YERUSALEM (Berita SuaraMedia) – Gerakan Hamas mendesak semua outlet media untuk fokus pada isu kota Yerusalem dan Masjid Aqsa di tengah meningkatnya upaya Israel untuk men-Yahudisasikan mereka.
Seruan itu dibuat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan untuk memperingati 41 tahun pembakaran Masjid Aqsa di tangan Yahudi Australia Michel Rohan di tahun 1968 dalam kerjasama diam-diam dengan otoritas pendudukan Israel yang masih berusaha keras untuk menghancurkan Masjid itu dan mendirikan Kuil di atas reruntuhannya.
Hamas menekankan peran signifikan media Arab, Muslim, dan internasional dalam memperlihatkan skema Israel atas kota itu, terutama setelah pengumuman Israel yang ingin menjadikan 2010 sebagai tahun penentuan dalam hal Yahudisasi Yerusalem.
Gerakan itu juga mendesak outlet media untuk fokus pada dampak bencana dari proses perdamaian ilusi di kawasan tersebut, yang memberikan selubung politik yang dibutuhkan oleh otoritas Israel untuk melanjutkan kejahatannya terhadap rakyat Palestina dan untuk mengubah identitas Muslim dan Arab dari kota Yerusalem.
Terlebih lagi, Hamas menggarisbawahi peran organisasi Arab, Muslim,dan internasional dalam menyoroti isu Yerusalem di kancah internasional, mendesak mereka untuk melipatgandakan upaya dalam hal ini.
Beberapa hari lalu, otoritas pendudukan Israel menghancurkan kuburan Muslim di pemakaman Mamanallah di kota tanpa menghormati jasad orang-orang yang telah meninggal itu untuk mendirikan "museum toleransi".
Sebelumnya, Gerakan Hamas telah mengatakan bahwa otoritas Palestina di Tepi Barat berperang melawan Islam, dan nilai-nilai serta kebudayaan rakyat Palestina, dan menyebarkan keburukan di kawasan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan Hamas mengatakan bahwa meskipun umat Islam sedang menjalani bulan suci Ramadhan, otoritas Palestina di Tepi Barat melakukan sejumlah hal yang bertentangan dengan ajaran Islam dan melukai kain sosial Palestina.
Untuk memperkuat klaimnya, Hamas menunjukkan sejumlah langkah oleh pemerintahan "tidak sah" Salam Fayyadh yang melawan ajaran Islam dan nilai serta kebudayaan rakyat Palestina dengan persetujuan dari Mahmoud Abbas, termasuk meninggalkan sekitar 1,000 Masjid di Tepi Barat tanpa imam dan penceramah meskipun telah menghabiskan banyak uang untuk mengangkat petugas keamanan di Tepi Barat.
Hamas juga menuduh pemerintahan Fayyadh-Abbas melarang penceramah terhormat dan terkenal, termasuk Sheikh Hamid al Bitwai, menyampaikan khotbah dalam sholat Jumat dan menunjuk penceramah yang tidak memenuhi syarat dan tidak memahami Islam untuk memberikan khotbah.
Terlebih lagi, Hamas mengatakan bahwa pemerintah Fayyadh-Abbas menutup sejumlah pusat hafalan Al Qur’an dan badan amal Zakat di area tersebut setelah sebelumnya memecat ratusan pegawai di kementerian Awqaf karena afiliasi politik mereka.
Selain itu, Hamas menuduh pemerintah Ramallah mengecilkan volume adzan di Masjid-masjid Tepi Barat untuk menuruti permintaan pemukim Israel di daerah itu.
Hamas juga mengecam pemerintah Fayyadh-Abbad karena dengan mudahnya memberikan ijin pendirian klab malam dan bar di Tepi Barat namun menyulitkan mereka yang ingin membangun Masjid atau sesuatu yang menguntungkan masyarakat Palestina. (rin/pic) www.suaramedia.com