View Full Version
Rabu, 20 Oct 2010

Kanada Miliki Walikota Muslim Pertamanya

CALGARY (Berita SuaraMedia) – Sebuah kampanye akar rumput yang didorong oleh para relawan telah menghantarkan Kanada walikota Muslim pertamanya, Naheed Nenshi, yang mencetak kemenangan mengejutkan dalam pemilihan walikota Calgary pada hari Senin (18/10) kemarin.

Dia mengalahkan dua kandidat dengan pendanaan yang lebih baik, termasuk satu kandidat yang didukung oleh tim kampanye Stephen Harper, dan mengalami lonjakan dukungan dalam beberapa minggu terakhir. Untuk mengatakan kampanye Nenshi sederhana adalah sebuah pernyataan yang mengecilkan, dia menyampaikan pidatonya di ruang basemen yang disumbangkan oleh seorang pendukung di menit-menit terakhir.

Nenshi yang berusia 38 tahun itu bertahan dari sebuah kampanye fitnah dan kegagalan sambungan telepon di hari-hari dan jam-jam krusial, sebelum lolos dengan perolehan suara yang tipis. Pencalonannya disebut sebagai "Revolusi Ungu", nama untuk warna kampanyenya dan didorong oleh demografi luas yang mencakup dukungan kuat dari golongan muda. Dia mencapai apa yang dikira mustahil oleh para pengamat – minoritas yang terlihat dan akademik, bahkan  norak terpilih untuk memimpin apa yang sering dianggap sebagai kota paling konservatif di Kanada setelah sebuah kampanye yang didorong oleh karisma dan tekad belaka.

"Hari ini Calgary adalah tempat yang berbeda daripada kemarin. Sebuah tempat yang lebih baik," ujar Nenshi dalam pidatonya kepada para pendukung.

Dia mengatakan kemenangannya "berarti bahwa kita punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan, mulai besok (Selasa, 19/10)," dan bahwa dia sedikit terkejut dengan banyaknya suara yang dia peroleh.

"Itu berarti banyak orang yang mendengar pesan saya," ujarnya.

Kemenangannya juga membuktikan bahwa internet adalah alat utama dalam politik dan benar-benar menyampaikan dukungan – Nenshi memiliki jumlah teman Facebook jauh lebih banyak daripada beberapa kompetitor utamanya, yang menolak dukungan itu, mengatakan bahwa itu tidak bisa menjadi dukungan suara yang sebenarnya.

Tapi Nenshi memperoleh 39% suara dengan 229 dari 241 pemungutan suara yang melaporkan, disusul dekat oleh alderman Ric McIver dengan 32% dan mantan pembaca berita CTV Barb Higgins dengan 26%. Higgins sempat memimpin sebelum kemudian perolehan suaranya kolaps, sementara Nenshi memulai dengan lambat dan kemudian melonjak.

Sementara itu, McIver memulai kampanye sejak pemilihan sebelumnya di tahun 2007, menyiapkan diri untuk menantang Walikota Dave Bronconnier. Ketika Bronconnier memutuskan untuk tidak mencalonkan diri, McIver menjadi pemimpin pertarungan secara de facto, dengan banyak dukungan dari kalangan konservatif Calgary.

Higgins terlambat memasuki arena pertarungan dengan sedikit pengalaman tapi pengakuan nama yang signifikan, dan berusaha memosisikan dirinya sebagai seorang moderat yang mampu membangun konsensus di dewan kota, yang telah terbelah selama tiga tahun karena Bronconnier dan McIver. Jika Higgins menang, dia akan menjadi walikota wanita pertama di Calgary.

Namun, kritikus bersikukuh bahwa dia tidak memiliki pengalaman untuk mengambil jabatan utama itu, tidak seperti McIver yang merupakan anggota dewan dan Nenshi, pengamat veteran balai kota.

Prospek Nenshi sebagai walikota menandai pergeseran di provinsi, ujar para pengamat. "Calgary sering disalahpahami. Kota ini tidak lagi hanya sebuah komunitas minyak dan peternakan. Kota ini muda, dinamis, kosmopolitan, dan global," ujar David Taras, pengamat politik veteran di kota itu dan Ralph Klein Chair di Media Studies di Mount Royal University.

"Ini hampir menjadi sebuah gerakan, menakjubkan."

Lisa Young, seorang ilmuwan politik di Universitas Calgary, mengatakan bahwa pertarungan itu seharusnya antara Higgins dan McIver, tapi kinerja Nenshi  yang mantap mendorong dukungan untuknya.

"Dia telah mencuri kampanye ini. Dia berubah dari yang tidak menarik menjadi orang yang menentukan agenda dalam kampanye ini," ujar Profesor Young.

"Kampanye ini memiliki momentum yang luar biasa. Beralih dari kampanye yang mungkin didukung oleh orang-orang golongan tengah-kiri dan kekotaan menjadi punya daya tarik mainstream. Dia didukung oleh Calgary Sun, itu luar biasa."

Orangtua Nenshi beremigrasi ke Kanada dari Tanzani ketika ibunya, Nury Nenshi, mengandung Naheed. Mereka menentap di Toronto sebelum kemudian pindah ke Calgary, di mana Naheed tumbuh besar. Dia masuk ke Universitas Harvard, dan di usia 22 tahun diterima kerja di McKinsey and Company, salah satu perusahaan konsultan ternama di dunia. Setelah delapan tahun bekerja di perusahaan itu, dia kembali ke Calgary untuk menemani ayahnya yang sakit. Sejak itu dia bekerja di PBB, memulai bisnisnya sendiri, dan menjadi dosen di Mount Royal University. Dia sering menjadi komentator dan kolumnis untuk urusan sipil.

"Kau tahu, Purple Army tidak pernah tentang memenangkan sebuah pemilihan – itu adalah hal yang bagus. Ini adalah tentang merevitasisasi tingkat percakapan di kota ini. Tentang berbicara dengan orang di sebelahmu di dalam bus, tentang mengambil waktu tambahan di kasir di Safeway, dan tentang berbuat sesuatu untuk membangun Calgary yang lebih baik yang kita impikan," ujar Nenshi.

Profesor Taras memuji kampanye Nenshi.

"Kemampuannya untuk terhubung dan memenangkan relawan, maksud saya, peringkatnya dalam indeks karisma mungkin 10 dari 10. Dia sangat pandai bicara, dia menunjukkan bahwa dia memiliki pengetahuan yang dalam tentang kebijakan, dan dia memiliki visi untuk kota ini," ujar Profesor Taras. (rin/gm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version