumkan bahwa mereka akan merilis majalah berbahasa Inggris perdana kelompok tersebut. Informasi itu didapat melalui iklan yang mereka pasang di internet.

Menampilkan Anwar al Awlaki, ulama Amerika yang dituding menghasut para pemuda Muslim di negara Barat, sebagai penulis tamu, majalah Inspire tersebut merupakan perpanjangan dari majalah online yang sudah terlebih dahulu populer, Sada al-Malahim (Gema Peperangan).

Gagasan peluncuran majalah oleh al Qaeda, yang semestinya menghindari serangan drone dan aparat keamanan di kawasan suku Yaman sesbelumnya lebih banyak dianggap sebagai lelucon.

Artikel-artikel dalam majalah Arab tersebut menyertakan profil para pemimpin militan atau tentara mereka, ada pula analisis peranan wanita dalam perlawanan dan tips untuk menghindarkan kebocoran informasi jika sampai tertangkap.

"Dalam beberapa hal, Sada al-Malahim tidak jauh beda dengan Slate," tulis Brian Palmer dalam artikel majalah online-nya, ia mengatakan dua majalah tersebut menempatkan konten yang terpisah dalam rubrik, seperti Biografi Martir.

Tapi, seorang akademisi mengenai Yaman, Gregory Johnsen mengatakan beredarnya majalah baru tersebut mengkhawatrirkan karena membuktikan eksistensi para anggota Al Qaeda Barat yang berbahasa Inggris dari Al Qaeda di Jazirah Arab (AQAP) di atas Awlaki.

"Ini adalah sesuatu yang telah sejak lama saya, dan sejumlah orang lainnya, curigai. Tapi, majalah itu adalah bukti nyata pertama bahwa ada kelompok inti dari orang-orang macam ini, yang sebagian besar memiliki paspor Barat," katanya.

Majalah tersebut juga kemungkinan besar akan menjadi alat kuat untuk melakukan perekrutan di internet, kata Johnsen.

"Yang berbahaya adalah AQAP bisa menjangkau, memengaruhi, dan memberikan inspirasi kepada orang-orang berpikiran serupa di Barat. Orang-orang ini tidak lagi perlu pergi ke Yaman atau membaca tulisan Arab untuk mendapat instruksi dari AQAP. Sekarang mereka hanya tinggal mengunduh dan membaca majalah berbahasa Inggris."

Hal itu merupakan kabar buruk bagi dinas keamanan Barat yang sering kali berusaha menghambat penyebaran upaya rekrutmen di internet, yang mampu memikat warga yang merasa marah dengan perang Irak, Afghanistan, atau penjara Teluk Guantanamo.

Munculnya majalah tersebut merupakan perang kata-kata yang lebih besar, jauh lebih besar dari yang dilakukan di Afghanistan dan Pakistan, yang membuat agen-agen intelijen Barat fokus pada pesan-pesan yang dikirimkan AQAP Yaman dan sayap Al Qaeda di Somalia, Al Shabaab.

Al Shabaab mampu merekrut setidaknya enam pemuda Toronto ke Mogadishu untuk berperang melawan pemerintah transisi yang didukung PBB, sebagian melalui kampanye di internet.

AQAP, yang dibentuk pada Januari 2009 saat faksi-faksi di Yaman dan Arab Saudi bergabung, langsung masuk ke dalam agenda Washington setelah kelompok tersebut dikaitkan dengan serangan gagal Hari Natal yang diduga dilakukan pria Nigeria Umar Farouk Abdulmutallab.

Dan meski rencana itu mungkin saja gagal, kelompok itu mendapatkan ketenaran.

"Mereka berusaha menjadi Al Qaeda baru, markas Al Qaeda," kata Charles Schmitz, profesor geografi di Maryland Towson University.

Majalah tersebut adalah upaya lain untuk menunjukkan jangkauan internasional mereka, kata Schmitz.

"Orang-orang ini mampu. Mereka bukan orang-orang yang terseret ke dalam peperangan. Mereka adalah orang berpendidikan yang tahu perkembangan dunia dan telah melihat kinerja media, lalu menidunya demi keuntungan mereka," tambah Schmitz.

"Jika mungkin, kapanpun mereka ingin membuat kesal pemerintah Amerika."

Tapi, Schmitz dan Johnsen, yang dua-duanya sering pergi ke Yaman dan fasih berbahasa Arab, memperingatkan bahwa terkadang reaksi terhadap penangkapan atau serangan memudahkan pekerjaan para perekrut di internet.

Misalnya, Awlaki yang dilahirkan di New Mexico, tidak dianggap masuk ke dalam hierarki AQAP atau dikenal baik warga Yaman hingga serangan gagal Hari Natal terjadi dan Gedung Putih memberikan konfirmasi bahwa Awlaki masuk daftar target CIA.

Direktur CIA Leon Panetta pada hari Minggu mengatakan Awlaki telah "menyatakan perang" terhadap AS.

"Awlaki adalah seorang teroris, dan benar bahwa ia warga AS, tapi di atas semuaya, ia adalah teroris dan kami akan memperlakukannya seperti layaknya teroris," kata Panetta.

"Awlaki dibela karena orang-orang mengatakan Amerika akan bertindak melanggar hukum," kata Schmitz. "Jadi kita memberikan keuntungan pada mereka dengan bertindak melewati hukum."

Seperti dikemukakan Johnsen baru-baru ini dalam Newsweek, argumen pemerintah AS lebih didasarkan pada "frustrasi dan asumsi, bukan strategi sebenarnya."

"Di dalam organisasi itu, (Awlaki) bukan siapa-siapa, paling banter ia hanya anggota menengah di cabang lokal," tulis Johnsen. "Ada lusinan orang yang bisa lebih membahayakan AS. Membunuh Awlaki hanya akan membuat mereka semakin berani dan membantu program perekrutan mereka.

"Membunuh Awlaki mungkin membuat kita merasa lebih aman, tapi itu tidak akan terjadi," kata Johnsen.

Dala. 12 edisi majalah AQAP berbahasa Arab, nama Awlaki hanya disebut sekali dan kemudian disebutkan kembali untuk membantah klaim ia tewas dalam serangan drone AS.

Ditilik dari promosi internet yang cerdik dari majalah berbahasa Inggris tersebut, yang dalam iklannya mengusung slogan "hadiah khusus untuk negara Islam," penulis tamu Awlaki tampaknya telah menjadi bintang baru kelompok tersebut." (dn/tst) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version