WASHINGTON – Gereja Katolik Roma AS berencana melatih pendeta untuk melakukan dengan benar praktik pengusiran setan yang sudah terlupakan, menanggapi berkembangnya permintaan dari warga Amerika untuk pengusir setan.
"Kita harus siap," ujar Uskup Thomas J. Paprocki dari Springfield, Illinois, pada New York Times, Sabtu (13/11).
Uskup Paprocki menyelenggarakan konferensi darurat selama dua hari untuk 110 pendeta dan uskup Katolik Roma tentang pengusiran setan.
Konferensi itu bertujuan menyiapkan lebih banyak pendeta dan uskup untuk merespon permintaan pengusir setan.
Uskup mengatakan ada krisis dalam pendeta Katolik AS yang bisa melakukan pengusiran setan, dan mereka yang terlatih untuk praktik itu, hanya lima atau enam dari seluruh penjuru negeri, merasa kewalahan dengan permintaan dari orang-orang yang takut bahwa mereka dirasuki setan.
Pengusiran setan adalah praktik kuno Katolik, disebutkan di dalam Injil dan dikutip di dalam katekismus Gereja Katolik Roma.
Meskipun praktik itu tidak terlalu terkenal di AS, tapi jauh lebih terkenal di Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.
Di tahun 1999, gereja memperbarui Ritual Pengusiran Setannya, memperingatkan bahwa semuanya harus dilakukan untuk menghindari persepsi bahwa pengusiran setan adalah sihir atau tahayul.
Mendiang Paus Yohanes Paul II pun dikabarkan pernah melakukan pengusiran setan.
Uskup Paprocki mengatakan bahwa beberapa tanda klasik dari kerasukan setan adalah berbicara dalam bahasa yang tidak pernah dipelajari oleh korban, memperlihatkan kekuatan yang luar biasa, dan ketidaksukaan yang tiba-tiba pada benda-benda spiritual seperti air suci atau nama Tuhan.
Kekurangan tidur dan selera makan, menyayat, menggaruk, dan menggigiti kulit juga ada di antara gejala-gejalanya.
Tidak seperti yang diperlihatkan di film-film, ritual pengusiran setan didasarkan pada sebuah doa di mana pendeta menyebutkan nama Tuhan mereka, menggunakan air suci dan salib, dan bisa mengubah doa bergantung pada reaksi yang diperolehnya dari orang yang kerasukan.
"Doa itu berasal dari kekuatan nama Tuhan mereka dan gereja. Bukan dari kekuatan si pengusir setan," ujar Matt Baglio, seorang wartawan di Roma yang menulis buku "Ritual: Penciptaan Pengusir Setan Modern."
"Pendeta tidak memiliki kekuatan sihir."
Uskup Paprocki menegaskan bahwa tujuan dari pertemuan itu bukan untuk menghidupkan kembali praktik kuno Katolik, tapi untuk membantu para pendeta Katolik mempelajari bagaimana cara yang membedakan mana yang benar-benar membutuhkan pengusiran dan mana yang membutuhkan seorang psikiater. (suaramedia/rin/oi)