AMSTERDAM (Berita SuaraMedia) – Anggota parlemen Belanda, Geert Wilders, membandingkan Al-Qur'an dengan ‘Main Kampf’ Hitler dan menginginkan agar para pengikut Islam dideportasi. Dia mengatakan hak untuk bebas berbicara sedang diadili, persis seperti dirinya.
Dia menyebut Islam sebagai ideologi totaliter. Dia membandingkan Al-Qur'an dengan Mein Kampf dan menginginkannya dilarang. Dia mengatakan bahwa jutaan Muslim yang tinggal di Eropa harus dideportasi, membawa serta kebudayaan "terbelakang" mereka.
Pernyataan itu telah membuat Geert Wilders sebagai politisi paling kontroversial di Belanda dan seorang tokoh yang provokatif di luar negeri.
Tapi apa mereka juga menjadikannya seorang penjahat?
Selama berbulan-bulan, Wilders, 47, menjadi pusat pertarungan huukm yang telah memaksa anggota parlemen itu untuk membela dirinya sendiri di ruang pengadilan Amsterdam melawan dakwaan menghasut kebencian dan menghina seluruh kelas masyarakat.
Wilders bersikukuh bahwa dia dituntut dan diadili hanya karena membicarakan kebenaran tentang sebuah agama yang berbahaya dan pengikutnya. Kritikus Wilders menuduhnya mencambuk ketakutan masyarakat dan membahayakan nyawa serta mata pencaharian ribuan Muslim di Belanda.
Pertarungan hukum itu telah menyoroti ketegangan yang berkembang di dalam masyarakat di mana kebebasan berbicara dan beragama tampak berbenturan. Para pengamat di seluruh Eropa mengamati dekat kasus Wilders ketika sentimen anti-imigran dan anti-Muslim mengipasi tumbuhnya partai-partai dan politisi sayap kanan.
Kasus ini juga bergema di AS, yang telah dimantapkan oleh sejumlah kontroversi seperti pastur yang mengancam akan membakar Al-Qur'an dan memanasnya perdebatan tentang rencana pembangunan pusat komunitas Islam di dekat lokasi serangan 11 September di New York.
Sebuah keputusan dalam kasus Wilders diharapkan akan keluar awal bulan ini. Namun persidangan itu runtuh di akhir Oktober setelah tantangan prosedural oleh pengacaranya, yang berakibat pada diperintahkannya persidangan ulang yang akan mengulur kasus ini beberapa bulan lebih lama.
Tidak diragukan lagi bahwa retorika Wilders dan sikap anti-imigrannya telah membantu mendorong Partai Kebebasan di dalam pemungutan suara, mengubahnya menjadi salah satu politisi paling populer di negara itu yang terkenal akan sikap "tolerannya" yang berarti menekan kelompok pendatang.
Dalam pemilu bulan Juni, partai itu memenangkan kursi paling banyak ketiga di dalam parlemen.
"Semakin banyak orang yang mulai percaya pada ketakutannya," ujar Rene Danen, kepala organisasi anti-rasis di Amsterdam. "Ketakutan itu ditanamkan oleh Wilders, yang mengatakan bahwa kaum Muslim mengambil alih, bahwa mereka adalah pilar kelima."
Danen adalah salah satu aktivis yang keluhan resminya mendorong persidangan Wilders mendakwanya atas menghasut kebencian dan menghina sekelompok masyarakat. (rin/lat) www.suaramedia.com