View Full Version
Senin, 29 Nov 2010

Israel Konsultasi ke Fatah Sebelum Serangan Gaza

 

TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Israel berkonsultasi dengan Mesir dan partai Fatah sebelum meluncurkan serangannya terhadap Hamas di Jalur Gaza pada akhir 2008. Ini terungkap dari kabel diplomatik AS pada hari Minggu (28/11) kemarin.

Menurut kabel yang dikirimkan dari Tel Aviv dan bertanggal 2 Juni 2009, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan pada delegasi kongres AS yang tengah berkunjung bahwa Israel telah menanyakan apakah Mesir atau Fatah bersedia untuk memegang kendali Jalur Gaza setelah Hamas dikalahkan.

"Tidak mengejutkan, ujar Barak, pemerintah Israel menerima jawaban negatif dari keduanya," ujar kabel itu.

Kabel itu tidak mengutip Barak memberikan detail lain tentang konsultasi yang dilakukan Israel dengan Kairo dan Ramallah.

Israel meluncurkan serangannya terhadap Hamas dan milisi sekutunya di akhir tahun 2008, menewaskan sekitar 1.400 orang Palestina, termasuk warga sipil, terbunuh dalam perang itu, menurut organisasi HAM Palestina.

Presiden Mesir Hosni Mubarak dan Mahmoud Abbas selalu membantah klaim kerjasama di masa lalu, tapi dokumen-dokumen WikiLeaks mengonfirmasinya.

Ratusan ribu dokumen rahasia AS dipublikasikan pada hari Minggu. The New York Times, Guardian dan majalah Jerman Der Spiegel bersama dengan koran-koran lain di Perancis dan Spanyol memperoleh dokumen-dokumen itu dari website WikiLeaks, yang menolak untuk menyebutkan sumbernya.

Meskipun dokumen WikiLeaks menyediakan bukti pertama dari sebuah kerjasama itu, Mesir berada di bawah kritikan beberapa hari setelah serangan diluncurkan. Bahkan satu hari sebelum serangan dimulai Mubarak bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni, dan difoto tengah tertawa dan bercanda dengannya.

Ketika pertama kali dituduh bekerjasama, menteri luar negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit tampak menyebutkan Hamas bertanggung jawab untuk serangan Israel, mengatakan bahwa mereka yang tidak mendengarkan peringatan akan menanggung akibatnya.

Dia juga dengan mengejutkannya mengklaim bahwa Mubarak bahkan telah memperingatkan Livni untuk tidak menyerang Gaza karena itu akan berdampak ke seluruh kawasan. Pernyataan yang dilontarkan Gheit pada tanggal 29 Desember, hanya beberapa hari setelah serangan diluncurkan, juga mengonfirmasi dialog antar kedua negara tentang rencana-rencana Israel. Saat itulah kedutaan Mesir di Teluk menjadi lokasi protes kekerasan.  Konsulat Mesir di Aden, Yaman, diserbu, komputer-komputer dilemparkan ke luar jendela, dan bendera Mesir diturunkan dan dibakar. (ri/nk/an) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version