ABU DHABI (Berita SuaraMedia) – Kerjasama keamanan antara Saudi-AS pada sebuah plot bom parsel di bulan Oktober menunjukkan kebutuhan yang penting bagi keamanan Barat untuk berkolaborasi dengan negara-negara Muslim, ujar mantan menteri luar negeri Inggris pada hari Senin (8/11) di Abu Dhabi.
"Kerjasama antara Arab Saudi dan AS dalam plot bom terbaru yang berasal dari Yaman adalah sebuah demonstrasi pentingnya kebutuhan untuk kerjasama antara kedua negara pada isu-isu keamanan," ujar David Miliband dalam sebuah pembicaraan di Abu Dhabi tentang kebutuhan untuk memperluas kerjasama Muslim-Barat.
New York Times melaporkan pada tanggal 5 November bahwa Arab Saudi memberi Washington peringatan yang dapat dipercaya bahwa cabang Al Qaeda di Yaman merencanakan sebuah serangan terhadap AS.
Parsel-parsel yang dikirimkan ke AS dari Yaman mengandung bahan peledak mematikan PETN yang ditemukan di Dubai dan Inggris pada tanggal 28 Oktober, dalam sebuah plot yang kemudian diklaim oleh Al Qaeda Yaman.
Namun, Miliband berpendapat dalam pidatonya bahwa kerjasama antara negara Muslim dan Barat harus diperluas ke bidang lain, dan tidak terbatas hanya pada isu-isu keamanan.
"Dasar pemikiran untuk kerjasama seringkali terkait dengan isu keamanan, tapi menurut saya itu tidak cukup," ujarnya, seraya menambahkan bahwa jika kita hanya fokus pada hal itu, kita menciptakan rasa tidak hormat dan ketidakseimbangan dalam hubungan."
"Kasus untuk kerjasama yang lebih dekat antara Barat dan negara mayoritas Muslim adalah sangat mendesak."
"Di seluruh dunia, milyaran jiwa komunitas Muslim mencerminkan sumber kekayaan ide, inovasi yang akan menjadi penting dalam menyelesaikan persoalan dunia," ujarnya.
"Dengan kata lain, nasib kita terikat lebih dekat daripada sebelumnya."
"Kita lebih kuat jika bersatu daripada terpecah-belah," ujar Miliband. "Pertanyaannya adalah bagimana negara-negara Muslim dan Barat bisa memiliki lebih banyak kerjasama, rasa percaya, dan rasa hormat."
Komentar Miliband itu adalah bagian dari sebuah diskusi berjudul Koalisi Baru untuk Mengubah Dunia, yang diselenggarakan oleh Pusat Emirat untuk Studi dan Penelitian Strategis.
Dalam pidatonya, Miliband memuji hubungan UEA dengan AS dan Inggris, tapi mendesak kaum Muslim di seluruh dunia untuk ambil bagian dalam membantu membangun kembali hubungan antara dunia Islam dan AS.
"Kita perlu memahami dan menjelaskan pada masyarakat perbedaan di dunia Muslim," ujar Miliband. "Ini bukan hanya sebuah pertanyaan untuk para teolog yang memperdebatkan perbedaan antara Sunni dan Sufi. Ini adalah sebuah pengakuan politik bahwa perbedaan antara negara sekuler Turki, demokrasi pluralis Indonesia, dan monarki Teluk sama mengejutkannya dengan kesamaan yang mereka miliki."
Mantan politisi itu juga mengatakan bahwa Barat membutuhkan dukungan Muslim untuk membantu mengakhiri perang di Afghanistan dan mengatasi ancaman nuklir Iran. (rin/jt/tn) www.suaramedia.com