View Full Version
Senin, 16 Aug 2010

Tunisia Rayu Muslim Berwisata di Bulan Ramadhan

TUNIS (Berita SuaraMedia) – Tunisia sedang berada pada puncak musim panas, langit biru dan hangatnya Laut Mediterania  sedang memanggil, namun Rabeh Lounassa memperpendek liburannya dan pulang menuju Algeria.

"Saya ingin tetap berada di sini untuk melanjutkan liburan saya namun Ramadhan adalah bulan yang suci dan saya biasanya menghabiskan waktu Ramadhan bersama keluarga saya," ia mengatakannya ketika ia menunggu taksi untuk membawanya kembali menyeberangi perbatasan kota di Algeria, Annaba.

Bulan suci umat Muslim, Ramadhan tahun ini jatuh tepat pada pertengahan musim liburan dan ratusan dari ribuan para pengunjung telah mengemas tas-tas mereka dan kembali pulang – menyisakan industri pariwisata Tunisia menghitung kerugiannya.

Tunisia pada khususnya menghadapi penurunan dalam bisnis karena di luar dari tujuh juta pengunjung yang datang di negara tersebut pada tahun-tahun biasa, adalah sekitar tiga juta Muslim dari negara tetangga Libya dan Algeria.

Sehingga sementara turis dari Eropa masih menetap, sebagian besar pengunjung dari Libya dan Algeria telah pulang. Sebagai sebuah akibatnya, banyak hotel, restoran pantai dan kafe dalam keadaan setengah kosong, menurut pejabat pariwisata dan perhotelan.

"Sepertinya musim tersebut telah berakhir bahkan sebelum musim tersebut dimulai," Imed Zid mengatakan, seorang pengusaha perhotelan di Soussem sebuah  kota resor sekitar 150 km selatan dari ibu kota Tunisia.

"Sebagian besar klien Afrika Utara kami telah pergi," ia mengatakan. "Meskipun terdapat iklan-iklan, diskon, perencanaan kegiatan-kegiatan khusus, para turis Arab bersikeras untuk pulang."

Ramadhan biasanya dihabiskan di rumah karena bulan tersebut termasuk sebuah penekanan kuat pada pertemuan keluarga.

Ramadhan jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, berhubungan dengan penanggalan Gregorian yang digunakan di sebagian besar dunia karena penanggalan bulan tersebut sesuai menurut penanggalan Islam, yang berjumlah 354 atau 355 hari di setiap tahunnya.

Tunisia membutuhkan turis. Tidak seperti halnya Algeria dan Libya, negara dari 10 juta orang tersebut tidak menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah yang besar. Pariwisata adalah sumber penghasilan asing terbesar dan pemilik perusahaan terbesar setelah pertanian.

Setiap tahun, pariwisata berkontribusi sekitar $ 2,4 milyar bagi anggaran negara, atau sekitar 20 persen pendapatan.

Dengan harapan untuk melindungi pemasukan tersebut, sektor tersebut telah berusaha untuk merayu umat Muslim bahwa mereka dapat menjalani Ramadhan dan berada dalam liburan pada saat yang bersamaan.

Kementerian pariwisata mengatakan bahwa hotel-hotel akan melayani makan sahur, acara-acara musik malam hari akan diselenggarakan dan kolam renang dan pantai-pantai akan tetap buka pada malam hari sehingga orang-orang dapat menggunakan sebagian besar waktunya ketika mereka tidak sedang berpuasa.

Slim Tlatli, menteri pariwisata, mengatakan bahwa taksi-taksi dan bus-bus akan disediakan bagi para turis untuk mengantar para turis dari hotel mereka menuju Masjid terdekat untuk sholat Terawih, sholat malam khusus yang dilaksanakan sepanjang Ramadhan.

Telah terdapat juga sebuah kampanye pemasaran, dengan banyak iklan berlangsung di radio Algeria dan perjanjian khusus yang ditawarkan pada agen perjalanan, harian lokal mengabarkan.

Namun resor turis Hammamet, yang sebagian besar sering dikunjungi para turis Lybia dan Algeria, kampanye tersebut tidak cukup untuk mencegah sebuah penurunan yang tajam dari pemesanan resor.

"Jelas bahwa jumlah turis Arab akan menurun sedikitnya sebanyak 50 persen sepanjang bulan Ramadhan tersebut," Fethi Trabelsi, seorang pejabat hotel di resor turis Hammamet, yang sebagian besar sering dikunjungi oleh turis Libya dan Algeria.

"Pemesanan tersebut telah menurun dan banyak hotel mulai mengurangi harga mereka," ia mengatakan.

Ini adalah sebuah  masalah yang insdutri pariwisata Tunisia akan harus membiasakan diri mereka di dalamnya karena Ramadhan akan berbentrokan dengan musim pariwisata selama enam atau tujuh tahun ke depan.

Tahun ini bulan suci Ramadhan di Tunisia mulai pada 11 Agustus dan setiap tahun bulan tersebut akan mulai lebih awal dengan tambahan 10 atau 11 hari.

"Tunisia harus bekerja untuk membuat variasi dalam produk-produk pariwisata dan tidak mengadopsi solusi sementara," Mohamed Bargaoui, seorang ahlli dalam sektor pariwisata, mengatakan pada kantor berita Reuters.

Sedang menunggu taksi menuju Algeria, Rabeh Lounassa mengatakan bahwa ia haru menghabiskan sedikitnya beberapa hari Ramadhan dengan keluarganya. Namun ia mengatakan bahwa ia dapat tergoda untuk kembali. "Mungkin saya akan kembali dalam 10 hari. Kita lihat saja nanti," ia mengatakan. (ppt/an) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version