View Full Version
Rabu, 22 Sep 2010

Jejak Warisan Islam Ungkapkan Akar Budaya Portugis

TAVIRA, PORTUGAL (Berita SuaraMedia) – Ketika mengubah Convento da Graça dari abad ke-16 menjadi sebuah hotel mewah, para pengembang beralih pada sebuah masalah yang tidak diharapkan yang membatalkan rencana untuk sebuah spa dan kolam renang bawah tanah.

Di bawah Gereja tua dan tembok-tembok defensif dari kota pantai kuno, penggalian tersebut mengungkap sebuah jalan berbatu dan fondasi dari puluhan rumah yang dibangun lebi hdari 700 tahun yang lalu oleh umat Muslim Arab yang kemudian banyak berkuasa di Portugal.

Sebagai ganti dari kolam renang tersebut, sekarang terdapat sebuah museum kecil di bawah bar hotel lintasan pejalan kaki mempersilakan para pengunjung untuk bertualang di atas apa yang tersisa dari perkampungan Moor abad pertengahan.

Seperti jalanan Tavira, luasnya warisan budaya Muslim Portugal telah lama terlupakan atau terabaikan.

Banyak dari penduduk Portugal hidup di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 500 tahun dari awal abad ke-8, ketika para penyerbu Afrika Utara menggulingkan kerajaan Jerman yang telah menyelenggarakan kekuasaan atas Semenanjung Iberia sejak jatuhnya Kerajaan Roma.

Para penduduk asli Portugis berangsur-angsur memaksa penduduk Arab selatan, mendorong mereka dari benteng terakhir mereka sepanjang pantai Algarve pada tahun 1249. Di daerah yang bertetanggaan dengan  daerah Spanyol Andalusia, Emirat Granada tidak akan menyerah selama 250 tahun lagi.

Sementara tujuh abad Arab berkuasa di Andalusia menghasilkan harta karun arsitektural seperti Giralda di Seville, Masjid Agung Cordoba dan istana Alhambra di Granada, masa Islam di Portugal menyisakan beberapa monumen besar. Kota-kota Andalusia berkembang sebagai pusat-pusat besar budaya Islam untuk menyaingi Damaskus atau Marrakesh, namun Portugal selalu berada pada tepian terluar dari dunia Muslim dan benteng penguasanya berinvestasi sedikit pada bangunan yang megah.

Namun dalam beberapa tahun telah terdapat sebuah pembaruan ketertarikan dalam warisan budaya Arab.

Tahun depan, Tavira akan membuka sebuah museum yang lebih besar untuk kebudayaan Arab dan kota di dekatnya, Silves – ibu kota dari kerajaan abad pertengahan Muslim Algarve di bagian selatan Portugal – telah menjadi tuan rumah sebuah Pusat untuk Studi Portugis-Arab sejak tahun 2004.

Lebih umum lagi, telah terdapat sebuah gerakan oleh cendikiawan Portugis dan otoritas publik untuk menilai ulang pengaruh kekuasaan Arab.

"Pada masa silam, ideologi dengan jelas mengatakan bahwa kaum Moor masih merupakan musuh, yang lain … namun di antara kaum elit telah terdapat sebuah evaluasi ulang atas warisan tersebut. Sejak akhir tahun 1990-an mereka telah berusaha untuk menunjukkan warisan budaya Islam sebagai sesuatu yang positif."

Contoh yang paling terkenal negara tersebut atas arsitektur Islam berada di kota kecil bagian tenggara, Mertola di mana kolom tipis dan ringkasan sebuah mihrab di gereja paroki mengingatkan kembali bahwa bangunan lembut berwarna putih tersebut dulunya adalah sebuah Masjid.

Walaupun sisa-sisanya masih ada beberapa, pengaruh yang tak berwujud dari kekuasaan Moor selama berabad-abad di Portugal masih sangat besar.

Bahasa Portugal dibumbui dengan kata-kata asal Arab, sering kata-kata tersebut berhubungan dengan makanan, pertanian dan panduan kerja. Satu kata yang secara umum digunakan adalah oxalá – sebuah kata turunan langsung dari insya Allah, istilah yang berarti "Jika Tuhan Berkehendak."

"Jika dengan kejaiban bahwa memungkinkan untuk menyapu bersih semua peninggalan warisan Arab dari Portugal di masa sekarang, etnik, budaya, fisik dan pemandangan alam kami akan menjadi benar-benar berbeda," Adalberto Alves, ahli yang paling terkenal dalam bidang tersebut di Portugal, menulis.

"Kami mungkin saja memiliki warna pirang disamping warna gelap, kami akan berhenti berbicara bahasa Latin yang di-Arab-kan yang kami sebut bahasa Portugis dan kami akan kehilangan lebih dari ribuan kata dari kamus-kamus kami. Begitu banyak dari desa-desa dan kota-kota kami tidak lama lagi ada atau harus mengubah nama mereka. Kami tidak akan tahu bagaimana menamai hal-hal yang kami tanamkan dan kami makan. Bagaimana kami akan menyebut Melati, jeruk, kurma dan buah delima?"

Dalam bukunya "Portugal: Echoes of an Arab Past" (Protugal: Gema dari sebuah Arab Masa Silam), Alves melanjutkan untuk mendaftar daerah-daerah di mana negaranya telah ditandai oleh masa lalu tersebut: dari puisi sampai roti-roti pastry; tenunan karpet dan musik gitar; dari cerobong yang berbentuk menara Masjid yang masih menghiasi ruah-rumah di bagian selatan sampai ilmu-ilmu navigasi yang mengijinkan kapal-kapal Portugis memperluas batasan dunia yang terkenal dan sistem-sistem pengairan yang digunakan untuk menyuburkan buah zaitun, buah ara, dan tanaman almon Algarve.

Hari-hari ini, ada banyak pembicaraan di Portugal tentang sebuah kehadiran baru Islam. Komunitas Islam Lisbon meperkirakan terdapat 40.000 umat Muslim yang tingal di negara yang sebagian besar menganut Katolik Roma dari jumlah keseluruhan 11 juta penduduk.

Banyak dari warga negara Portugis berasal dari penduduk asli India yang pindah ke Lisbon dari Mozambik ketika negara Afrika bagian selatan merdeka dari kekuasaan Portugis pada tahun 1975. Di antara yang lainnya adalah ekonomi migran dari mantan koloni Portugis, Afrika Barat, Guinea Bissau begitu juga dengan kedatangan terbaru dari Pakistan, Bangladesh dan Moroko.

Para pemimpin komunitas mengeluhkan bahwa agama mereka sering disalahartikan dan dikesampingkan, khususnya setelah serangan 9/11 di AS.  Terdapat begitu banyak kehebohan ketika Kardinal Lisbon Dom Jose tahun lalu memperingatkan para gadis Portugal untuk "berpikir dua kali menikahi seorang Muslim" untuk menghindari masuk ke dalam sebuah "timbunan masalah".

Bagaimanapun juga, Sosiolog yang berbasis di Lisbon, mengatakan fakta bahwa begitu banyak umat Muslim negara tersebut terintegrasi dengan baik, kelas menengah atas, pembicara asli Portugis tersebut mengartikan bahwa Portugal telah menghindari ketegangan yang telihat di negara-egara Eropa dengan sebuah masukan besar pekerja dari negara-negara Islam.

"Ini bukanlah perselisihan yang Anda lihat di negara-negara Eropa lainnya ketika Anda memiliki tamu-tamu para pekerja," ia mengatakan dalam sebuah wwancara telepon. "Mayoritas adalah Portugis, mereka bukanlah para penduduk asing." (ppt/gp) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version