NEW YORK (Berita SuaraMedia) -
Tiap tahun, setelah bulan Ramadhan, Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri. Umat Muslim menggunakan kalender bulan, oleh sebab itu tanggal Idul Fitri selalu berubah tiap tahun dan selalu berputar dalam kalender Gregorian.
Tahun ini, Idul Fitri jatuh pada tanggal 11 September dan menyebabkan perhatian bagi umat Muslim yang tinggal di Amerika, karena mereka sudah menghadapi serangan atas agama mereka sebelumnya oleh berbagai pihak dan protes terhadap pembangunan Masjid baru.
Ketakutan terbesar dalam pikiran Muslim Amerika adalah bahwa perayaan yang akan diadakan pada hari itu akan disalahpahami oleh mereka yang tidak sadar atas Islam.
Dewan Urusan Publik Muslim, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Los Angeles, menghubungi badan pelaksana hukum dan Departemen Hukum divisi hak rakyat sipil untuk mengingatkan mereka atas hal tersebut.
Perkumpulan Islam Amerika Utara (ISNA), yang mengatur Hari Keluarga Muslim di taman hiburan Six Flags di beberapa kota sepanjang Idul Fitri, tahun ini tidak merencanakan apapun pada hari Sabtu nanti, tanggal 11 September, karena peringatan tersebut. pendiri Hari Keluarga Muslim, Tariq Amanullah, bekerja di World Trade Center dan tewas dalam insiden tersebut.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok hak asasi sipil yang berbasis di Washington, mendorong Masjid-Masjid utuk meninjau kembali panduan keamanan kelompok tersebut, termasuk membersihkan semak-semak dimana orang dapat bersembunyi dan memasang kamera pengintai.
"Persoalan yang saya rasa mencuat di situs-situs pembenci di internet adalah, 'Umat Muslim ini merayakannya pada tanggal 11 September'," ujar Ibrahim Hooper, juru bicara nasional untuk CAIR. "Sangat menakutkan di luar sana."
Tanggal pastinya Idul Fitri tahun ini belum diketahui. Muslim mengikuti aturan yang berbeda dalam melihat bulan dan perhitungan astronomis untuk memutuskan kapan hari libur itu dimulai. Di Amerika Utara, Idul Fitri bisa saja jatuh hari Kamis, tanggal 9 September, Jumat, 10 September, atau Sabtu, 11 September.
Ini merupakan satu dari dua hari libur Muslim terbesar dalam setahun, seringkali dibandingkan dengan Kristen dalam hal signifikansi dan keriuhannya. (Hari raya utama lainnya adalah Idul Adha, di akhir haji, perjalanan ziarah tahunan ke Mekkah.)
Dalam negara-negara dominan Muslim, perayaan itu dapat berlangsung selama tiga hari. Tapi karena alasan pekerjaan dan kewajiban sekolah di Amerika Serikat, Muslim Amerika umumnya menghadiri sholat Ied pada hari libur tersebut, kemudian melanjutkan perayaan mereka minggu depan atau dua minggu kemudian.
Kebanyakan Masjid biasanya meningkatkan keamanan selama Ramadhan karena perhatian terhadap bulan tersebut. tahun ini, para pimpinan menumbuhkan perhatian khusus terhadap keamanan. Dalam akhir-akhir bulan ini, Masjid di sekitar negara yang menghadapi protes dan vandalisme. Perdebatan atas pengajuan Masjid dan pusat Islam dekat titik nol telah menjadi topik nasional.
Walaupun sebelum ketegangan tersebut, pemimpin Muslim Amerika melihat persoalan yang akan datang saat mereka mengecek kalender. Haroon Moghul, seorang pimpinan Muslim New York yang biasaya berceramah di Masjid, mengatakan pimpinan Masjid telah membahas Idul Fitri selama berbulan-bulan.
"Ketika kami menyadari bahwa Ramadhan akan berakhir sekitar waktu tersebut, banyak orang mulai duduk dan bertanya-tanya, 'Bagaimana kita menangani situasi ini dengan cara yang layak?'," ujar Moghul, direktur eksekutif Maydan Institute, sebuah perusahaan konsultan komunikasi.
Moghul mengatakan kebanyakan Muslim New York tidak akan merayakannya seperti yang biasa mereka lakukan, dan mencatat sejumlah besar keluarga yang meninggal saat insiden World Trade Center. Banyak imam di kota itu merencanakan ceramah tentang menghadapi kehilangan dan dukacita.
"Itu adalah hari yang menyedihkan bagi semua orang," ujar Moghul. (raz/av/ust) www.suaramedia.com