View Full Version
Jum'at, 24 Sep 2010

Sang Pembunuh Obama Inginkan Perang Muslim-Kristen

FAIRVIEW HEIGHTS (Berita SuaraMedia) – Seorang pria yang menahan agen federal di teluk dengan bahan peledak palsu ingin memulai sebuah perang antara kaum Kristen dan Muslim dan membunuh Presiden Barack Obama, menurut berkas dakwaan melawannya pada hari Rabu waktu setempat (22/9).

Dia juga mungkin di didorong oleh perintah perlindungan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Wilayah St. Clair pada hari Selasa (21/9) untuk melarangnya menjalin kontak dengan cucu-cucunya.

Kebuntuan selama delapan jam pada Selasa malam waktu setempat dimulai ketika FBI dan agen rahasia, ditemani oleh polisi, pergi ke rumah Roman Otto Conaway untuk menanyainya tentang sebuah laporan bahwa dia telah membuat ancaman. Dia akhirnya menyerah dengan janji akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan jiwa.

Conaway dituntut di pengadilan federal East St. Louis telah membuat ancaman palsu untuk meledakkan sebuah perangkat peledak dan mengancam presiden. Jika terbukti bersalah, dia mungkin akan menghadapi hukuman penjara selama lima tahun. Usianya tertulis 50 tahun di catatan pengadilan wilayah tapi terdaftar 59 di otoritas federal.

Menurut surat pernyataan FBI yang menyertai tuntutan, dan pemerintah federal, Conaway menghubungi seseorang yang berasosiasi dengan Masjid wilayah St Louis sekitar pukul satu siang waktu setempat pada hari Selasa (21/9) dan mengatakan bahwa dia akan membakar Al Quran malam itu dan memberikan video pembakarannya ke stasiun-stasiun TV.

Conaway diduga mengatakan bahwa dia berpikir Obama telah mengancam Pastur Terry Jones agar membatalkan rencana membakar Al Quran pada tanggal 11 September lalu.

Dia mengatakan ingin memulai perang antara kaum Kristen dan Muslim, membunuh Obama dan pejabat pemerintah lainnya, mengakhiri perang di Afghanistan , dan memulai kiamat.

Beberapa menit kemudian, Conaway memasang sebuah pesan online di jejaring sosial Facebook, mengklaim bahwa dia akan membakar sebuah Al Quran pada pukul tiga sore. Beberapa jam kemudian dia kembali memasang pesan, "Saya ingin semua orang dengan kamera ponsel atau kamera video untuk datang ke 9030 Summit Drive di Fairview Heights, Illinois. Media dan pemerintah mengira ini lelucon. Saya tidak bercanda."

Orang yang menerima telepon Conaway menghubungi FBI dengan nomor telepon yang diperoleh dari caller ID.

Tiga agen federal tiba pukul enam petang. Pintu Conaway terbuka tapi langsung ditutup ketika dia melihat mereka. Beberapa saat kemudian, dia muncul dengan istri dan anak laki-lakinya, memakai sebuah ikat pinggang lebar dengan dua blok dari bahan dempul yang dirancang dan dibentuk menyerupai blok peledak C-4, tulis Agen Khusus FBO Richard T. Box dalam surat pernyataannya.

Conaway mengatakan bahwa detonator itu juga dihubungkan ke dua drum 55 galon yang penuh dengan bahan kimia mudah terbakar di halaman depan dan belakang. Dia juga mengatakan bahwa dia memiliki pengalaman tata cara pembuangan dari militer AS.

Dia akhirnya membolehkan anak laki-laki dan istrinya untuk meninggalkan rumah dan kemudian menyerahkan  diri pada pukul 2:10 dini hari. Tidak ada bahan peledak sungguhan di lokasi kejadian.

Kebuntutan itu memicu evakuasi warga sekitar yang berlangsung hingga dini hari.

Barry Hosp, yang tinggal di sebelah Conaway selama lima tahun, mengatakan dirinya sedang menonton pertandingan Cardinals pada pukul 8:30 malam hari Selasa ketika polisi mengetuk pintu rumahnya dan memintanya untuk pergi karena tetangganya mengancam akan meledakkan lingkungan itu. Warga yang telatn tar menunggu di Gereja Sterling Baptist di dekat lingkungan.

Conaway mengakui membuat beberapa pernyataan itu tapi membantah telah mengancam Obama. Dia juga mengakui membuat ancaman palsu untuk menggunakan perangkat peledak, mengatakan bahwa dia anti-pemerintah dan mengutip sebuah perintah perlindungan yang  melarangnya mengontak cucu-cucunya.

Conaway mengatakan bahwa istri dan anak laki-lakinya tidak tahu apa yang terjadi sampai "saya mengenakan sabuk ini" dan bahwa dia membuat mereka tetap tinggal untuk digunakan sebagai tameng.

Dia juga mengakui ingin membakar Al Quran untuk memicu konflik  dengan kaum Muslim, dan mengancam polisi karena dia tidak peduli jika dia akan  mati.

"Saya dengan rendah hati meminta maaf atas tindakan saya," ujarnya kepada media. (rin/st) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version