TEHERAN (Berita SuaraMedia) – Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan tidak ada kebencian antara kaum Muslim dan warga Amerika terlepas dari meningkatnya ketegangan yang disulut oleh kontroversi seputar rencana Masjid di dekat Ground Zero, New York, dan rencana Pastur Florida untuk membakar Al-Qur'an.
"Orang-orang di negara Islam menentang perilaku buruk itu," ujarnya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Andrea Mitchell dari kantor berita NBC News. "Mereka tidak menentang orang Amerika. Mereka tidak menentang orang Yahudi. Mereka tidak menentang orang Kristen atau agama Kristen."
Protes yang muncul di seluruh dunia mengecam AS setelah sebuah gereja kecil di Florida mengancam akan membakar Al-Qur'an pada peringatan 11 September, menandai serangan atas menara WTC di New York.
Meskipun gereja itu mengurungkan niatnya, beberapa pembakaran yang meniru rencana gereja diunggah ke internet dan ditayangkan di dunia Muslim. Kontroversi seputar pembakaran Al-Qur'an telah memanas di tengah rencana untuk membangun sebuah pusat budaya Islam dan Masjid di dekat lokasi WTC, sebuah proposal yang menarik penentangan keras di seluruh AS.
Dalam wawancara dengan Mitchell di Iran, Ahmadinejad mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "minoritas" di AS yang berusaha menumbuhkan permusuhan dengan negara lain.
"Kepentingan mereka adalah menciptakan perang dan konflik," ujarnya.
"Al-Qur'an adalah kitab dari Tuhan. Membakar sebuah kitab suci adalah hal yang buruk. Itu adalah penghinaan bagi milyaran umat yang beriman dan orang-orang di seluruh dunia."
Ahmadinejad mengatakan rencana Pastur Terry Jones untuk membakar Al-Qur'an di hari peringatan serangan 11 September adalah sebuah plot Zionis dan bertentangan dengan ajaran dari semua nabi Tuhan.
"Zionis dan pendukungnya berada di jalur kehancuran dan penurunan dan aksi putus asa semacam itu tidak akan menyelamatkan mereka, tapi akan mempercepat kejatuhan dan kebinasaan mereka," ujar presiden Iran itu dalam sebuah pertemuan antara pemimpin relijius tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat senior Iran di Teheran.
Pastur Jones mengatakan imam Masjid Ground Zero telah mengabaikan tenggat waktu darinya untuk segera menjalin kontak.
Awal September kemarin, Pastur Jones mengumumkan bahwa dia membatalkan rencana untuk membakar Al-Qur'an pada peringatan 11 September.
Jones mengatakan telah meninggalkan rencananya karena dia telah membuat kesepakatan untuk memindahkan pusat Islam itu jauh dari lokasi semula. Namun, perwakilan pusat tersebut membantah adanya rencana relokasi.
Jones dan koleganya Pastur KA Paul memberi waktu dua jam pada sang imam Masjid untuk menghubungi mereka di satu dari dua nomor telepon yang dibacakan secara langsung di televisi.
KA Paul, pastur kontroversial itu, mengatakan bahwa pesan mereka ke imam Rauf sangat jelas. "Ada kebingungan yang terjadi. Kami ingin menjelaskan kebingungan itu," ujarnya.
Paul kemudian memberikan nomor teleponnya dan mendesak Rauf untuk segera menghubungi, baik secara langsung atau melalui media.
Paul mengatakan bahwa secara hukum rencana membangun Masjid di dekat lokasi serangan 11 September itu bisa diterima, tapi tidak secara moral.
Tenggat waktu itu lewat tanpa sepatah kata pun dari sang imam ataupun timnya.
Putri Pastur Jones, Emma, menyebut gereja ayahnya – Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida – sebagai aliran pemujaan yang memaksakan kepatuhan melalui kekerasan mental dan ancaman akan hukuman Tuhan. Dia mengatakan sang ayah mengabaikan email darinya yang mendesaknya untuk tidak membakar Al-Qur'an.
"Saya rasa dia sudah gila," ujarnya.
Imam Abdul Rauf mengatakan belum punya rencana untuk bertemu dengan Jones.
"Saya siap untuk bertemu dengan siapapun yang berkomitmen serius mewujudkan perdamaian," ujarnya. (rin/abn/ynet) www.suaramedia.com