GAINESVILLE (Berita SuaraMedia) - Imam Muhammad Musri, presiden Masyarakat Islam Florida Tengah, muncul dari pertemuan dengan Pendeta Terry Jones dan mengatakan ia berharap pemimpin gereja yang sangat anti-Islam ini bisa membatalkan rencana untuk membakar salinan Qur'an dalam peringatan 11 September hari Sabtu mendatang.
"Saya pikir orang ingin melakukan hal yang benar, ingin secara layak mewakili agamanya dan tidak ingin disebut 'kafir' atau 'anti-sesuatu'," Musri mengatakan setelah pertemuan selama 30 menit dengan Jones, kepala Pusat Dove World Outreach, sebuah gereja non-denominasional. "Dia seorang anti-teroris, seperti kita semua."
Jones, yang di bulan Juli lalu menerbitkan buku berjudul "Islam Bagian dari Setan," mendahului pertemuan tidak direncanakan antara dua pria dari agama yang berbeda dengan pengumuman singkat dimana ia membenarkan komitmennya untuk membakar kitab suci umat Islam tersebut.
Rencana tersebut telah memantik gelombang api internasional dan ditolak oleh Jenderal Petraeus, Sekretaris Dalam Negeri Hillary Clinton dan Paus Benedict XVI.
"Saat ini, kami tidak berniat membatalkan," Jones mengatakan pada para reporter. "Kami tidak yakin mengambil langkah mundur adalah tindakan tepat."
Jones, yang tidak menerima pertanyaan, kemudian mengeluarkan pernyataan pada Orlando Sentinel tentang pertemuannya dengan Musri.
"Pertemuan kami dengan imam itu menyenangkan," uajr pernyataan tersebut. "Ia sangat menghormati kami. Ia sepakat dengan kami bahwa penting bagi Muslim dan Kristen mengutuk aksi terorisme oleh Islam radikal."
Denis Gridley, 55 tahun, mengatakan ia bersepeda sejauh 10 mil ke gereja membawa papan bertuliskan "Amerika itu defensif bukan negara ofensif," berharap dapat bertatap muka dengan Jones, yang tamunya diseleksi oleh pastur asisten.
"Saya tidak ingin menghinanya," ujar Gridley, memohonkan Injil: "Saya hanya ingin mengingatkannya bahwa 'pengampunan adalah pencipta perdamaian'."
Ia tidak diijinkan bertemu.
Mustri menggambarkan Jones atentif dan penuh perhatian selama pertemuan tersebut. ia mengatakan ia menemukan kesamaan dasar dengan Jones dalam hal mengutuk teroris, termasuk mereka yang menyatakan "itu adalah kekejaman terhadap bangsa kami" atas peristiwa tanggal 11 September. Tapi Musri mengatakan ia juga menunjukkan perhatiannya tentang efek mencemari teks yang dianggap suci oleh milyaran orang.
"Ia mengatakan ia akan mempertimbangkan….. Ia akan berdoa tentang ini. Saya mengatakan padanya bahwa Yesus dalam Injil telah menawarkan solusi lain, cara yang berbeda," ujar Musri, yang organisasinya mewakili 50.000 Muslim.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa Departemen Dalam Negeri telah memerintahkan kedutaan Amerika Serikat untuk mengukur keamanan mereka terkait dengan rencana Jones untuk membakar Al-Qur'an bahwa hal itu akan memunculkan kekerasan anti-Amerika. Pejabat resmi mengatakan diplomat Amerika Serikat telah diinstruksikan untuk mengadakan rapat "komite tindakan darurat" untuk menentukan kemungkinan protes.
Duta besar Pakistan untuk Amerika Serikat meminta pembaca acara radio konservatif dan televisi Glenn Beck untuk mengakhiri pembakaran terencana itu untuk menunjukkan bahwa warga Amerika memiliki toleransi terhadap agama lain.
"Saya pikir akan cukup membantu jika Glenn Beck muncul dan menentang hal ini dan mengatakan bahwa orang beragama tidak membakar kitab suci orang dari agama lain," Hussain Haqqani mengatakan pada Associated Press hari Rabu lalu.
Mantan kandidat wakil presiden Sarah Palin, sementara itu, menyebut ancaman pembakaran Al-Qur'an itu sebagai "provokasi yang insensitif dan tidak penting -- lebih seperti pembangunan masjid di ground zero."
Palin, dalam pernyataan dan ditulis di Facebook, mendorong, Jones dan para pendukungnya untuk mempertimbangkan percabangan dari acara yang mereka rencanakan, yang ia katakan akan "muncul tidak lebih dari sekedar intoleransi agama yang jahat." (raz/vs) www.suaramedia.com