View Full Version
Senin, 18 Apr 2011

Menteri Jerman Ingin Imam Mengajar di Sekolah

BERLIN (Berita SuaraMedia) – Menteri Pendidikan Jerman Annette Schavan ingin para imam mengajarkan kursus-kursus dalam agama Islam di sekolah-sekolah, dalam sebuah wawancara dengan mingguan Die Zeit dipublikasikan pada Kamis.

Di Jerman, di mana gereja dan negara tidak terpisahkan, sekolah tersebut menyediakan instruksi keagamaan, Katolik atau Protestan untuk para siswa.

Mereka (para imam) dapat "digunakan di sekolah-sekolah" pada separuh waktu, seperti "pendeta", kata Schavan kepada Die Zeit.

Namun demikian ia memberikan persyaratan perekrutan para imam. Para imam harus dilatih di Universitas di Jerman.

Potensi imam di Jerman sudah mulai disoroti oleh pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Para imam di Jerman dipandang berpotensi sebagai kekuatan integrasi. Sebuah program pelatihan baru di Jerman bertujuan untuk mengeksploitasi potensi mereka  sebagai kekuatan integrasi sudah ada sejak tahun 2009 silam.

Kebanyakan imam Jerman tumbuh dan menerima pelatihan agama di luar Jerman, seringkali di Turki. Kantor urusan agama Turki secara reguler mengirim ahli teologi ke lebih dari 800 Masjid yang berafiliasi dengan DITIB (Diyanet Işleri Türk-Islam Birliği, organisasi Islam terbesar di Jerman) , namun hanya beberapa yang dilengkapi dengan keahlian berbahasa Jerman.

Gagasan imam untuk integrasi adalah inisiatif yang diorganisir oleh Institut Goethe, Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (BAMF), serta  Asosiasi Jamaah Muslim Turki di Jerman, DITIB.

Penghalang bahasa dan budaya tidak hanya menghambat komunikasi antara imam dan masyarakat sekuler Jerman, tapi juga menyulitkan komunikasi dengan anggota berbahasa Jerman dari jamaah dengan sedikit atau bahkan tidak ada orang Turkinya. Dan jika imam tidak memahami sistem pendidikan dan kerja layanan sosial, maka akan sulit untuk menawarkan saran yang dicari oleh para anggota.

Di tahun selanjutnya, Jerman  mengumumkan sebuah rencana untuk menawarkan program pelatihan bagi para pelajar yang ingin menjadi pemimpin spiritual, atau imam.

Pelatihan imam dan pengajar sekolah Islam harus diterima menjadi sebuah program studi dengan gelar sarjana. Menteri pendidikan Jerman, Annette Schavan, menyambut baik keputusan dewan tersebut.

"Melatih para pengajar agama Islam dan mengembangkan studi Islam adalah bagian dari kebijakan integrasi dalam sebuah masyarakat modern," ujar Schavan.

Saat ini, studi Islam di universitas Jerman hanya fokus pada sejarah dan seni dalam cara yang netral. Meski demikian, sebuah departmen telah dibentuk di salah satu universitas Jerman di kota Muenster, untuk melatih para pengajar sekolah mengajarkan agama Islam kepada anak-anak.

Empat institut menyediakan teologi Islam sedang diciptakan di banyak universitas Tübingen (barat daya), Erlangen (selatan), Osnabrück / Münster (barat) dan Frankfrut (pusat), dengan dukungan dari Depertemen penelitian.

Antara 3,8 dan 4,3 juta Muslim (45% memiliki kebangsaan Jerman) baru-baru ini tinggal di Jerman dengan 82 juta penduduk. Orang-orang Turki membentuk komunitas terbesar dengan 2,5 juta orang.

Seperti kebanyakan negara Eropa, Jerman, dengan sepertiga penduduk adalah Katolik, Protestan dan sisanya memeluk agama lain atau tidak beragama, dihadapkan dengan masalah yang menjengkelkan tentang integrasi populasinya.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh Die Zeit pada bulan Desember, dua dari lima penduduk Jerman merasa terancam oleh Islam, lebih dari  penduduk Perancis, Belanda, Denmark atau Portugis. (ppt/ie/enh/sm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version