View Full Version
Jum'at, 11 Feb 2011

Dongkrak Citra Militer, Pakistan Ciptakan Drama Anti-Taliban

ISLAMABAD (Berita SuaraMedia) – Kisah-kisah menyentuh emosi dari para prajurit yang memerangi Taliban Pakistan ditayangkan di televisi. Drama yang didanai militer tersebut mencoba mengisahkan perang tersebut secara positif.

Drama yang menelan biaya berjuta-juta dolar tersebut berfokus pada heroisme para prajurit Pakistan, yang bertempur dalam serangan darat dan udara di Lembah Swat, 2009 lalu.

Setelah didesak Amerika Serikat untuk meluncurkan operasi lebih lanjut di kawasan suku yang berbatasan dengan Afghanistan, militer Pakistan ingin menunjukkan pengorbanan yang telah mereka lakukan dalam perang tersebut.

"Tujuan dasarnya adalah mengungkapkan keberanian para prajurit, pejabat, dan warga sipil kami yang berada di garis depan dalam perang ini. Drama ini menunjukkan sisi manusia dari perang," kata Mayor Jenderal Athar Abbas, kepala humas militer, seperti dikutip SAMAA TV.

"Bangsa ini harus memiliki kisah-kisah keberanian dan pengorbanan, mereka harus bangga dengan para putra dan putri bangsa yang menuliskan kisah-kisah nyata ini dengan darah mereka dan mempertahankan ibu pertiwi," tambahnya.

Terpisah dari kisah sebelas "warga Pakistan pemberani" yang memerangi pemberontakan di Pakistan dan negara tetangga Afghanistan, drama televisi tersebut juga menggambarkan perpecahan pahit di antara budaya bertentangan Pakistan saat kaum moderat kelas menengah memerangi ekstremisme religius di negara tersebut.

Dalam sejumlah episode yang berbeda, para pembuat film juga menunjukkan "korban-korban" Taliban.

Salah satu kisah dalam serial itu menceritakan mengenai seorang prajurit, Hawaldar Naeem Asghar, yang tewas saat bertempur di sebuah pos penjagaan.

Asghar, yang digambarkan sebagai sosok prajurit pekerja keras yang berasal dari kalangan petani, mengorbankan nyawanya saat berperang melawan Taliban di sebuah puncak bukit dalam operasi militer di Kota Mingora.

Asghar melemparkan granat dari bungkernya, namun tidak berhasil. Ia kemudiang meninggalkan tempat persembunyian dan mendaki bukit sembari terus melemparkan peledak dan menjadi sasaran tembak.

Pos penjagaan itu hancur, namun Asghar terbunuh.

"Kisah Hawaldar Asghar adalah sebuah kisah mengenai seorang pria biasa. Kisah itu menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa siapa saja bisa turut ambil bagian dalam perang melawan ekstremisme," kata Sajjad Saji, salah satu penulis serial drama tersebut.

"Kisah ini difilmkan untuk mendorong masyarakat umum dalam perang ini," tambahnya.

Film yang banyak dibumbui efek khusus tersebut dibuat di tengah bukit-bukit hijau yang terjal dan hutan-hutan di dekat Lembah Swat, lokasi operasi militer besar-besaran pada 2009 untuk menyingkirkan militan.

"Kami banyak bepergian untuk memfilmkan serial ini. Terdapat kru yang beranggotakan lebih dari 35 orang dengan bertruk-truk barang muatan menjelajahi hutan-hutan dan lembah-lembah selama berbulan-bulan untuk menunjukkan kesan yang sebenarnya," kata Khawar Azhar, produser eksekutif acara tersebut.

Tayangan produksi televisi adalah salah satu alat yang dipergunakan humas militer untuk mendongkrak citra dan mendorong perekrutan pada saat yang penting, saat militer berperang melawan Taliban dan konservatisme religius mengalami peningkatan di negara tersebut. (dn/nk/tg) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version