View Full Version
Rabu, 08 Sep 2010

Jelang Idul Fitri, Wanita Muslim Dubai Gelar Kontes Abaya

DUBAI (Berita SuaraMedia) - Menuju pada titik ketika pikiran seorang wanita mulai beralih pada apa yang akan ia kenakan pada hari raya Idul Fitri. Saat perayaan dan keluarga berkumpul, saat ketika orang-orang ingin mencari yang terbaik – dan untuk para wanita Emirat, abaya masih menjadi kunci utama.

Kontes Ramadhan tahunan untuk para perancang lokal yang bermunculan menurun ke 15 dari 55 dalam tiga kategori: abaya, jalabiya, dan penggabungan yang siap untuk dipakai.

Para pendaftar dalam Kontes Karpet Merah Desainer Baru 2010 adalah para wanita muda yang ambisius, pengusaha yang bersemangat untuk mejadi bagian dari babak fashion Dubai. Dan salah satu dari waktu yang sangat penting untuk mencari satu yang terbaik selama Idul Fitri.

Ini adalah tahun ketiga di Club Wanita Dubai, dan para peserta mengatakan bahwa jurinya lebih baik dari yang pernah ada. Mirvant Ghanem, editor dari majalah fashion L'Officiel, telah menilai kompetisi tersebut dari awal.

"Terdapat sebuah lompatan yang besar dalam talenta di acara ini," ia mengatakan. "Para gadis telah berpindah pada sebuah konsep yang lebih jauh dan ini lebih dari sekedar hasrat mereka. Mereka melakukan begitu banyak penelitian."

Carla Zaroubi, dari toko Saks Fifth Avenue, mengatakan bahwa para desainer mempelopori "emansipasi dari abaya".

Ia mengatakan: "Kompetisi ini menunjukkan keseriusan para perancang di sini, di Dubai. Mereka memeluk fashion menggunakan pakaian lokal dan menjadi kreatif. Kami sangat selektif tentang abaya yang kami bawakan namun hal ini membuat memilih jauh lebih mudah bagi kami ketika kami berhadapan dengan semacam standar internasional. Saya sangat terkesan dengan apa yang saya telah saksikan."

Nada Ali Zarouni, juga berada pada panel penjurian, mengatakan bahwa desain-desain tersebut nampak tidak hanya untuk pasar lokal namun juga menikmati sebuah popularitas yang tumbuh di seluruh dunia: "Abaya masih memegang sesuatu yang misterius kepada Barat."

Juri yang lain, Amal Murad, seorang desainer Emirat, mencatatkan kepercayaan kosmopolitan Dubai.

"Para wanita pada jaman sekarang jauh lebih terbuka pada fashion internasional," ia mengatakan. "Merek-merek besar semua ada di sini, dan orang-orang datang ke Dubai untuk melakukan belanja mereka. Mereka melakukan perjalanan ke London, ke Paris, dan melihat apa yang di desain namun tanpa kehilangan identitas mereka. Mereka masih ingin abaya menjadi trendi, bergaya."

Moza al-Mazrou, 26 tahun, dengan hangat ditunjuk sebagai salah satu dari desainer muda mendatang. Pada Pekan Fashion Dubai tahun ini, ia memenangkan penghargaan untuk bakat yang mulai muncul.

Desainer Sharjah menggunakan bahan tradisional Emirat dan bergaya dan memberi mereka sebuah putaran yang modern. Ia telah menempatkan bisht, gaun pakaian upacara yang diletakkan di atas dishdasha para pria, ke dalam sebuah pakaian malam yang modern. Ia juga menggunakan bahan dari wol onta dalam pakaian kasual sebagai pakaian rajutan.

Ditanyai oleh pada juri, bagaimana ia akan tetap mejaga desainnya tidak mati setiap musim dalam mereknya yang ia beri nama Gmaash.

"Barang semacam ini hanya dipakai dalam kesempatan yang sangat tradisional dan dikenakan oleh orang-orang seperti orang tua, mereka terlupakan dalam hal-hal yang lebih kebarat-baratan," ia mengatakan. "Saya ingin memperkenalkan kembali mereka ke dalam bahan-bahan semacam kardigan yang gampang untuk dikenakan."

Hessa al Falasi mulai mendesain pada tahun 2007 dan merancang mereknya sendiri, Nabrman, yang berarti "bunga putih", pada tahun 2009. Ia memilih nama tersebut untuk menyimbolkan "kecantikan dan kemurnian dari para wanita yang mengenakan abaya".

Abayanya, terinspirasi dari fashion tahun 1920-an dan 1930-an, distok oleh butik seperti Oush dan Studio 8.

Al-Falasi, 21 tahun, mulai mendesain baju-baju untuk boneka Barbie-nya, membeli bahan-bahan untuk membuat pakaian. Dari sana, ia telah berkembang untuk menjalankan bisnis kecil miliknya sendiri di Jumeirah setelah mengambil kursus dalam bisnis dan hubungan masyarakat – di atas gelarnya dari Universitas Zayed dalam layanan anak-anak dan keluarga.

Para pelanggannya datang dari jauh seperti Jerman, dan Idul Fitri adalah salah satu dari waktu-waktu tersibuknya dalam setahun.

Memasuki persaingan, ia mengatakan, sebuah jalan yang positif untuknya terinspirasi. "Saya ingin berada di London, Paris, Italia," ia mengatakan. "Kenapa tidak? Ini saja tidak cukup."

Hamda Rostamani, 20 tahun, belajar hukum di Universitas Sharjah namun juga ingin menjadi seorang desainer. Abayanya, sederhana namun tampilan yang membuat ingin memeluk, adalah hal yang cukup berani bagi beberapa orang.

"Saya ingin semua abaya saya menunjukkan tubuh dari seorang wanita, kecantikannya, bentuknya. Tidak setiap orang akan menyukainya namun semua wanita cantik. Walaupun demikian, beberapa wanita tidak begitu takut untuk menunjukkan diri mereka sekarang."

Ia berharap desainnya akan dikenakan ke pesta-pesta dan dinikmati oleh lebih banyak para pembeli fashion Dubai.

Sebagai seorang juri, Zarouni mengatakan bahwa hal ini sangat memberi semangat untuk melihat para gadis di sini menjadi lebih kreatif: "Desain-desain tersebut menjadi lebih berpetualang. Dubai adalah kota antar benua dan para gadis di sini mirip dengan karakter dari kota tersebut. mereka lebih berani dan terbuka pada kesempatan."

Kompetisi tersebut telah melihat pemenangnya melanjutkan menuju pameran pada Pekan Fashion Dubai dan untuk membuka butik seperti DAS collection.

Para pemenang akan mempertunjukkan karya mereka di Oriental Fashion Show pada 30 September di Klub Wanita Dubai. (ppt/meo) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version