View Full Version
Selasa, 08 Feb 2011

NATO: Kerusuhan Mesir Bisa Picu Banjir Imigran ke Eropa

BRUSSELS (Berita SuaraMedia) – Pecahnya kerusuhan di Mesir bisa mengakibatkan banjir imigran ilegal di Inggris dan Uni Eropa, demikian isi peringatan dari pemimpin NATO kemarin malam (7/2).

Saat negara itu dilanda kerusuhan dan kebuntuan, ditambah degan perekonomian negara-negara lain di Timur Tengah yang kacau, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan bahwa bisa saja semakin banyak jumlah pengungsi yang melarikan diri karena dihadapkan dengan kesulitan itu.

Ia mengklaim, "Ketidakstabilan regional dalam jangka panjang bisa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian, hal itu bisa memicu arus imigrasi ilegal di Eropa."

Berbicara di Brussels, Rasmussen mengatakan bahwa kerusuhan tersebut bukan merupakan ancaman langsung terhadap 28 negara anggota NATO.

Sambil mendesak negara-negara Eropauntuk mempertahankan anggaran pertahanan mereka, Rasmussen mengatakan bahwa gelombang unjuk rasa di Timur Tengah "menjadi pengingat bahwa kita tidak bisa menganggap enteng keamanan, bahkan di negara tetangga dekat kita,"

Tapi, ia tidak membahas mengenai semakin besarnya kekhawatiran di AS bahwa perubahan rezim dapat memicu lahirnya perlombaan senjata nuklir di salah satu kawasan yang paling rentan di dunia.

Selama tiga dekade berkuasa, Presiden Mesir Hosni Mubarak disebut-sebut telah mengawasi penelitian luas mengenai senjata pemusnah massal, termasuk teknologi nuklir, kimia, biologi, dan peluru kendali.

Para pejabat AS kabarnya mengabaikan uji coba-uji coba tersebut karena dekatnya hubungan Washington dengan Mubarak.

Para analis kini khawatir bahwa pemerintahan Mesir yang baru bisa mengakhiri hubungan dekat negara tersebut dengan AS dan mengancam berhenti dari NPT kecuali senjata nuklir Israel dikendalikan.

Itu berarti Mesir tidak akan lagi punya batasan dalam mengembangkan teknologi nuklir dan hampir pasti akan membuat Israel meningkatkan kemampuan senjata atomnya jika mereka menganggapnya ancaman.

Mubarak, 82, hingga kemarin masih bersikaras bahwa dirinya tidak berani mengundurkan diri karena takut bahwa Mesir akan terjerumus pada kekacauan.

Ia menggelar pertemuan kabinet pertamanya, tapi masih belum ada perkembangan konkret dalam dialog dengan kubu oposisi yang menuntut Mubarak segera mengundurkan diri.

Di antara kelompok-kelompok yang bertemu dengan para pejabat pemerintahan Mesir pada akhir pekan lalu, ada gerakan Ikhwanul Muslimin. Hal itu menandakan betapa besar peraturan telah berubah sejak unjuk rasa dimulai dua pekan yang lalu.

Para pengunjuk rasa yang menyusun barikade dalam sebuah tenda di Tahrir Square di pusat Kota Kairo bersumpah untuk tetap bertahan di jalan hingga Mubarak lengser. Tapi, mereka mengatakan kemarin malam bahwa mereka takut aparat keamanan bisa membalas mereka karena memutuskan melanjutkan aksi.

Keadaan di lapangan tersebut relatif damai setelah bentrok di jalanan pekan lalu yang menewaskan sebanyak 300 orang.

Kemarin, militer berusaha menekan kawasan yang diduduki para pengunjuk rasa. Para pengunjuk rasa yang menginap bergegas keluar untuk mengepung para prajurit yang berusaha mengepung mereka. Demi menggagalkan keunggulan militer, puluhan pengunjuk rasa tidur di dalam kendaraan militer. (dn/dm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version