View Full Version
Kamis, 21 Oct 2010

Terinspirasi 9/11, Seniman Amerika Ciptakan Ruang Sholat WTC

NEW YORK (Berita SuaraMedia) Sebelum serangan 9/11, umat Muslim yang bekerja di World Trade Center berkumpul untuk sholat wajib lima waktu dalam sehari dalam dua ruang sholat pengganti sementara yang terletak di dalam Menara Kembar tersebut.

Paul-Felix Montez, seorang seniman yang telah mendesain perangkat untuk film besar dan pameran untuk proyek museum, sekarang ingin merekonstruksi ruang-ruang tersebut.

Ruang-ruang untuk beribadah tersebut – salah satu diantaranya terletak di sebuah ruang tempat tangga di dekat puncak Menara Utara, yang lainnya terdapat di lantai ke-17 Menara Selatan – adalah inspirasi di balik usulan instalasi Montez yang disebut "The Prayer Room" (Ruang Berdoa). Seniman tersebut berharap untuk memamerkan hasil karya tersebut pada musim panas selanjutnya, sebelum hari jadi ke-10 serangan 9/11, dalam sebuah balai pameran besar di tengah kota.

Montez, 59 tahun, adalah seorang warga asli New York  dengan sebuah perusahaan desain set di Las Vegas, berencana untuk menciptakan kembali dua ruang sholat tersebut dalam ukuran berskala, dengan tujuan menujukkan kesulitan dari "integrasi masuk ke dalam Amerika dan orang-orang yang berjuang menemukan sebuah tempat – terutama di New York," ia mengatakan dalam sebuah wawancara telepon pada Senin waktu setempat.

Pameran tersebut juga akan memasukkan wawancara video dengan umat Muslim yang sholat di World Trade Center membicarakan tentang keduanyam baik itu ruang untuk sholat dan pengalaman mereka menjadi muslim di Amerika sebelum dan sesudah 9/11.

Montez – yang dulunya tinggal di dekat Menara Kembar tersebut, belajar di Cooper Union dan telah mempertunjukkan hasil karyanya di galeri-galeri Manhattan – mengatakan bahwa ia  telah memikirkan tentang "The Prayer Room" selama bertahun-tahun.

"Umat Muslim beroperasi dan bekerja di World Trade Center. Di suatu tempat di sepanjang garis tersebut, saya tersadar akan hal yang jelas tentang melakukan sholat lima kali dalam sehari, dan saya merasa seperti, di mana sholat tersebut dilaksanakan? Karena pada saat itu, tidak ada Masjid di World Trade Center dan bagi banyak pekerja, untuk meninggalkan gedung tersebut dan datang jauh-jauh turun ke bawah dan kemudian berjalan berblok-blok menuju Masjid terdekat, hal itu menurut saya benar-benar sulit. Lalu apa yang bisa saja terjadi dalam skenario ini?"

"Hal itu menuntun saya untuk memburu dan mencari potongan-potongan kecil. Ini semacam sebuah penyelidikan World Trade Center dan kehidupan-kehidupan umat Muslim di dalamnya. Ini menuntun saya menuju beberapa pernyataan di mana orang-orang mengatakan 'nah, kami biasanya sholat di ruang tempat tangga" atau "ada sebuah ruangan di sana'."

Namun kontroversi dewasa ini  yang muncul atas Masjid Park51 dan pusat komunitas menendang rencananya pada tingkatan pengerjaan tertinggi.

"Perdebatan tersebut menjadikan kenyataan ide tersebut," Montez mengatakan. "Saya merasa seperti semua argumen menghilangkan inti maksud tersebut. Ke mana saja orang-orang dalam hal ini? Di mana rasa kemanusiaan?"

"Salah satu alasan saya merasa bahwa merupakan hal yang penting untuk keluar sekarang adalah saya menjalankan sebuah artikel di New Yrok Times yang secara langsung menujukan pada fakta (bahwa Muslim sholat di World Trade Center). Saya mengatakan kepada diri saya sendiri, ya benar, saya telah mengerjakannya sendiri dan menghubungi penulisnya, dan ia sangat mendukung. Saya tahu bahwa ini berarti sesuatu yang dibawa ke bagian depan – ke dalam argumen nasional dan hal ini sedang belangsung."

Seniman tersebut masih harus mengamankan sebuah ruang yang cukup besar untuk instalasi tersebut, dan ia baru-baru ini meminta sumbangan untuk membayar kedua lokasi tersebut dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menciptakan kemabli ruang-ruang sholat tersebut.

"Tempat ini berada di New York," Montez mengatakan. (ppt/it) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version