CANBERRA, AUSTRALIA (Berita SuaraMedia) – Sebuah laporan dari 'Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan' telah mengungkap bahwa keluarga-keluarga Muslim memiliki hubungan yang baik dengan warga Australia yang lain, dan merasa aman dan bahagia tinggal di negara kanguru tersebut, namun mereka merasa geram dengan media karena menggambarkan Muslim sebagai teroris dan kriminal.
"Banyak keluarga sangat merasa bahwa media memberondong Muslim; dan ini adalah sebuah kekhawatiran yang besar bagi mereka," kantor berita The Age mengutip Ilan Katz, direktur Pusat Penelitian Kebijakan Sosial di Universitas New South Wales, dan seorang asisten penulis dari studi tersebut, seperti yang dikatakan.
Penelitian tersebut adalah bagian dari sebuah proyek yang lebih luas yang diminta oleh departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan tersebut untuk memahami kekhawatiran dan kebutuhan warga Muslim Australia.
Berdasarkan pada wawancara dengan 72 anggota keluarga, penelitian tersebut menemukan bahwa orang-orang merunut sebuah perubahan dalam penggambaran media terhadap Muslim setelah insiden 9/11 di AS.
"Mereka merasakan sikap-sikap komunitas telah mengeras terhadap mereka sejak kejadian tersebut karena pemberitaan media," Dr. Katz mengatakan.
"Media menggambarkan kami sebagai teroris; media sendiri menentang kami. Warga Australia lebih mendengarkan media; itulah yang mereka percaya," seorang ayah berkebangsaan Irak dari seorang siswa di negara tersebut mengatakan.
Meskipun demikian, koran-koran meyatakan bahwa warga Muslim Australia kebanyakan positif tentang interaksi sehari-hari mereka dengan warga Australia biasa, teman-teman, rekan kerja, dan orang yang lalu lalang biasa.
"Sekolah-sekolah Menengah Atas pemerintahan Australia bahkan memiliki sebuah ruang untuk sholat di dalam sekolah dan para siswa melaksanakan sholat dzuhur dan sholat Jum'at di ruang tersebut," seorang ayah dari siswa yang lain mengatakan.
Sebuah kekhawatiran utama yang lain adalah pemasukan yang rendah, dengan beberapa menyalahkan diskriminasi di tempat kerja karena mengancam akan memecat mereka keluar dari pekerjaan jika tidak melepas jilbab mereka.
Penggambaran Muslim sebagai "yang lain" pada berita utama dan gambar-gambar media adalah umum bahkan sebelum peristiwa 9/11, namun setelah kejadian tersebut menjadi semakin gigih. Media sering menggunakan gambar-gambar yang tidak berhubungan untuk membingungkan para pembaca dan menyarankan bahwa semua orang Muslim menyetujui aktivitas teroris. Manipulasi dari gambar-gambar dan stereotip yang terus-menerus memperkuat sebuah tesis bahwa Islam telah menggantikan komunisme sebagai "musuh baru bagi dunia Barat".
Ketakutan yang yang dihasilkan dalam masyarakat membantu untuk mempertahankan dukungan untuk kebijakan-kebijakan pemerintah atas hukuman mandataris atau pencari suaka, pengawasan dan agresi militer yang berlangsung di Irak dan Afghanistan. Pemerintah sangat waspada bahwa memfokuskan pada "Muslim yang lain" sebagai bahaya terbesar yang dihadapi sebuah masyarakat, elektorat agaknya lebih sedikit untuk memeriksa kebijakan-kebijakan ekonomi dan lingkungan yang secara negative mempengaruhi kehidupan mereka.
Disamping itu, korporasi media, untuk tujuan membuat keuntungan, harus memfokuskan pada masalah-masalah tertentu yang sejalan dengan penonton dan memanipulasi kekhawatiran tertentu. Dalam mengejar keuntungan, kebenaran sering menjadi korban pertama. (ppt/nti/loa) www.suaramedia.com