View Full Version
Jum'at, 16 Jul 2010

Indonesia Kini Miliki Peta Bahaya Gempa Baru

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi terjadinya gempa bumi maka memerlukan persiapan dan penanganan bila kejadian alam itu terjadi.

Saat ini Indonesia telah memiliki peta bahaya gempa baru yang disusun oleh tim revisi peta gempa Indonesia dengan menggunakan pendekatan probabilitas di batuan dasar.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam paparan hasil kerja tim yang berlangsung di ruang rapat gedung Annex Bina Graha Jakarta, Jumat siang.

"Hasil peta ini akan diakomodasi dalam revisi SNI 03-1726-2002," kata Djoko Kirmanto.

Peta ini digunakan untuk memperkirakan besarnya beban gempa guna perencanaan infrastruktur tahan gempa. Setelah menjadi standar nasional, diharapkan semua infrastruktur yang akan dibangun mengacu pada peta tersebut sehingga mampu menahan gaya gempa yang mungkin terjadi.

Dengan demikian infrastruktur lebih aman serta korban jiwa dan kerugian materiil bisa diminimalkan dan juga bisa digunakan untuk membantu mendidik masyarakat memahami gaya gempa yang dihadapi.

Menteri PU mengatakan peta ini sangat membantu dalam menyiapkan ketahanan bangunan atas gempa di masa mendatang termasuk infrastruktur pengairan seperti bendungan.

Sementara itu ketua tim, Prof Masyhur Irsyam, mengatakan walaupun peta gempa ini dikembangkan berdasarkan data dan metodologi terkini, namun ke depan masih perlu disempurnakan secara berkelanjutan karena masih banyak penelitian yang perlu dilakukan.

"Perlu studi baru ini untuk mengurangi potensi bahaya gempa yang lebih besar karena mengingat peristiwa Aceh kekuatan gempa lebih besar dari yang diperhitungkan semula," katanya.

Indonesia pada 2002 telah memiliki standar bangunan dan infrastruktur tahan gempa disebut SNI 03-1726-2002.

Peta baru ini memperbaiki beberapa hal dari peta gempa yang lama yang digunakan dalam SNI 2002 karena menggunakan prosedur baru dalam membuat analisis probabilitas bahaya seismic yang digunakan oleh United States Geological Survey (USGS) atau Survei Geologi Amerika Serikat.

Peta analisis probabilitas bahaya seismic merupakan peta tentang nilai percepatan tanah maksimum di batuan dasar sebagai potensi bahaya getaran gempa pada suatu wilayah oleh sumber-sumber gempa di sekitarnya.

Dengan menghitung potensi percepatan tanah di batuan dasar, peta ini diharapkan bisa bermanfaat untuk keperluan perancangan bangunan tahan gempa, jembatan dan perencanaan wilayah.

Sebelumnya tim nasional peta gempa Indonesia yang beranggotakan sembilan pakar gempa seluruh Indonesia atau sering disebut sebagai Tim Sembilan, akhirnya mengakhiri pekerjaan berat menyusun peta gempa Indonesia yang paling mutakhir. Karena itu, siang selepas sholat jumat, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengundang tim yang dipimpin Prof. Masyhur Irsyam (ITB) untuk memaparkan petanya di Istana Presiden, Binagraha,

Peta gempa yang diberi nama Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Map itu telah ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 1 Juli yang lalu, sehingga telah resmi berlaku. Peta akan dipresentasikan di hadapan petinggi kementerian dan lembaga pemerintah, sipil dan militer, yang terkait dengan penanganan kebencanaan. Pejabat-pejabat yang akan hadir, antara lain Menteri PU Djoko Kirmanto, Pimpinan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), UKP4, TNI Angkatan Darat, BMKG, Bappenas, dan LIPI,

Penyusunan peta gempa tersebut dilandaskan pada catatan tentang peristiwa gempa di berbagai wilayah yang disebabkan oleh sumber-sumber gempa tertentu. Yang menarik, peta ini memuat informasi detail mengenai sesar aktif yang bersemayam di bawah bumi berbagai wilayah Indonesia.

Tim Sembilan telah memetakan sesar di Sumatra dengan baik, Khusus mengenai sesar di Jawa, tim juga memberikan informasi yang cukup mengenai sesar Cimandi, sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Lasem dan Pati, kata Erick.

Meski demikian, Tim Sembilan menganggap masih ada kekurangan dalam peta ini. Antara lain, masih sedikitnya sesar aktif yang bisa diidentifikasi laju gesernya (secara geologis dan geodetis) serta perioda ulang gempa dan maksimum magnitudenya. Selain itu, kemungkinan adanya sesar aktif yang berlokasi dekat dengan Jakarta atau Surabaya, masih belum bisa diidentifikasi dengan baik. (fn/ant/lp) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version