MAHWAH, INDIA (Berita SuaraMedia) – Perbedaan beragama di India terlihat jelas di sebuah hotel Mahwah baru-baru ini, di mana umat Muslim melakukan protes menentang seorang pemimpin spiritual yang mereka katakan menggunakan agama Hindu untuk menyembunyikan sebuah agenda ketidaktoleranan terhadap agama lain.
Pujya "Didi Maa" Sadhvi Ritambara Devi Ji, dianggap oleh banyak orang sebagai seorang pemipin spiritual Hindu dan seorang guru, menghabiskan lima hari terakhir mengajar sebuah pelatihan keagamaan di hotel Sheraton pada Bulevar Internasional sambil menggalang dana untuk "Vatsalya Gram," proyek yang bermarkas di India miliknya yang menyediakan rumah, pusat perawatan keuarga, dukungan dan hubungan untuk para wanita dan anak-anak kurang mampu.
"Ia adalah seorang Ibu Theresa dalam jaman modern," kata Raksh Pal Sood, ketua dari Param Shakti Peeth, sebuah organisasi non-profit yang mendukung "Vatsalya Gram" Ritambra.
Namun 50 demonstran di luar tempat tersebut, membawa papan-papan tanda dengan slogan seperti, "India yang Indah tidak membutuhkan Para Penebar Kemarahan." Para pemrotes tersebut, dari cabang negara bagian Dewan Muslim India, mengatakan bahwa Ritambra menggunakan agamanya untuk menutupi sebuah agenda ketidaktoleranan – dan kekerasan – terhadap umat Muslim dan Kristen.
"Sebuah negara demokrasi sekuler seperti India tidak membutuhkan penebar kebencian seperti dirinya," kata Shaheen Khateeb, seorang anggota dewan Muslim dari wali-wali tersebut membawa sebuah papan tanda dengan tulisan, "Para janda dan Anak Yatim Tindakan Sadhvi tidak akan Lupa."
"Ia tidak mewakili masayrakat Demoratik di mana kita hidup sekarang."
Yusuf Dadani, presiden dari cabang negara bagian Dewan Muslim India, mengatakan bahwa Ritambra memiliki sebuah sejarah mendorong kekerasan terhadap umat Muslim. Ia menunjuk pada sebuah pidato yang dibuat olehnya pada awal tahun 1990-an yang menyebabkan sejumlah perusuh mengoyak kota tersebut, sebuah Masjid abad ke-16 di Ayodhya, India.
Namun para pendukung Ritambra mengatakan bahwa Masjid tersebut dibangun di atas sebuah kuil Hindu kuno.
Dadani mengatakan bahwa Ritambra diindikasikan oleh pemerintah India. Kelompok tersebut mengajukan petisi pada Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, meminta mereka untuk menginvestigasi bagaimana ia dijinkan masuk ke dalam negara tersebut dengan apa yang mereka sebut sebuah latar belakang kriminal.
Dadani mengatakan bahwa kelompok tersebut pada khususnya khawatir tentang upaya penggalangan dana Ritambra untuk "Vatsalya Gram" sementara berada di AS. Ia mengatakan bahwa rumah-rumah tersebut adalah "pusat kebencian", di mana anak-anak didoktrinasi.
Namun Rakesh Shreedhar, seorang dokter dari Rockland County dan para pengikut taat Ritambra, mengatakan bahwa rumah-rumah tersebut menciptakan sebuah susunan keluarga untuk untuk orang-orang yang kurang mampu, tanpa memandang agama. Para anak yatim dibesarkan untuk menjadi anggota masyarakat produktif.
"Mereka tinggal di bawah satu atap sebagai sebuah keluarga," ia mengatakan, menambahkan, "tidak ada elemen lain yang terlibat."
Dan Dr. Shreedhar menuduh Dewan Muslim India menyalalan ketegangan bersejarah antara kelompok keagamaan India. Ia mengatakan bahwa ia berharap kelompok tersebut akan datang, berbicara dan mendengarkan apa yang Ritambra harus katakan.
"Kelompok tersebut, di luar, ingin mengambil keuntungan dari perbedaan yang kita punyai," ia mengatakan.
Namun Dadani tidak sependapat, mengatakan bahwa protes tersebut adalah tentang menempatkan sorotan pada seorang wanita yang mereka katakan menyuburkan kebencian keagamaan.
"Hal ini tidak menentang agama Hindu," Dadani mengatakan. "Ini adalah sebuah kampanye yang menentang orang-orang yang telah membajak agama Hindu." (ppt/nj) www.suaramedia.com