SRINAGAR (Berita SuaraMedia) - Ratusan demonstran turun ke jalan di Kashmir berteriak melawan penjajahan India di hari Isra' Mi'raj mengikuti pencabutan empat hari jam malam oleh pemerintah.
Pemimpin pro kemerdekaan Mirwaiz Umar Faruq memimpin prosesi ratusan warga Kashmir di jalanan kota Srinagar, pusat perkotaan perjuangan dua dekade melawan peraturan New Delhi yang telah merenggut ratusan jiwa.
Ratusan demonstran turun ke jalanan di Kashmir hari Minggu lalu berteriak melawan India di hari Isra' Mi'raj mengikuti pencabutan empat hari jam malam oleh pemerintah.
Tentara India membunuh setidaknya 15 orang dalam protes tiga minggu terakhir ini, ditengah-tengah demonstrasi terbesar menentang aturan India dalam dua tahun ini terhadap Muslim Kashmir, kantor berita Reuters melaporkan.
Banyak masyarakat setempat menyalahkan pasukan keamanan atas kematian tersebut.
"Besok ada festival utama di kuil Hazratbal dan oleh karena itu akan ada pengenduran jam malam mulai dari malam ini hingga larut malam esok hati," Sekretaris Dalam Negeri India Gopal Pillai mengatakan pada televisi negara.
Dalam banyak bagian Srinagar, ibu kota Kashmir, orang-orang berkerumun di toko kelontong saat jam malam dicabut, karena kehabisan makanan sejak pembatasan dilakukan, ujar saksi mata.
Tiap tahun, ratusan ribu warga Muslim Kashmir berkerumun di kuil Hazratbal, situs suci di wilayah tersebut, untuk merayakan Isra' Mi'raj Nabi, perjalanan naiknya Nabi Muhammad ke surga. Perayaan itu dimulai di Kashmir.
Kuil itu menyimpan barang peninggalan yang dipercaya merupakan rambut jenggot Nabi Muhammad.
Lebih awal hari itu, ratusan orang mematahkan aturan jam malam di Kashmir utara dan turun ke jalan meneriakkan "kami ingin kebebasan."
Polisi menggunakan tongkatnya dan menembak ke udara untuk medesak jam malam, dan mengatakan setidaknya 20 orang luka-luka dalam pertikaian tersebut.
"Kami mengutuk pembunuhan orang tak bersalah," Faruq menyuarakan lewat pengeras saat seorang warga berteriak balik secara serempak, "Faruq, kami bersamamu".
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan menggunakan tongkat untuk membubarkan ratusan demonstran yang melempari batu, mengarahkan pemerintah untuk mencabut jam malam di Kashmir.
Ketegangan di wilayah Himalaya - yang memisahkan antara India dan Pakistan - mengingatkan pada masa akhir tahun 1980an, ketika protes terhadap aturan India mencuatkan konflik bersenjata yang akhirnya membunnuh lebih dari 68.000 orang, kebanyakan warga sipil.
Pertikaian baru terjadi hari Sabtu lalu antara demonstran anti-India dan pasukan pemerintah di tiga area berbeda di Srinagar, kota utama wilayah tersebut, ujar petugas kepolisian dalam kondisi anonim karena ia tidak diijinkan berbicara pada media.
Sebagai bagian dari larangan mendadak baru, ratusan tentara berpatroli di jalanan sepi Srinagar dan banyak toko dan bisnis masih tutup. Sekitar 60 surat kabar di wilayah tersebut tidak dapat terbit selama tiga hari.
"Kita mengawasi keeadaan tersebut dengan teliti dan akan membuat keputusan lebih lanjut tentang ini," ujar Farooq Ahmed, petugas senior kepolisian.
Pemerintah mengirim tentara untuk mengakhiri protes minggu lalu. Tentara India hampir tidak digunakan untuk menghadapi kerumunan sejak demonstrasi jalanan utama dua dekade lalu.
Warga penduduk mengatakan pasukan keamanan telah membunuh 15 orang dalam reli baru-baru ini. Ratusan orang membawa bendera protes hitam dan hijau bertuliskan "Tentara India tinggalkan Kashmir" ketika mereka berjalan dengan damai di jalanan.
"Ketidakpatuhan warga dan jalan damai kami akan terus berlanjut sampai India menarik pasukan militer dan paramiliternya dari area yang dihuni," ujar Mirwaiz Umar Farooq, pemimpin kunci yang memimpin aksi tersebut.
Jam malam ketat, awalnya diperkenalkan hari Rabu lalu, dicabut Jumat malam di seluruh wilayah yang diatur India selama 24 jam sehingga memungkinkan warga untuk merayakan festival Muslim.
Sekitar 1.000 jamaah mengunjungi kuil Dargah Hazratbal untuk berdoa dalam perayaan Isra' Mi'raj tahunan. Tahun lalu, ratusan ribu orang berkerumun di kuil tersebut.
Polisi meletakkan kawat berduri dan barikade bajaj di sekitar kuil untuk menhentikan protes apapun.
India dan Pakistan bertikai dalam dua perang atas Kashmir. India umumnya menuduh Pakistan karena mengirim pemberontak ke perbatasan yang dimiliterisasi hebat untuk menimbulkan kekacauan dan menyalahkan protes baru-baru ini pada militan berbasis Pakistan menjadikan India tidak stabil, seorang petugas di Islamabad menyangkal.
Separatis Kashmir menuntut kemerdekaan dari India yang mayoritas Hindu atau bergabung dengan Pakistan yang mayoritas Muslim. (raz/wb/re) www.suaramedia.com