View Full Version
Selasa, 27 Jul 2010

Muallaf: Islam Imbangi Kristen Dan Yahudi Dengan Sempurna

SUNBURY (Berita SuaraMedia) – Putri perempuan dari seorang ibu Katolik dan ayah yang Yahudi mengatakan bahwa 12 tahun yang lalu ia menemukan Islam menjadi penyeimbang yang sempurna antara kedua agama tersebut, dan selama bertahun-tahun tereakhir ini, ia telah membaktikan waktunya untuk aktivitas antar agama yang bertujuan untuk membawa semua agama Valley bersama atas dasar persamaannya.

Sementara mempelajari mencintai Yesus dalam Katolik dan menemukan bahwa sebuah konsep tersebut jauh dari hal yang dapat diterima oleh Yahudi, Safiyyah Jihad Levine dari Sunbury, mengatakan bahwa ia memiliki banyak pertanyaan tak terjawab sampai ia menemukan Islam, yang mana, ia katakan, "menaruh keduanya bersamaan dalam semacam sebuah cara yang sempurna."

Levine telah menikahi seorang Muslim, membaca semua buku suaminya, dan satu tahun kemudian, "Pada saat itulah ketika saya memutuskan bahwa Islam adalah untuk saya," ia mengatakan.

"Saya tidak berpindah agama karena suami saya adalah seorang Muslim," ia mengatakan. "Saya melakukannya karena diri saya sendiri."

Namun perpindahan ke dalam sebuah agama baru jauh dari mudah.

Ketika ia berpindah agama pada tahun 1998, ibunya meninggal dunia, namun ayahnya, ia mengatakan, "tidak bahagia".

"Hal ini benar-benar mematahakan hubungan kami," Levine mengatakan. "Ayah saya bahkan tidak mengakui saya. Waktu itu adalah sebuah masa transisi yang berat dalam aspek tersebut. Namun saya mengetahui bahwa Islam adalah untuk saya."

Ayahnya meninggal dunia hanya satu hari sebelum peristiwa 11 September 2001, yang ia yakin bahwa kejadian tersebut akan membuat ayahnya lebih kecewa.

Ia telah diabaikan oleh banyak keluarganya yang lain dan teman-temannya juga.

Namun ia gembira sekali karena telah menerima sebuah penerimaan yang mencintainya dari komunitas Valley.

Ia mengenakan jilbabnya, atau penutup kepala, kemanapun ia pergi, namun, ia mengatakan, "Saya belum pernah mendapatkan masalah apapun."

"Yang lain tidak takut pada kami," ia mengatakan bahwa ia sendiri dan teman Muslimnya di daerah tersebut.

Ia mengatakan bahwa, "Mengatakan banyak tentang nilai-nilai Kristen di sekitar sini."

Kristen, bagaimanapun juga, ia mengatakan , mengajarkan untuk mencintai semua.

Sebelumnya dari Harrisburg, Levine sekarang menjabat sebagai ustadzah sdi Institusi Koreksional di Muncy, dan ia telah dihubungkan dengan Pusat Islam Sunbury selama tiga tahun.

Presiden dari pusat tersebut, Sobhi Ammar dari Danville, mengatakan bahwa terdapat tiga macam orang: Mereka yang mempercayai semua orang adalah berbeda dari dirinya, dan mereka satu-satunya yang benar; kedua, mereka yang percaya bahwa semua orang adalah sama; dan mereka yang waspada pada awalnya, namun kemudian menerima sebuah kelompok orang ketika mereka benar-benar mengetahui mereka.

Ia telah melihat tiga macam orang tersebut sejak ia tiba di Valley pada 1989.

Setelah peristiwa 11 September, ia mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya mengalami beberapa kesulitan dari orang-orang yang bereaksi terhadap peristiwa tragis tersebut, dan ahal ini dapat dimingerti, ia mengatakan.

"Orang-orang merasa ketakutan," Levine mengatakan dengan sederhana.

Rasa takut itu berlanjut sampai hari ini.

"Saya tidak berpikir bahwa hal ini akan menjauh," Ammar mengatakan.

Bagaimanapun juga, hal ini secara konstan dalam media.

Bagaimanapun juga Levine merasa bahagia bahwa orang-orang di komunitas tersebut telah datang kepada mereka untuk menanyakan pertanyaan tentang siapa mereka dan apa yang mereka percaya.

"Saya pikir hal ini bagus bahwa mereka merasa cukup aman untuk bertanya kepada kami," ia mengatakan.

Ammar datang ke Kota New York dari Tepi Barat untuk mendapatkan sebuah gelar sarjana insinyur kimia, dan ia tiba di Valley pada tahun 1989 untuk bekerja sebagai seorang konsultan untuk sebuah perusahaan farmasi lokal. Ia dibesarkan sebagai seorang Muslim, namun ia dulu hanyalah seseorang yang "mengenal Islam dari nama saja," ia mengatakan.

Samapi usia 26 tahun, ia mengatakan, "Saya tidak mengingat pernah sholat."

"Ketika saya menyelesaikan kuliah saya, saya menyadari bahwa hidup saya hampa," ia mengatakan.

Jadi ia mulai membaca kitab suci dan terutama tertarik oleh informasi ilmiah yang dijelaskan dalam Kitab Suci Al-Qur'an.

Sekarang seorang pemimpin dalam agama tersebut, ia menjabat sebagai ketua Masjid Sunbury, yang didirikan pada akhir tahun 1988 oleh empat doktor Muslim di daerah tersebut.

"Mereka menginginkan sebuah lokasi untuk datang dan berdoa," Ammar mengatakan.

Masjid lain yang terdekat adalah Williamsport, Wilkes-Barre, Harrisburg dan Allentown.

Semua kecuali satu dari doktor tersebut sudah meninggalkan daerah tersebut.

Walaupun Muslim berdoa lima kali sehari, yang disebut dengan sholat, sholat Jum'at adalah sebuah kewajiban umum yang termasuk khotbah.

Berpikir mengenai sholat Jum'at sama halnya dengan ibadah Minggu untuk Kristen dan Sabtu pada Yahudi, Ammar mengatakan.

Diperkirakan 30 sampai 40 keluarga di daerah tersebut terhubung pada Masjid Sunbury.

"Namun saya mengetahui bahwa komunitas tersebut kemungkinan berlipat ganda jumlahnya," Ammar mengatakan.

Tidaka ada keanggotaan.

Ia juga mengatakan, "Tidak ada ujian untuk memastikan apakah mereka adalah seorang Muslim atau bukan."

Jika seseorang mengatakan bahwa ia adalah seorang Muslim, maka ia secara terbuka diterima di dalam Masjid untuk berpartisipasi dalam sholat.

"Komunitas tersebut telah meningkat selama lima tahun terakhir," Ammar mengatakan. (ppt/di) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version