NEW YORK (Berita SuaraMedia) – Pelaku bom gagal Times Square dipenjara seumur hidup pada hari Selasa (5/10) untuk rencananya melakukan pembunuhan di jantung kota New York.
Imigran Pakistan Faisal Shahzad telah mengemas bahan peledak ke bagian belakang sebuah SUV, tapi detonatornya gagal.
Menyebut dirinya sebagai prajurit Muslim, Shahzad telah mengaku bersalah di bulan Juni untuk 10 dakwaan terorisme dan kepemilikan senjata.
Kemarin, saat dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat, dia menantang pengadilan, “Persiapkan diri kalian, perang dengan kaum Muslim baru saja dimulai.”
“Kekalahan AS sudah dekat, insya Allah.”
Dalam celotehnya selama lima menit itu, pria berusia 31 tahun ini berterima kasih pada hakim atas hukumannya dan mengatakan bahwa dia “senang dengan kesepakatan yang telah diberikan Allah padaku.”
Shahzad, mantan karyawan keuangan dari Connecticut ditangkap dua hari setelah upaya peledakannya pada tanggal 1 Mei.
Dia memarkir sebuah SUV penuh dengan bahan peledak di area penuh orang dan berusaha untuk memicu ledakan saat dia melarikan diri.
Tapi bom itu melempem sebelum bisa melukai siapa pun, gagal oleh kabel yang rusak dan bahan-bahan seperti pupuk kelas rendah yang tidak bisa meledak.
Untuk dampak terbesar, dia memilih seksi padat dari Times Square dengan mempelajari video streaming online dari ‘Crossroads of the World,’ ujar jaksa penuntut.
Dia menyalakan sekering bom buatan rumahnya kemudian melarikan diri, berhenti sejenak sepanjang jalan untuk mendengarkan suara ledakan yang tidak pernah muncul.
Seorang pedagang kaki lima melihat asap keluar dari kendaraan itu dan memberitahu polisi, yang segera mengosongkan area.
Upaya pengeboman itu mendorong sebuah investigasi intensif yang berpuncak dua hari kemudian dengan ditangkapnya Shahzad di pesawat tujuan Dubai di bandara New York.
Jaksa penuntut menggunakan video dari tes ledakan FBI sebagai bukti kerusakan apa yang bisa ditimbulkan oleh bom Shahzad.
Teknisi mempelajari rancangan Shahzad untuk membangun model kerja yang diledakkan di sebuah lapangan di Pennsylvania pada bulan Juni.
Kendaraan tes FBO – penuh dengan 250 pon amonium nitrat dan bahan bakar diesel, tiga tangki propana 25 pon dan dua tabung bensin lima galon – meledak dengan kekuatan yang membelah SUV itu menjadi dua.
Ledakan itu menimbulkan bola api raksasa yang membalik dan mengoyak empat mobil lain yang diparkir di dekat lapangan terbuka itu, memusnahkan selusin boneka yang dipasang sebagai pejalan kaki dan menembakkan puing-puing ratusan kaki ke seluruh arah.
“Seandainya bom itu meledak seperti yang direncanakan oleh Shahzad, nyawa sejumlah warga dan pengunjung kota akan melayang dan tak terhitung lainnya akan trauma selamanya,” tulis jaksa penuntut dalam berkas pengadilan.
Shahzad tidak mendebat tuduhan itu ketika diinterogasi dan mengaku bersalah.
Bahkan, dia berbicara dengan bangga tentang skema itu, di mana dia sesumbar ingin membunuh setidaknya 40 orang, ujar pemerintah dalam memo pemberian hukuman.
Jika dia lolos dari hukuman, dia berharap bisa meledakkan bom lain dua minggu kemudian di lokasi kedua yang rahasia.
Kecuali AS meninggalkan tanah Muslim, dia memperingatkan, “kami akan terus menyerang AS, dan saya mengaku bersalah akan hal itu.”
Shahzad mengatakan Taliban Pakistan memberinya lebih dari 15,000 dolar dan pelatihan peledak selama lima hari akhir tahun lalu dan awal tahun ini, beberapa bulan setelah dia menjadi warga negara AS.
Beberapa hari kemudian, otoritas Pakistan menahan tiga pria dengan tuduhan membantunya bertemu dengan para pemimpin Taliban Pakistan, sebuah kelompok militan di barat daya negara tersebut yang telah mengklaim bertanggung jawab atas rencana itu.
Mereka juga dituduh mengirimkannya uang ketika dia kehabisan uang.
Pengacara ketiga pria itu mengatakan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut dan bahwa mereka telah dipaksa untuk menandatangani pengakuan.
Tanggal persidangan untuk mereka belum ditetapkan. (rin/dm) www.suaramedia.com