BERLIN (Berita SuaraMedia) – Para pemuda Muslim di Jerman yang ingin berhenti dari gerakan perlawanan akan ditawari bantuan menemukan pekerjaan baru dan merumahkan di bawah sebuah program yang dimulai oleh dinas intelijen dalam negeri. Seorang juru bicara agen tersebut mengatakan bahwa pengguna program tersebut akan dijamin kerahasiaan dan membantu tindakan keamanan jika mereka diancam oleh para radikal.
Jerman memulai sebuah program yang sama untuk ekstrimis kulit putih sayap kanan pada tahun 2001.
Dinas intelijen tersebut memperkirakan terdapat lebih dari 36.000 Muslim yang berorientasi secara Islam di Jerman, namun hanya sebuah fraksi dari mereka dianggap berpotensi kekerasan.
Para partisipan dan keluarga mereka atau teman-teman mereka sekarang dapat menemukan bantuan melalui email atau telepon dengan layanan "HATIF" baru, yang kepanjangan dari Heraus Aus Terrorismus und Islamistischem Fanatismus (Meninggalkan terorisme dan Fanatisme Islamis).
"Hatif" juga kata bahasa Arab untuk telepon.
"Tujuan utama dari HATIF adalah untuk mencegah kekerasan yang mengatasnamakan Islam," Agen intelijen Verfassungsschutz mengatakan.
Layanan tersebut, ditawarkan dalam bahasa Jerman, Turki dan Arab, akan menyediakan pilihan yang aman bagi mereka yang berharap untuk mencabut diri mereka sendiri dari lingkaran ekstrimis, agen tersebut mengatakan. Agen program tersebut tidak akan mencoba dalam jalan apapun untuk membimbing orang-orang menjauh dari Islam.
Para kandidat dan keluarga mereka akan menerima bantuan dalam mengubah lokasi, mencari kualifikasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan menangkis ancaman.
Para ahli meyakini bahwa bahaya bagi mereka yang berusaha untuk melarikan diri dari ekstrimis sangat tinggi. Menurut de Maizière, mereka berlanjut untuk menjaga Jerman tetap di dalam pandangannya, dengan lebih dari 29 organisasi semacam itu aktif di dalam negara tersebut.
Sementara itu, jumlah orang-orang yang dikira Islamis telah meningkat dari 34.720 sampai 36.270 pada 2008.
Negara-negara seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi dan Singapura juga telah mengimplementasikan progaram deridikalisasi dalam beberapa tahun ini, namun mereka pada umumnya bekerja dengan terdakwa di penjara, sementara Jerman berusaha untuk menjangkau para pemuda sebelum mereka melakukan sebuah kejahatan, Peter Neumann mengatakan, seorang ahli dari Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Kekerasan Politik di London. Ia mengatakan bahwa terdapat program yang serupa di negara-negara Eropa yang lain sejauh ini.
"Kami megetahui bahwa di hampir sebagian besar kelompok tersebut, terdapat orang-orang yang ingin meninggalkan ekstrimis, namun hal tersebut tidaklah mudah untuk keluar dari lingkungan semacam itu," ia mengatakan. "Merupakan hal yang hebat bahwa Jerman membuat tawaran ini – bahkan walaupun hal ini benar-benar tidak akan membimbing pada akhir dari radikal di Jerman."
Pengaitan komunitas Muslim dengan gerakan radikal juga menyebabkan kegagalan berdirinya beberapa Masjid, seperti yang terjadi pada Pusat Islami Eropa di Munich (ZIEM) yang dibatalkan setelah Imam Benjamin Idriz dituding memilliki hubungan dekat dengan beberapa organisasi Islam, seperti Milli Gorus (IGMG) dan Komunitas Jerman (IGD) yang dikaitkan dengan gerakan Muslim Brotherhood di Mesir.
ZIEM dulunya merupakan organisasi yang dipercaya pemerintah untuk mendidik pembentukan Imam di Jerman.
ZIEM juga seharusnya menjadi konstitusi yang mampu menjembatani antara nilai-nilai Islam dan Jerman.
Dan beberapa anggota dari organisasi masyarakat Jerman menunjukkan dukungan mereka untuk rencana ZIEM.
Organisasi tersebut beserta pengacara mereka mengatakan mereka siap membawa kasus ini menuju jenjang hukum yang lebih tinggi demi citra baik mereka. (ppt/it/sm) www.suaramedia.com