NEW YORK (Berita SuaraMedia) – Film "Mooz-lum" adalah sebuah upaya pembuat film Qasim Basir untuk membawa citra Muslim ke dalam layar lebar yang keduanya, baik itu citra bernuansa dan secara universal dapat dikenali yang ia katakan berkurang dalam iklim dunia hiburan pada masa sekarang. Pemandu acara Michel Martin membahas film tersebut, dan masalah yang lebih lebar dari persepsi media tentang Muslim dengan sutradara dan pemeran film tersebut, aktor veteran Roger Guenveur Smith.
Dalam acara Tell Me More dari kantor berita NPR, Michel Martin memberi gambaran sedikit tentang film "Mooz-Lum" yang berlatar tahun 2001 bulan September, dan peran mahasiswa baru bernama Tariq Mahdi berusaha seperti halnya kebanyakan mahasiswa baru untuk menemukan cara di mana ia dapat cocok bergaul di lingkungannya, namun tidak seperti kebanyakan mahasiswa baru perguruan tinggi lainnya di negara tersebut, ia dibesarkan dalam sebuah keluarga Afrika-Amerika Muslim yang ketat dan taat, dan sesuatu tentang pengalaman tersebut telah menyisakan lebih banyak kebingungan dan kemarahan.
Film "Mooz-Lum" ditayangkan perdana di Festival Film Urban Dunia di New York pada akhir pekan yang lalu. Film tersebut berdasarkan pada kejadian dari kehidupan penulisnya, sutradara Qasim Basir, dan film tersebut menonjolkan beberapa nama terkenal dan wajah-wajah seperti Danny Glover dan Nia Long.
Dalam acara siaran langsung tersebut Martin mengundang sutradara film Qasim basir dan juga aktor veteran, Roger Guenveur yang memerankan Hassan Mahdi ayah dari karakter utama Tariq Mahdi. Dalam cerita film tersebut, Hassan ingin anaknya menjadi seorang sarjana Al-Qur’an, meskipun terdapat keinginan dari istrinya untuk membiarkan anak-anaknya menyesuaikan diri dengan teman-teman Amerikanya.
Dalam wawancaranya di acara tersebut, Basir memulai dengan menjelaskan judul film tersebut Mooz-lum. Basir mengatakan, "Ya, Mooz-lum, Muslim, Moslem. Ada banyak pengucapan yang berbeda yang sudah dimuntahkan keluar selama beberapa tahun dalam merujuk pada pemilihan kata yang tepat dari Muslim. Saya tidak mempercayai bahwa begitu berat untuk mengatakan namun nampaknya banyak orang yang merasa demikian, dan kesalahan mengeja pada judul film ini ada hubungannya dengan kesalahpahaman tentang agama itu sendiri."
Ketika Basir ditanya mengapa ia ingin mengangkat cerita ini ke layar lebar, Martin menanyakan lebih jauh apakah cerita dalam film tersebut ada hubungannya dengan kehidupan sutradara tersebut dan apakah film tersebut ditarik dari cerita kehidupannya. Basir menjawab dengan tegas bahwa memang benar cerita film tersebut sebagian besar adalah autobiografi. Ia menyatakan bahwa ia menulis cerita tersebut karena ia sedikit lelah melihat penggambaran negatif yang konsisten dari Islam dan Muslim di media. "Dan bahwa saya dulunya dibesarkan dengan sangat berbeda dari apa yang dipresentasikan seperti apa seharusnya Islam atau Muslim, saya harus menulis sesuatu tentang Islam yang menunjukkan perspektif dari seseorang, sebuah budaya, keyakinan.
Sebagai pihak luar yang mengamati film tersebut, Martin berpendapat bahwa terdapat dinamika keluarga dalam film tersebut. Dan ia sebenarnya berpikir bahwa beberapa dinamika yang berasal dari banyak latar belakang orang yang berbeda dapat dihubungkan. Ada harapan orang tua yang mengarahkan pada realitas kontemporer bahwa anak-anak tidak harus merasakan menjadi relevan dengan kehidupan mereka dan bahwa terkadang dapat menyebabkan ketegangan. Smith yang berperan sebagai ayah diminta oleh Martin untuk menceritakan seperti apa Hassan Mahdi dan apa yang ingin ia bawa pada peran tersebut.
Smith menceritakan bahwa Hassan adalah pria yang penuh dengan konflik, yang penuh dengan kontradiksi yang menginginkan yang terbaik untuk keluarganya, namun mungkin tidak berhubungan dengan keluarganya dengan cara yang terbuka. Smith mengatakan bahwa ia ingin membawakan peran seorang pria yang benar-benar terbentuk karakternya.
"Dan semua orang membayar akibatnya untuk hal itu dan Hassan sendiri. Dan ini tidak seperti sikap atau serangkaian sikap yang dapat kita lihat di dalam kelompok orang manapun, di dalam agama apapun, keluarga manapun, yang berjuang untuk bergaul dengan baik dengan masyarakat, ya, namun juga berjuang untuk bergaul dengan baik dengan diri mereka sendiri di dalam satuan keluarga.
Dalam film tersebut Basir juga membicarakan tentang cara keseluruhan di mana "Mooz-lum" digambarkan dalam media sekarang. Dan dapat juga dilihat dari poling, contohnya, terdapat sejumlah orang di negara ini telah mengembangkan beberapa sikap negatif terhadap Muslim saat ini.
Smith sendiri yang sering berperan sebagai seorang Muslim, pernah berperan dalam serial HBO berjudul Oz, di mana ia berperan memukul seorang Yahudi yang baru saja keluar dari sinagog karena Yahudi tersebut diduga menembak seorang pemuda Afrika-Amerika di tokonya karena diduga mengutil. Dan Smith dalam memerankannya menolak untuk mengenakan kopyah dalam adegan tersebut karena ia menolak untuk melakukan kekerasan sebagai perwakilan dari agama tertentu, yang akan diindikasikan oleh pemakaian kopyah tersebut.
Dengan tujuan agar cerita film tersebut membawakan akurasi, ada sebuah kepentingan agar film tersebut bersifat adil. Basir menegaskan jika "Saya memihak salah satu aspek, saya pikir film ini tidak akan menjadi sebuah film yang jujur. Saya tidak berpikir bahwa film ini akan diterima dengan baik. Apa yang sedang terjadi dalam masyarakat baru-baru ini, orang-orang merasa takut terhadap orang-orang tertentu yang menyebut diri mereka Muslim yang melakukan tindakan-tindakan yang mengerikan. Dan hal ini adalah sebuah hal yang sangat nyata yang sedang terjadi pada masa sekarang. Dan inilah yang kita butuhkan lebih dalam dan benar-benar belajar lebih banyak dengan tujuan untuk melewatkan rasa takut ini."
Basir menolak untuk mengatakan bahwa film tersebut adalah film tentang 9/11. Dan ia ingin memastikan bahwa film tersebut diselesaikan dengan cara tersebut sehingga film tersebut tidak akan ditulis sebagai sebuah film 9/11. Dan juga, film tersebut mendekati 9/11 dari sebuah perspektif yang berbada, sebuah perspektif Muslim-Amerika sehingga orang-orang dapat melihat bahwa film tersebut juga sebuah situasi rasa takut untuk Muslim di sini, ini adalah sebuah situasi yang kacau. "Sesuatu yang menyakitkan kami semua. Saya ingin orang-orang melihatnya dari perspektif tersebut." (ppt/npr) www.suaramedia.com