KAIRO (Berita SuaraMedia) – Sebuah serial televisi tentang Ratu Kleopatra di jaman Mesir kuno, disiarkan selama bulan suci Ramadhan, telah memicu kemarahan dewan tertinggi barang-barang antik negara tersebut karena menjadi "tidak realistis".
"Serial tersebut tidak menggambarkan realitas historis, dan peristiwa-peristiwa yang digambarkan tidak memiliki hubungan dengan orang-orang yang menandai masa Kleopatra di Mesir," Zahi Hawass, pimpinan Dewan Tertinggi Barang-barang antik, mengatakan kepada kantor berita AFP.
Serial pertama yang diproduksi Arab tersebut memfokuskan pada ratu legendaris yang telah sangat ditunggu, dengan judul peran yang dimainkan oleh aktris Syiria, Sulaf Fawakherji.
"Cara hidup yang digambarkan dalam serial tersebut tidak berhubungan dengan cara hidup yang digambarkan di Mesir setelah bergabung dengan peradaban Yunani - Ptolemeus," Hawass menambahkan, mengkritisi kostum dan set dalam produksi tersebut.
Tarek Siam, warga Mesir yang memproduksi serial tersebut, telah mengatakan bahwa ia tidak memiliki maksud untuk membuat sebuah gambaran akurat secara historis dari Mesir kuno pada masa Kleopatra, namun dimaksudkan untuk fokus pada kepribadian ratu tersebut.
Bagaimanapun juga hal ini tidak meredakan kemarahan para kritikus tersebut.
Salah satu pengkritik sinema terkenal Mesir, Tarek al-Shennawi, menghantam produksi serial tersebut sebagai "sebuah penghinaan terhadap seni".
Kleopatra, terkenal diperankan oleh Elizabeth Taylor pada film blockbuster Hollywood tahun 1963, berjudul "Cleopatra" yang mana kekasihnya dari Roma, Mark Antony dimainkan oleh Richard Burton, memerintah di Mesir selama lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Pasangan kekasih tersebut melakukan bunuh diri setelah pasukan gabungan mereka diarahkan oleh Kerajaan Roma Oktavian di pertempuran laut Actium.
Setiap tahun, Ramadhan di Timur Tengah ditandai dengan siaran khusus televisi selama jam-jam malam ketika umat Muslim berkumpul di rumah dengan keluarga untuk membatalkan puasa mereka dengan makanan iftar dan untuk bersosialisasi.
Serial Kleopatra bukanlah satu-satunya serial Ramadhan, Setiap tahun ketika bulan Ramadhan tiba, para produser acara dan serial televisi Ramdahan bersaing untuk menarik para pengiklan agar menayangkan iklan-iklan mereka sebelum dan di sela-sela acara, memperebutkan potongan kue periklanan terbesar.
Ramadhan tahun lalu, Tak kalah menariknya dengan serial Kleopatra, otoritas Mesir berusaha untuk membangkitkan patriotisme dengan serial-serial tentang konflik Arab-Israel, walaupun beberapa penonton melihat gerakan tersebut sebagai sebuah tawaran yang disengaja untuk mengalihkan perhatian dari kesedihan sehari-hari. Dua dari lima serial tentang konflik tersebut menggambarkan perjuangan internal pemisahan Yahudi Arab antara integrasi di negara-negara Arab dan penarikan Zionisme.
"Terdapat sebuah gerakan untuk menghidupkan kembali patriotisme, terutama karena terdapat sedikit cerita mata-mata dalam beberapa tahun terakhir di Mesir," produser Hishan Shaaban mengatakan kepada kantor berita AFP.
Perusahaannya, King Tut Production, berada di balik dua serial tersebut – "Matkafoosh" (Jangan Takut) dan "Harb al-Gawasseess" (Perang Mata-mata) – keduanya diminta oleh kementerian informasi.
Cerita pertama adalah tentang seorang pemandu acara bincang-bincang, sementara The Spy War untuk pertama kalinya meceritakan tentang cerita Samia Fahmy yang ditangkap dan dieksekusi dengan tunangannya karena memata-matai Israel setelah perang tahun 1967.
Dokumen-dokumen tentang kasus Fahmy sejauh ini telah dirahasiakan.
"Kami memiliki dukungan penuh dari dinas intelijen Mesir, mereka memberi kami informasi untuk membantu kami membuat serial tersebut," Shaaban mengatakan.
"Dalam beberapa tahun ini, ketertarikan dalam masalah palestina telah berkurang di jalanan Arab. Segala sesuatu nampak seperti berita lama di saluran-saluran satelit dan di koran-koran," Mahmud Zaki, seorang profesor media yang membintangi dalam serial Matkhafoosh, mengatakan.
"Terdapat sebuah gerakan untuk menghidupkan kembali ketertarikan dalam konflik Palestina Israel dan menyalakan kembali perasaan patriotik," Zaki menatakan kepada kantor berita AFP.
Beberapa orang di jalanan yang ramai di ibu kota Mesir melihat gerakan pemerintah tersebut sebagai sebuah upaya untuk mengalihkan perhatian mereka dari kesuraman sehari-hari pada waktu itu, harga-harga yang meroket dan pengangguran.
"Upaya-upaya tersebut hanya membuat kita tetap sibuk, sehingga kita tidak harus memikirkan tentang masalah yang sebenarnya dari pengangguran dan kemiskinan," Soad Mohammed, seorang mahasiswi di Universitas Kairo, mengatakan.
"Israel adalah sebuah subjek yang mudah untuk digunakan karena sebagian besar orang di Mesir bersimpati dengan warga Palestina," ia menambahkan.
"Kita tidak dapat menemukan musuh? Mari kita bicarakan tentang Israel," Ahmed Mahmud, mengatakan. "Kita seharusnya memfokuskan pada masalah-masalah-masalah masyarakat, kemiskinan…dan hentikan membicarakan tentang Israel dan mata-mata. Kita harus tetap fokus pada masalah-masalah nyata yang ada di dalam negeri."
Para penonton dan kritikus juga setuju bahwa serial Ramadhan pada tahun itu telah beralih pada beberapa usaha panjang yang mencoba untuk menggambarkan beberapa sisi yang berbeda dari konflik kontroversial dan sensitif Timur Tengah. (ppt/meo/gg/sm) www.suaramedia.com