Lebih dari 4.700 orang telah dirumahsakitkan sehubungan dengan sebuah perjangkitan kolera. Para penduduk sekitar menyalahkan para pasukan penjaga perdamaian dari Nepal atas menjangkitnya wabah kolera tersebut. (Foto: Reuters)
PORT-AU-PRINCE, HAITI (Berita SuaraMedia) – Ratusan warga Haiti telah menuntut untuk sebuah kelompok penjaga perdamaian meninggalkan negara tersebut, menyalahkan mereka karena sebuah perjangkitan kolera yang telah membunuh sedikitnya 330 orang da menyisakan hampir 5.000 warga lainnya terinfeksi.
Para demonstran melambai-lambaikan cabang pohon dan spanduk anti-PBB ketika mereka melakukan protes jalan pada Jum’at waktu setempat dari kota dataran tinggi pusat, Mirebalais menuju pangkalan PBB di dekat sebuah anak sungai baru Artibonite River, yang telah diidentifikasi oleh pejabat kesehatan sebagai sungai yang tekontaminasi.
Mereka meneriakkan "Suka atau tidak, mereka harus pergi" ketika para tentara Nepal dan tentara penjaga perdamaian masih berada di dalam.
Reporter kantor berita Al-Jazeera, Sebastian Walker, mengabarkan dari Port-Au-Prince, mengatakan bahwa belum ada konfirmasi apapun dari tuduhan bahwa kotoran dari unit pasukan penjaga perdamaian yang baru saja tiba Nepal tersebut menyebabkan epidemik tersebut.
"Kami tentunya melihat begitu banyak aktivitas di sana ketika kami mengunjungi pangkalan tersebut baru-baru ini, dengan para pasukan PBB menggali di sekitar kamar kecil, berusaha untuk menghentikan apa yang terlihat seperti saluran kotoran yang merembes ke dalam sungai tersebut," ia mengatakan.
"Kami benar-benar tidak yakin hal ini dapat menjadi sebuah sumber kontaminasi. PBB telah menjadi sangat yakin dalam menyangkal hal tersebut."
Kolera adalah endemik di Nepal dan negara tersebut menderita perjangkitan penyakit tersebut pada musim panas ini. Para pasukan tersebut tiba bergantian dimulai pada 9Oktober, setelah perjangkitan penyakit tersebut di Negara asal mereka dan sesaat sebelum penyakit tersebut menjangkiti Haiti.
Misi PBB mengatakan bahwa tidak ada kasus-kasus yang telah ditemukan di antara para pasukan Nepal, namun penyangkalan tidak cukup untuk menujukan pada kemarahan yang meningkat atas penyebaran penyakit tersebut, yang menyebabkan dehidarasi yang parah, diare dan muntah-muntah.
"Orang-orang Nepal membawa penyakit ini ke pusat Mirebalais," Ernst Exilume, seorang siswa 25 tahun, mengatakan. "Kami tidak memiliki air untuk diminum. Kami tidak memiliki pilihan selain meminum air dari sungai."
Klinik-klinik telah beroperasi melebihi kapasitas di sekitar Artibonite River, yang membawa bakteri mematikan kolera di seluruh negeri tersebut menuju pantai Karibia di Saint Marc, di pusat perjangkitan tersebut, sekitar 100 km utara Port-au-Prince.
Bagaimanapun juga, Claire-Lise Chaignat, pimpinan satuan tugas kolera Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan spekulasi apapun mengenai sumber perjangkitan apapun adalah "gegabah".
"Spekulasi tentang pasukan PBB dari Nepal membawa penyakit tersebut untuk Haiti sangat tidak mungkin," ia mengatakan kepada kantor berita Al-Jazeera.
"Jalan untuk para pasukan tersebut dipindahkan dari Nepal ke Haiti cukup panjang bahwa penyakit tersebut akan menghilang sendiri sebelum mencapai Haiti.
"Kami juga mengetahui bahwa para pasukan dan angkatan darat biasanya tinggal di dalam kondisi kebersihan yang bagus dan tdak terekspos dengan kondisi di mana kondusif untuk mendapatkan kolera."
Sementara itu, terdapat rasa takut yang meningkat bahwa perjangkitan kolera tersebut dapat mencapai ibu kota, Por-au-Prince, di mana ratusan dari ribuan orang tinggal di kamp yang penggatian sementara mengikuti sebuah gempa bumi pada Januari.
Semua kekhawatiran tersebut telah diperkuat dengan sebuah badai tropis yang menuju Haiti dari pantai timur Trinidad. Ramalan cuaca mengatakan bahwa badai tersebut dapat berubah menjadi sebuah angin topan dalam beberapa hari.
"Sebuah badai adalah scenario terburuk yang mungkin untuk para otoritas yanbg berusaha untuk menahan darurat kolera tersebut," Walker dari Al-Jazeera mengatakan.
Badai Tropis Tomas, dikatakan, dapat menghantam bagian selatan Haiti paling awal pada Minggu waktu setempat, memperburuk situasi di negara tersebut.
Kelompok bantuan internasional, Save the Children memperingatkan bahwa kolera dapat "menyebar seperti kebakaran" jika kolera mencapai ratusan dari kamp-kamp sementara dan di sekitar ibu kota.
"Berita tentang kasus tersebut mendekat menuju ibukota benar-benar menakutkan. Para ibu ketakutan, bertanya apa yang dapat mereka lakukan," Ribka Amsalu, penasihat kesehatan darurat kelompok tersebut di Haiti, memperingatkan dalam sebuah pernyataan.
Kelompok tersebut menggambarkan kondisi sanitasi di kamp-kamp tersebut sebagai "mengerikan, dengan rumah-rumah dikelilingi oleh sampah dan orang-orang memasak, membersihkan dan mencuci di tempat yang sama". [www.suaramedia.com/ppt/aje]