View Full Version
Selasa, 17 May 2011

Penulis AS Bocorkan Tujuan Pembantaian Warga Afghanistan

TEHERAN (Berita SuaraMedia) – Seorang penulis dan penyiar radio mengatakan bahwa pembunuhan negara dari warga sipil di Afghanistan memiliki tujuan intimidasi publik.

"Telah terdapat banyak, ribuan warga sipil Afghanistan, para pria, wanita dan anak-anak dengan sengaja dijadikan sebagai target, dengan sengaja dibunuh untuk mengintimidasi jumlah penduduk," Stephen Lendman mengatakan pada kantor berita Press TV pada Kamis waktu setempat (16/5).

"Segala sesuatu kembali lagi, saya percaya, Perang Dunia II, untuk mengintimidasi oposisi. Kami melakukannya dengan kejam di Vietnam, dan yang paling terkenal adalah Operasi Phoenix, dengan perkiraan jumlah warga sipil yang kami bunuh, berjumlah mungkin 80.000. jumlah tersebut bisa saja berlipat ganda," ia menambahkan.

Ia mengatakan bahwa kehadiran militer AS di Irak dan Afghanistan serupa dengan sebuah kejahatan perang.

"Tidak ada penyelidikan kejahatan perang sedang dilakukan … kehadiran kami di kedua negara tersebut, Irak dan Afghanistan adalah sebuah kejahatan perang;  kedua perang tersebut adalah ilegal. Kami melanggar hukum internasional. Kami melanggar hukum AS. Kami melanggar undang-undang AS dengan berada di sana. Semua ini adalah sebuah kejahatan perang. Setiap hari dengan berada di sana, kami telah melakukan kejahatan perang, karena kami telah melakukan kejahatan perang terhadap kemanusiaan. Kami dengan sengaja menjadikan target warga sipil. Tidak ada sama sekali tentang pembunuhan acak warga sipil," ia menambahkan.

Sedikitnya 500 pemimpin suku, yang menentang invasi negara tersebut oleh angkatan bersenjata yang dipimpin AS, telah dicurigai dibunuh di Kandahar dalam delapan tahun terakhir.

Menurut sebuah daftar yang diterima oleh koresponden kantor berita Press TV di Afghanistan, lebih dari 500 pemimpin suku di provinsi-provinsi bagian selatan Afghanistan terutama Kandahar telah terbunuh dalam tindakan yang mencurigakan setelah invasi AS di negara tersebut pada tahun 2001.

Daftar tersebut menyebutkan nama-nama dari tokoh-tokoh Afghanistan yang terbunuh, suku mereka, tempat kelahiran mereka dan tempat di mana mereka dibunuh.

Pejabat peringkat atas Afghanistan di Kabul telah menunjukkan kekhawatiran terhadap pembunuhan tersebut setelah jumlah dari kasus-kasus yang dicurigai tersebut meningkat di Kandahar.

Seorang pemimpin suku, yang meminta untuk tetap anonim, mengatakan kepada koresponden kantor berita Press TV bahwa tidak ada tokoh berpengaruh yang sekarang dapat menolak pada kejahatan atau perbuatan jahat di daerah tersebut karena mereka merasa takut dibunuh.

Ia menambahkan bahwa pembunuhan para pemimpin suku pada khususnya mereka yang merupakan pemimpin suku Pashtun, telah memberikan militan Taliban tangan bagian atas di daerah tersebut dalam sebuah jalan yang bahkan seorang anggota Taliban berusia 15 tahun dapat memberikan perintah kepada semua orang.

Pemimpin suku yang tak bernama tersebut mengatakan lebih jauh lagi bahwa sebagai sebuah akibat dari pembunuhan dan sebuah kekosongan politik, seorang Taliban 20 tahun yang sebenarnya adalah pemimpin tradisional di daerah tersebut, memerintah sebagai seorang pemimpin suku yang sekali itu menggunakan pengaruh yang kuat terhadap poplasi tersebut.

Lendaman adalah seorang penulis yang produktif pada masalah-masalah domestik dan internasional dengan memberatkan potongan-potongan kritik pada intervensi militer Amerika dan tindakan kekerasan Israel. (ppt/pv) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version