View Full Version
Selasa, 27 Jul 2010

Kebangkitan Kembali Bangsa Muslim Moor Di Spanyol

GRANADA (Berita SuaraMedia) – Selama ratusan tahun, Muslim Afrika Utara menguasai Spanyol selatan. Sekarang, keturunan mereka berkontribusi pada "kebangkitan bangsa Moor" yang merupakan bagian regenerasi dari Andalusia, ujar Sylvia Smith dari kantor berita BBC.

Duduk di kedai teh Abdul Hadi Benattia, kau akan lupa sejenak di mana kau berada.

Suara dari teh mint manis yang dituangkan ke gelas-gelas kecil, gumam bahasa Arab di latar belakang, dan tumpukan cornes de gazelle almond yang disajikan ke pelanggan yang duduk di sofa-sofa rendah, semuanya menggambarkan Maroko atau Tunisia.

Tapi selangkah ke luar toko dan berjalan beberapa meter ke bawah bukit maka kau akan berada di Granada, Spanyol.

Teteria, atau kedai teh, ini hanyalah satu dari puluhan yang menghiasi area bersejarah itu dan menjadi simbol perubahan signifikan dalam kebudayaan dan perekonomian dari bagian penting kota tersebut.

Pembukaan sebuah kedai teh di samping Masjid pertama kota itulah yang menyalakan kebangkitan Afrika Utara di Granada, menurut Sheikh Ekhlouf dari Tetouan di Maroko utara.

Dia dan rekan-rekannya sesama pemilik kedai teh mendapatkan properti-properti kosong, meniupkan kehidupan baru ke area yang sebelumnya kumuh tersebut.

"Sebelum kami membuka toko, hanya segelintir orang yang berani menyusuri jalan ini, terutama pada malam hari," jelasnya.

"Semuanya tertutup papan dan satu-satunya orang yang akan kau temui hanya pengguna narkoba dan PSK. Tapi kami telah mengubah jalan ini menjadi yang paling populer."

Perubahannya mencolok mata. Puluhan kedai berwarna cerah dengan bagian depan terbuka menjual berbagai jenis kerajinan tangan Maroko dan Tunisia, dan satu-satunya musik yang akan kau dengar adalah musik Arab, diselingi dengan kumandang adzan.

Memanfaatkan harga rendah properti, kedatangan pertama di tahun 1980an menjajah Calderia Nueva dan mulai memperkenalkan versi modern dari kebudayaan Andalusia Islam.

Abdul Hadi Benattia, yang merupakan sejarawan Tunisia sekaligus pemilik restoran dan kedai teh, mengklaim bahwa Islam yang ada di Granada sangat dekat dengan agama toleran aslinya yang menyebar di seluruh Afrika Utara dan sebagian besar semenanjung Iberia dari abad 7 sampai 14.

"Kami menerima tetangga-tetangga Kristen kami dan menghormati tradisi mereka," ujarnya. "Kami tidak menetapkan secara khusus untuk menciptakan kembali koeksistensi yang damai, tapi terkadang kau tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir bahwa inilah tepatnya yang telah terjadi."

Terkadang imam di Masjid sekitar, Abdul Hadi bertemu dengan banyak dari ribuan Muslim Eropa yang datang pada hari libur untuk menikmati, tidak hanya Alhambra, salah satu monumen paling terkenal Spanyol, tapi juga Masjid besar baru yang dibangun tahun 2002 dengan dana dari Syarjah Emirat.

Masjid yang mengesankan itu dibangun di jantung komunitas Muslim, yang beranggotakan 15,000 orang.

Dua puluh tahun lalu, hanya ada 2,000 Muslim di kota itu dan kebanyakan dari mereka adalah mualaf Spanyol.

Beberapa dari warga asli Spanyol yang lebih konservatif menunjukkan sikap yang tak mau kompromi dengan tetangga mereka.

"Kami mengalahkan bangsa Moor dan mengirim mereka pulang sejak dahulu," ujar Dolores Ramirez, seorang pembersih kantor.

"Kami tidak masalah mereka ada di sini, selama mereka menjaga sikap. Tapi bukan mereka yang berkuasa. Ini adalah kota Spanyol."

Bukannya warga Afrika Utara ingin memegang kekuasaan, mereka puas melihat usaha mereka berkembang dan untuk memperlihatkan bahwa populasi Muslim adalah kekuatan yang memantapkan dan menyatukan.

Abdul Hadi mengakui bahwa dia menggunakan gaya Andalusia ketika mendekorasi. "Kami membuat meja dan kursi kami di Afrika Utara dan kami senang dianggap sebagai bagian dari kelanjutan garis bersejarah kaum Muslim yang tidak pernah benar-benar meninggalkan Spanyol."

Kenaikan harga properti di area yang bersejarah itu cukup tinggi berkat renovasi yang bercita rasa tinggi, dan beberapa warga lokal Spanyol sebal karena tidak mampu membeli.

Tapi banyak warga lainnya yang mengaku bahwa kemajuan itu mengejutkan dan bahwa mereka juga diuntungkan dari meningkatnya jumlah pengunjung.

"Alhambra adalah daya tarik paling populer di Spanyol," ujar Laila, mualaf lokal Spanyol yang menikah dengan seorang manajer properti dari Tangier.

"Tapi itu memiliki banyak kaitan dengan atmosfer unik serupa yang ada di jalan-jalan sekitar sini. Seolah-olah periode bersejarah itu masih hidup dengan baik." (rin/bbc) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version