WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Zalmay Khalilzad, mantan utusan AS untuk Afghanistan, membantah klaim Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari yang menyatakan bahwa AS mengatur serangan bunuh diri Taliban Pakistan di negaranya.
Khalilzad menyebut klaim itu sebagai sebuah "kegilaan". Ia juga beranggapan bahwa Zardari maupun Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang percaya pada teori konspirasi AS tersebut, adalah para pemimpin yang "memiliki kelainan."
Pernyataan yang menyinggung klaim Zardari mengenai peranan AS dalam serangan-serangan tersebut dijabarkan kembali oleh jurnalis AS Bob Woodward di halaman 116 dari bukunya yang tersohor, "Obama’s Wars," demikian dilansir kantor berita The News.
Pernyataan Woodward berbunyi, "Pada satu malam saat digelar pertemuan tiga pihak (di Washington antara Obama, Karzai, dan Zardari), Zardari makan malam dengan Zalmay Khalilzad, mantan duta besar AS untuk Afghanistan, Irak, dan PBB di era pemerintahan Bush, yang berusia 58 tahun.
"Zardari membuka pertahanan diplomatiknya. Ia menyatakan bahwa ada salah satu dari dua negara mengatur serangan Taliban Pakistan di dalam negerinya. Dua negara yang dimaksud adalah India atau AS. Zardari tidak merasa India bisa sepandai itu, namun AS bisa melakukannya. Karzai mengatakan padanya bahwa AS berada di belakang serangan, membenarkan klaim dari (dinas rahasia) ISI Pakistan."
"Bapak Presiden," kata Khalilzad. "Apa yang bisa kita dapatkan jika melakukan ini? Tolong Anda jelaskan kepada saya."
"Ini merupakan plot untuk merusak stabilitas Pakistan, kata Zardari, sehingga AS bisa menginvasi dan merampas senjata nuklirnya. Dia tidak bisa menjelaskan perkembangan kekerasan dengan cepat jika tidak menggunakan alasan itu, dan CIA belum memburu para pemimpin Taliban Pakistan, kelompok yang lebih dikenal dengan nama Tehrik-e-Taliban Pakistan atau TTP yang telah menyerang pemerintah. TTP juga disalahkan atas pembunuhan mendiang istri Zardari, Benazir Bhutto."
"Kami sudah memberikan target-target anggota Taliban yang tidak kalian kejar," kata Zardari, "Kalian beroperasi di area-area lain. Kami bingung," demikian kata Zardari seperti dikutip Woodward dalam bukunya.
"Tapi, drone-drone yang dikirimkan utamanya untuk memburu para anggota al-Qaeda dan kelompok perlawanan Afghanistan, bukan Taliban Pakistan," jawab Khalilzad.
"Tapi, gerakan Taliban ada hubungannya dengan al-Qaeda, kata Zardari, jadi jika tidak menyerang target-target yang direkomendasikan Pakistan, maka AS sama saja mengungkapkan dukungannya terhadap TTP," demikian dituliskan dalam buku itu.
Menurut Zardari, CIA bahkan pernah bekerja sama dengan pemimpin kelompok tersebut, yakni Baitullah Mehsud.
Woodward menuliskan, "Khalilzad mendengarkan dengan tenang, meski klaim-klaim tersebut dianggapnya sebagai kegilaan. AS mempergunakan Taliban untuk menggulingkan pemerintah Pakistan? Konyol. Tapi, Khalilzad tahu bahwa Presiden Karzai dari Afghanistan juga percaya dengan teori konspirasi ini. Semakin banyak bukti bahwa belahan bumi ini dan para pemimpinnya tidak layak."
"Meski ada klaim dari Zardari, para pejabat pemerintahan Pakistan menerima pengarahan singkat amat rahasia dari CIA mengenai serangan pesawat tanpa awak terhadap TTP-nya Baitullah Mehsud."
"Sebuah serangan pada 12 Maret 2009 di markas Mehsud menewaskan lebih dari dua lusin militan, yang dengan cepat bisa memulihkan kembali sisa-sisa kekuatan dari rekan-rekan mereka yang kehilangan nyawa."
"Pada 1 April, ada lima orang militan yang terkait dengan Mehsud, termasuk seorang pelatih al-Qaeda, tewas dalam serangan drone, demikian menurut data pengarahan CIA yang diberikan kepada Pakistan, April."
Meski bukan barang baru, tulisan Woodward tersebut mengungkapkan bagaimana cara pandang awal Zardari dan para ahli strateginya mengenai serangan bunuh diri di dalam Pakistan dan upaya menghentikannya.
Namun, masih belum jelas apakah teori konspirasinya yang kuat mampu memaksa para ahli strategi AS dan CIA untuk mulai menyerang Taliban Pakistan dan membuktikan bahwa dia salah. (dn/nk) www.suaramedia.com