JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Agar tidak membuat macet dengan iring-iringan mobilnya, banyak pihak meminta SBY agar tinggal saja di Istana Negara. Namun sosiolog Musni Umar justru menilai SBY tidak perlu selalu tinggal di istana.
Aktivitas politik SBY di Partai Demokrat menjadi salah satu alasannya. Kegiatan politik di luar tugas negara dinilai tidak pantas dibahas di istana.
"Presiden SBY kan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat juga. Masa nanti para politisi Demokrat datang ke Istana setiap mau rapat," ujar Musni.
Musni menilai SBY tentu mempertimbangkan masak-masak sehingga harus bolak-balik ke Cikeas. Tentunya SBY tidak ingin mencampuradukan urusan partai, pribadi dan negara.
"Nanti apa kata orang-orang kalau ada kegiatan politik di istana," terang Musni.
Musni menjelaskan pola pengawalan SBY yang harus dibenahi sehingga tidak membuat pengguna jalan mengeluh. Dirinya mengaku masih bisa menerima jika presiden dan wapres dikawal secara ketat, namun pejabat di bawahnya tidak perlu mendapat pengawalan ketat atau menggunakan voorijder saat macet.
"Biar menteri-menteri itu juga merasakan apa yang dirasakan rakyat," tutur Musni.
Sementara itu, Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada paruh kedua pemerintahannya ini diharapkan lebih fokus pada agenda dan pencapaian kesejahteraan bangsa. Pasalnya, taraf kehidupan sebagian besar rakyat di Tanah Air masih memprihatinkan atau jauh untuk dikatakan hidup sjahtera.
"Apalagi kini masyarakat dihadapkan dengan biaya konsumsi tinggi serta melambungnya harga kebutuhan pokok yang sulit dijangkau," kata Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle Syahganda Nainggolan di Jakarta.
Sabang-Merauke Circle merupakan lembaga pusat kajian kebijakan publik yang didirikan sejumlah aktivis era 80-an asal Institut Teknologi Bandung.
Menurut Syahganda, Presiden harus memahami penderitaan rakyat secara penuh, sekaligus melakukan langkah-langkah konkret dalam menyelamatkan martabat hidup bangsa. Artinya, tidak membiarkan rakyatnya semakin miskin, kehilangan pekerjaan, ataupun hidup tanpa pekerjaan layak, bahkan banyak di antaranya terus-menerus berada dalam ancaman sebagai penganggur dengan ketiadaan masa depan.
"Dengan demikian kepemimpinan Yudhoyono hingga 2014 nanti harus diarahkan pada prioritas kesejahteraan rakyat, karena kondisi kehidupan rakyat banyak yang mengkhawatirkan secara ekonomi," jelas Syahganda.
Sebelumnya, seorang warga Cibubur Hendra NS menulis surat pembaca surat kabar harian akibat trauma dengan kelakuan kasar para pengawal Presiden SBY. Seringkali para pengawal ini memang lebih galak dari presiden yang dikawalnya.
"Ini yang harus dibenahi," ujar sosiolog Musni Umar.
Dari cerita mantan Komandan Paspampres, Mayjen TNI Marciano Norman, sebenarnya Presiden SBY justru ingin agar pengawalan dan iring-iringan kendaraan R1 1, tidak mengganggu arus lalu lintas.
Saat berbincang dalam coffe morning dengan media di Makodam Jaya, Kamis (8/7/2010) lalu, Norman berkisah SBY sempat mogok tidak mau jalan karena ada sterilisasi jalan dua arah. Menurut SBY hal itu tidak perlu dilakukan karena mengganggu masyarakat.
"Norman kamu bereskan dulu ini. Saya tidak mau jalan," ujar Norman menirukan SBY saat itu.
Dari situ Norman pun melakukan perubahan dalam pengamanan rombongan SBY. Penutupan jalur dua arah pun tidak lagi dilakukan. (fn/d2t/km) www.suaramedia.com