LONDON (Berita SuaraMedia) – Akademi Bisnis Bexley merupakan salah satu simbol kebijakan pendidikan Partai Buruh baru yang dibangun Norman Foster dengan dana dari donatur Partai Buruh dan dibuka oleh Tony Blair.
Pada upacara pembukaan di tahun 2003, Blair menyebut Bexley sebagai "masa depan" pendidikan di Inggris, dan situs internet pembangun sekolah, Norman Foster, seorang tokoh modernis, memuji akademi itu sebagai sebuah "sekolah visioner, penuh cahaya yang akan menjadi demokratis dan fleksibel."
Tujuh tahun kemudian, kenyataan berbicara sebaliknya. Bexley berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang amat mahal sebagai sebuah proyek bangunan, dan merupakan sebuah sekolah yang 1.500 nama murid di daftar absennya menghabiskan sebagian besar waktu mereka yang pendek di bangsal darurat akademi.
Masalah demi masalah yang mendera sekolah itu amat banyak, mulai dari atap yang bocor, sistem teknologi informasi nirkabel yang tidak berfungsi, gerbang listrik yang macet, ruangan ganti yang terlalu kecil, toilet rusak, hingga sistem pemanas ruangan yang tidak berfungsi.
Yang mengherankan, biaya pembangunan sekolah tersebut amat besar, £31 juta. Jauh lebih tinggi dari sekolah normal dengan ukuran gedung yang sama besar.
Sekolah itu merupakan bagian dari bangunan gedung sekolah untuk program masa depan senilai £55 miliar yang telah ditutup Michael Gove, menteri pendidikan baru dari Partai Tory.
Jadi, uang yang bisa dianggarkan untuk pendidikan layak bagi para muridnya terbuang percuma untuk sebuah proyek pembangunan yang sombong. Tapi, yang lebih buruk lagi, kombinasi dari desain gagal dan cacat bangunan menciptakan sebuah zona bencana yang terus-menerus menyedot dana anggaran sekolah.
Saat pertama dirancang, Foster berkoar bahwa sekolah itu telah direncanakan secara hati-hati untuk menjaga agar biaya pemanasan tetap rendah. Hasil "perkiraan" dari penasihat arsitektur pemerintah menyimpulkan bahwa "pemeliharaan berbagai materi bangunan yang berbeda telah dipertimbangkan secara hati-hati dalam desainnya, dan tetap berbiaya rendah."
Tapi, fakta membuktikan bahwa semua itu tidak ada yang benar.
"(Sekolah) itu adalah bangunan amat mahal yang membuat kami harus mengeluarkan biaya banyak," kata Sam Elms, kepala eksekutif sekolah. "Mengoperasikan sekolah itu adalah mimpi buruk. Jika kami bisa pindah ke gedung lain, kami pasti melakukannya."
Sementara itu, direktur keuangan sekolah mengatakan, "Kami menghabiskan 9 persen dana hibah pemerintah untuk mengelola tanah dan bangunan. Mengingat rata-rata pengeluaran kami untuk menggaji karyawan lebih dari 80 persen, hal ini jelas memperlihatkan besarnya pengeluaran dan hanya menyisakan sedikit untuk pengeluaran penting lainnya.
Bahkan, pada tahun lalu, akademi tersebut mempekerjakan total 234 orang staf, termasuk 105 orang guru, 74 asisten kelas, dan 36 orang staf manajemen dan administrasi.
Dokumen internal sekolah yang bocor memprediksikan bahwa sekolah itu akan mengalami defisit anggaran sebesar £859.000 kecuali dilakukan pemangkasan biaya besar-besaran. Sejauh ini, dengan tujuh orang karyawan yang digaji dan mendapatkan lebih dari £60.000 per tahun, tampaknya hal itu tidak terjadi.
Sebaliknya, selain memiliki kepala eksekutif yang bayarannya di atas £120.000, sekolah itu juga memiliki "kepala sekolah pelaksana", Christina Moon.
Kediaman utama Moon terletak di Bristol, jadi, selain gaji per tahun sebesar £120.000, ia juga memiliki apartemen berbiaya sewa £20.000 per tahun yang disewa untuknya di Greenwich di dekat sekolah. Itu belum termasuk tambahan para "kepala sekolah", "wakil kepala sekolah", dan "asisten kepala sekolah lainnya.
Tak heran, dalam sebuah laporan konsultan pendidikan disebutkan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki kejelasan mengenai pengambilan keputusan dan juga penggandaan dan inefisiensi.
Jadi, bangunan sekolah tersebut amat mahal, dan meski sudah melibatkan donatur Partai Buruh, Sir David Garrard, pada akhirnya, donasi tersebut hanya menyumbangkan kurang dari 8 persen biaya operasional sekolah. Sisanya dilengkapi oleh para pembayar pajak.
Norman Foster dan Tony Blair agaknya yakin bahwa bangunan sekolah yang pintar otomatis akan berbanding lurus dengan prestasi.
Tapi, faktanya, seperti yang diungkapkan Profesor Dylan William, mantan deputi direktir Institut Pendidikan, "Saya tidak tahu ada studi yang menunjukkan perubahan lingkungan berdampak pada prestasi siswa." (dn/dm) www.suaramedia.com