View Full Version
Kamis, 15 Jul 2010

Lutheran Amerika Gunakan Metode Rahasia Pelajari Muslim

CHAPEL HILL, CAROLINA UTARA (Berita SuaraMedia) – Todd Drake telah menemukan sebuah cara untuk pergi ke luar negeri sambil tetap berada di tempat.

Seorang seniman yang tinggal di sebelah utara dari Greensboro, Drake selalu ingin melakukan perjalanan keliling dunia, namun kewajiban keluarga menahannya di Carolina Utara. Ia menemukan sebuah cara sekitar masalah tersebut untuk menghindari masalah tersebut dengan mengajak berteman para imigran yang paling baru di negara bagian tersebut.

Pertama-tama, ia mulai mengenal para Montagnards dari Vietnam, termasuk sebuah keluarga yang pindah di sebelah rumahnya. Kemudian, ia menulis sebuah buku tentang imigran Meksiko masuk ke Chapel Hill dan Carrboro. Proyeknya yang paling baru adalah mengeksplorasi kehidupan Muslim Carolina Utara.

Dalam sebuah rangkaian foto yang sekarang dipertontonkan di Pusat Pendidikan Global Fed Ex di Universitas Carolina Utara (University of North Carolina – UNC), Drake menggambarkan teman-teman Muslim yang ia kenal di seluruh negara bagian tersebut.

"Saya tidak mengetahui Muslim sama sekali pada waktu itu," Drake, 48 tahun, mengatakan. "Dan saya menanyakan diri saya sendiri, 'Apakah komunitas yang saya lihat di sini sama dengan yang saya dengar di televisi?'"

Drake, seniman tetap di Pusat Pendidikan Global, mengatakan bahwa ia dengan senang hati terkejut mempelajari bahwa mereka tidak seperti yang diberitakan.

Selama tiga tahun terakhir, ia telah melakukan perjalanan di negara bagian tersebut meminta para Muslim untuk berpose untuk sebuah potret pilihan mereka. Di antara mereka yang setuju adalah seorang imam Statesville yang tumbuh di sebuah kota terpencil di Florida; seorang penjual karpet High Point dari Pakistan; dan seorang pencuci piring di sebuah restaoran Outer Banks dari Kazakhstan.

Drake membiarkan subjeknya memilih bagaimana mereka ingin dipotret. Imam – Tamir Mutakabbir – mengatakan bahwa dalam bergerak melewati rasisme dari masa kanak-kanaknya dan menemukan Islam, ia merasa seperti Superman. Drake memfotonya dalam sebuah kaus oblong Superman di tengah sebuah ladang jagung.

Nushmia Khan, seorang mahasiswi di UNC, berjuang dengan identitasnya sebagai Muslim-Amerika. Ia dipotret mengenakan penutup kepala tradisional Muslim dengan kedua lengannya disilangkan dan kedua tangannya terkunci dalam sebuah jabat tangan dengan dua orang.

Drake mengatakan bahwa ia tidak dapat belajar tentang Islam tanpa bertemu dengan para Muslim.

"Anda tidak dapat benar-benar mengenal sebuah agama kecuali Anda mengenal seorang pemeluk dari agama tersebut," ia mengatakan.

Namun apa yang unik tentang pameran tersebut adalah pendekatan kolaboratif yang digunakan Drake. Ia mengendalikan bentuknya; subjeknya menambah isi. Disamping setiap foto adalah sebuah pernyataan tentang orang yang terpotret dalam kata-katanya sendiri.

Saling keterikatan tersebut bukan hanya sebuah metode rahasia. Keterikatan tersebut berada di hati apa yang Drake lakukan: "Saya membuat seni untuk mengingatkan kita akan persamaan kemanusiaan kita," ia mengatakan.

Proyek tersebut berawal tiga tahun lalu ketika Drake menelepon banyak Masjid di seluruh negara bagian. Apa yang ia lakukan tidak membuatnya jauh, jadi ia mulai menghadiri layanan doa dan mengatakan kepada orang-orang tentang proyeknya. Tidaklah mudah pada waktu itu untuk membangun kepercayaan. Seorang pria dengan marah menanyakan apakah ia telah membaca Al-Quran, kitab suci Muslim. Drake menjelaskan bahwa ia belum pernah membacanya, menambahkan bahwa proyeknya bukan tentang agama namun tentang para pemeluk agamanya.

Perlahan-lahan, ia memenangkan hati banyak Muslim yang berbeda.

"Karakteristik pertama yang terlintas dalam pikiran adalah keontetikannya," Mutakabbir, Imam Statesville, mengatakan. "Ia berusaha membantu orang-orang melihat Islam dalam cahaya yang lebih baik."

Drake menghadapi beberapa halangan visual. Seorang pemilik restoran pizza Greensboro tidak ingin fotonya diambil atau namanya digunakan. Namun Drake merasa tersentuh oleh komitmen pria tersebut terhadap kedermawanan. Setiap hari, pemilik restoran pizza tersebut memberi makan 15-20 orang yang tidak mempunyai rumah. Jadi Drake mengambil gambar sebuah potongan pizza dan sebuah minuman ringan dengan bayangan pemilik restoran pizza di latar belakangnya.

Kekuatan keyakinan untuk menginspirasi tindakan menggiring Drake juga. Dibesarkan dalam sebuah gereja Baptis, ia sekarang menjadi seorang Lutheran karena ia tertarik dengan komitmen Lutheran  dari para penganut Lutheran membuat pemukiman para pengungsi Montagnard.

"Saya telah datang pada titik di mana saya mempercayai sebuah pepatah Afrika: Ketika Anda berdoa, gerakkanlah kaki-kaki Anda," Drake mengatakan. "Bergeraklah keluar dan buatlah hal tersebut terwujud."

Dr. Jamal Kalala, seorang nefrolog di Taylorsville, mengatakan ia telah berbagi pendekatan humanistik Drake. Seorang pendatang dari Syiria, Kalala bercanda dengan pasiennya bahwa ia adalah seorang "Muslim Baptis dari Selatan" karena ayah dari John sang Baptis Testamen Baru dikubur di kota asalnya Aleppo. Dalam pameran, Kalala difoto sedang berbicara dengan seorang pasien.

Tentang Drake, dokter tersebut menambahkan, "Kita membutuhkan lebih banyak orang seperti ia di dunia ini; orang-orang yang bekerja atas masalah-masalah umum dan berbagi planet dengan jalan yang penuh damai." (ppt/chn) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version