TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Para pengungsi Yahudi pada Kamis waktu setempat (29/7) mengambil alih sebuah bangunan di Kota Tua bagian Perempat Muslim dan mengusir lusinan para penghuni warga Palestina, para penduduk dan polisi mengatakan, menyebabkan sebuah protes yang tajam oleh duta PBB regional tingkat atas.
Pengambilalihan tersebut datang pada saat AS berjuang untuk memulai pembicaraan Israel - Palestina. Komunitas internasional, yang dipimpin oleh AS, telah mendesak Israel untuk menahan diri dari langkah apapun yang dapat meningkatkan ketegangan di Yerusalem timur, termasuk pengusiran dan penghancuran rumah.
Kota Tua Yerusalem timur direbut oleh Israel pada Perang Timur Tengah tahun 1967. Pihak Palestina mengklaim setengah dari bagian timur kota tersebut untuk ibu kota mereka.
Selama bertahun-tahun, sekitar 2.000 pengungsi Israel telah berpindah ke dalam bangunan-bangunan Yahudi yang dibeli di bagian daerah Arab yang mapan dari Yerusalem timur, termasuk Kota Tua, membuatnya lebih sulit untuk membagi kota tersebut.
Sebelum subuh pada Kamis waktu setempat, lebih dari dua lusin pengungsi dari kelompok pemukiman Ateret Cohanim memasuki bangunan di Perempat Muslim, Nasser Quirresh, salah satu dari penghuni gedung yang terusir, mengatakan. Ia mengatakan bahwa 90 anggota dari keluarga besarnya yang tinggal di rumah tersebut, yang hanya belasan meter jauhnya dari daerah Muslim yang utama, Masjid Al-Aqsa dan Tembok Barat.
"Para pengungsi tersebut membongkar pintu dan mengganti kunci-kuncinya," ayah Nasser, Ali mengatakan kepada kantor berita AFP. "Kami memanggil polisi Israel, namun alih-alih memindahkan para pengungsi tersebut, polisi malah melindungi mereka."
Ia mengatakan bahwa para pengungsi tersebut anggota dari Ateret Cohanim, sebuah organisasi sayap kanan yang berdedikasi untuk menempatkan sebanyak mungkin Yahudi di Yerusalem timur, terutama Kota Tua.
Beberapa tahun yang lalu organisasi tersebut berusaha untuk mengambil alih beberapa rumah dengan menunjukkan sebuah tagihan penjualan, yang mana sebuah pengadilan Israel kemudian mengatakan bahwa tagihan tersebut palsu, ia mengatakan.
Seorang juru bicara untuk Ateret Cohanim mengkonfirmasi kepada kantor berita AFP bahwa organisasi tersebut telah mengambil alih rumah tersebut, bersikeras bahwa pihaknya telah membeli bangunan tersebut.
"Kami mengirim sepasang pemuda ke dalam rumah tersebut," ia mengatakan. "ini adalah properti Yahudi dan kami akan membuktikan sebelum pengadilan."
Sekitar 1.000 pengungsi Israel tinggal di rumah-rumah yang Aterit Cohanim katakan telah mereka beli di Kota Tua sejak 1978, sebagian besar dari rumah tersebut berada di Perempat Muslim.
Israel merebut sebagian besar Arab Yerusalem Timur pada tahun 1967, kemudian menggabungkan kota tersebut dalam sebuah gerakan yang tidak diakui oleh komunitas internasional.
Secara terpisah, pengungsi Israel mengambil alih empat toko kosong Palestina dalam sebuah pasar di kota tua Hebron, berdekatan dengan sebuah daerah di mana 600 pengungsi tinggal, menurut saksi.
Quirresh mengatakan bahwa keluarganya telah menyewa rumah tersebut selama 60 tahun terakhir, dan karena pemilik rumah tersebut tinggal di luar negeri.
Pengacara keluarga tersebut, Samer Zaobi, mengatakan bahwa para pengungsi membeli bangunan tersebut pada tahun 1987, dan mengajukan ke pengadilan berkali-kali agar keluarga Quirresh diusir dari bangunan tersebut. Zoabi mengatakan bahwa pengadilan memutuskan setiap kali mendukung para penghuni.
Juru bicara polisi Micky Rosenfeld mengatakan bahwa pihak otoritas berusaha untuk menentukan apakah para pengungsi tersebut memegang sebuah perintah pengusiran yang sesuai.
Duta PBB Robert Serry mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa menyesalkan "kejadian yang tidak dapat diterima pada hari ini oleh pasukan pengungsi Israel yang secara paksa mengambil alih sebuah bangunan, yang merupakan rumah bagi sembilan keluarga Palestina."
Ia mendesak pihak otoritas Israel untuk memindahkan para pengungsi dari properti tersebut dan mengijinkan para penghuni semula untuk kembali.
Dalam pernyataan tersebut, Serry meminta Israel untuk menjauhkan diri dari tindakan provokatif di Timur Yerusalem."
Quirresh mengatakan bahwa ia dan sebagian besar anggota dari keluarganya sedang berada di sebuah pernikahan ketika para pengungsi Yahudi tersebut, ditemani oleh polisi, memasuki bangunan dengan paksaan. Ia mengatakan bahwa kakak laki-lakinya, istrinya dan anak-anaknya masih berada di dalam bangunan tersebut, menolak untuk meninggalkan bangunan.
Anggota keluarga yang lain mengambil posisi di gang sempit di luar bangunan, duduk di atas kursi. Para tetangga membawakan mereka sandwich. Semsntara itu, para penngungsi Yahudi memasang kamera-kamera keamanan dan kawat-kawat berduri di atap bangunan berlantai dua tersebut.
Zoabi mengatakan bahwa ia mengusahakan sebuah surat perintah pengadilan untuk, mengusir para pengungsi tersebut.
Juru bicara Ateret Cohanim tidak dapat dengan segera dihubungi untuk dimintai komentar. Lagi pula, 190.000 warga Israel tinggal di lingkungan Yahudi yang telah dibangun di Yerusalem timur sejak tahun 1967. (ppt/nfl/aby) www.suaramedia.com