View Full Version
Sabtu, 30 Apr 2011

Reaksi Tak Berapi-api, Diam-diam FPI Perhatikan NII

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Saat menuntut pembubaran Ahmadiyah, Front Pembela Islam (FPI) tampil begitu berapi-api. Bahkan, mereka sempat bersitegang dengan pemerintah, karena mengancam akan menggulingkan presiden, jika tak membubarkan aliran tersebut. Namun, giliran muncul Negara Islam Indonesia (NII), FPI tak bereaksi meski kelompok yang mengatasnamakan Islam itu membuat resah masyarakat dengan cuci otak dan penipuan yang diduga dilakukannya.

Mengapa? "NII bukan seperti Ahmadiyah. Ini gerakan bawah tanah, sedangkan Ahmadiyah itu secara organisasi terdaftar makanya bisa dibubarkan. Sebetulnya poinnya yang utama itu, yang mesti dilihat ini bukan pada organisasinya," kata juru bicara FPI, Munarman.

NII, tambah dia, tak terkait teologi atau ajaran agama. "Ini bukan pada soal ajarannya, tapi lebih kepada modus penipuan. Bukan aspek teologi, MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan ormas juga tahu ini punya dimensi politik," kata dia.

Oleh karena itu, FPI tidak merasa perlu bergerak seperti saat menuntut pembubaran Ahmadiyah. "Karena ini gerakan bawah tanah maka kami juga berikan gerakan bawah tanah," kata Munarman.

Seperti apa?

"Yang namanya gerakan bawah tanah kan tidak perlu kami sebutkan seperti apa," tukas dia.

Sebelumnya, Ketua DPD FPI Jakarta, Habib Salim Umar Alatas mengatakan, untuk saat ini FPI masih terus mengkaji ajaran sesat NII yang dianggap telah merusak masyarakat. "Kami masih menyelidiki kesalahan NII, sejauh mana keterlibatan mereka merusak masyarakat, kami lagi pantau," tegasnya.

Sejumlah daerah bereaksi. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku sudah berkoordinasi dengan kepolisian, intelijen, dan TNI untuk mendeteksi kantong-kantong Negara Islam Indonesia (NII) KW 9.

Demikian pula dengan Pemerintah DKI Jakarta. Dinas Pendidikan ibukota meminta seluruh kepala sekolah di Jakarta diminta untuk memantau seluruh kegiatan ekstrakurikuler murid di luar jam sekolah untuk mengantisipasi masuknya doktrin radikal dari kelompok yang menyesatkan seperti NII.

Mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia, Imam Supriyanto, menyatakan, Islam yang sebenarnya bukanlah ajaran yang dulu diajarkan oleh organisasinya tersebut. Imam Supriyanto kini telah resmi keluar dari Negara Islam Indonesia (NII).

Imam menuturkan, bahwa banyak ajaran sesat dan menyimpang dari NII. Shalat lima waktu, misalnya, dianggap bukanlah kewajiban untuk dijalankan. Padahal, dalam Islam, hukum shalat lima waktu adalah wajib.

"Shalat ketika itu saya anggap hanyalah ritual, tidak wajib. Yang wajib adalah mencari sedekah, infak, sana-sini. Dengan cara apa pun, infak harus saya dapat karena mereka yang bukan NII akan kami anggap bukan Islam dan halal hartanya (untuk dimiliki)," cerita Imam.

Dari yang dia ceritakan itu kemudian terungkap bahwa para petinggi NII ternyata gemar minum red wine (anggur merah). Meminum anggur merah itu menurutnya dianggap halal karena dianggap sebagai tanaman yang banyak di surga.

"Kami meminum red wine karena anggur adalah tanaman yang menghiasi surga. Itu pemahaman kami dulu. Alhamdulillah, saya diberi petunjuk oleh Allah SWT, keluar dari NII," ungkap Imam.

Imam sebelumnya juga mengungkap aset NII dalam berbagai bentuk, mulai dari uang tunai, obligasi, hingga emas. Ia mengaitkan NII dengan Pondok Pesantrean Al Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

"Saya berdosa kalau tak menyampaikan apa adanya. Jangan sampai ada yang mengikuti langkah salah saya ini," aku Imam.

Kini, Imam mengaku harus meniti perjalanan hidupnya dari awal lagi. Imam yang tinggal di Purwakarta kini menjadi petani untuk menghidupi istri dan keenam anaknya. (fn/vs/km/lp) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version