View Full Version
Kamis, 08 Jul 2010

Salahi Aturan Islam, Pemindai Tubuh Bandara Ditolak Dubai

DUBAI (Berita SuaraMedia) – Dubai tidak akan menggunakan pemindai seluruh badan di kedua bandaranya untuk melindungi privasi penumpang, ujar kepala polisi utama di bandara Dubai, menurut laporan media setempat.

Pemindai seluruh badan tidak akan digunakan di bandara Dubai karena "bertentangan dengan Islam dan tidak menghargai privasi serta kebebasan personal individu," surat kabar Al Bayarn mengutip Brigadir Pilot Ahmad Mohammad bin Thani, kepala departemen umum keamanan bandara Dubai.

"Pemindai itu akan digantikan dengan sistem pemeriksaan lain yang menjaga privasi penumpang," ujarnya.

"Langkah keamanan kami didasarkan pada standar internasional dan tidak ada perubahan keamanan besar yang akan diambil untuk saat ini," ujar bin Thani seperti yang dikutip oleh Gulf News.

Namun, koran berbahasa Inggris itu mengatakan bahwa bandara Dubai sedang mempertimbangkan penggunaan kamera pengenal wajah untuk meningkatkan keamanan.

AS mendorong peningkatan penggunaan pemindai seluruh badan, yang dikatakannya bisa menghentikan seorang pria Nigeria yang berusaha meledakkan sebuah pesawat tujuan AS pada hari Natal tahun lalu dengan bahan peledak yang disembunyikan di pakaian dalamnya.

Beberapa negara Eropa sudah menguji teknologi itu, termasuk Perancis, Inggris, dan Belanda. Bandara Jepang dan Korea Selatan juga telah mulai menguji program tersebut.

Mesin tersebut masih tetap kontroversial karena kekhawatiran akan masalah privasi, karena mereka menampilkan gambar seluruh badan penumpang yang dipindai.

Penolakan Dubai ini bertentangan dengan pengumuman dari otoritas federal dalam konferensi keamanan penerbangan regional bulan lalu bahwa mereka berniat untuk memperkenalkan mesin pemindai tubuh di bandara.

Pemerintah federal sedang meninjau teknologi itu karena adanya kekhawatiran radiasi, ujar Saif al Suwaidi, direktur jenderal Otoritas Penerbangan Sipil Umum.

"Kami tidak memiliki informasi lengkap tentang efek samping dari penggunaan peralatan ini terhadap penumpang reguler," ujarnya.

Brigadir bin Thani mengatakan strategi keamanan di Dubai cukup untuk menjaga keselamatan jutaan penumpang. Dia menekankan bahwa teknologi pemindai tidak diwajibkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).

"Penerimaan peralatan itu didasarkan pada keputusan setiap negara anggota ICAO dan bukan merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh mereka," ujarnya.

"Mayoritas kejahatan yang kami tangani melibatkan paspor palsu yang berasal dari negara-negara Asia Timur."

Sekitar 3,700 orang sudah dilatih untuk menangani ancaman keamanan dan tatanan publik di bandara-bandara Dubai, ujar Brigadir bin Thani.

Bandara internasional Dubai juga mempertimbangkan peluang untuk menggunakan teknologi pengenalan wajah guna meningkatkan keamanan, ujar Brigadir Omar al Amri, wakil direktur keamanan bandara. Sistem itu sudah diuji tapi belum sepenuhnya diimplementasikan. "Agar teknologi itu bisa diterapkan hanya membutuhkan peningkatan perangkat lunak," ujar Brigadir bin Thani. "Kami saat ini sedang mengujinya dan meninjau potensi penggunaannya."

Bandara tersebut memiliki lebih dari 3,200 kamera keamanan operasional di tiga terminalnya.

Bandara Dubai diperkirakan akan memproses 46 juta penumpang tahun ini, dibandingkan dengan 40 juta tahun lalu, setelah pembukaan bandara internasional Al Maktoum di Jebel Ali bulan lalu. Personel keamanan sibuk, menangani 732 kasus kriminal sejauh ini tahun ini, dibandingkan dnegan 1,382 kasus di sepanjang tahun lalu. (rin/meo/tn) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version